Ramadan 2019
ACT Tebar Kebaikan di Bulan Ramadan Lewat Paket Iftar untuk Korban Bencana Palu
ACT Cabang Sulawesi Tengah terus berupaya untuk memenuhi kebutuhan pangan di Bulan Ramadan.
TRIBUNPALU.COM, PALU - Lembaga kemanusiaan global Aksi Cepat Tanggap (ACT) Cabang Sulawesi Tengah terus berupaya untuk memenuhi kebutuhan pangan di Bulan Ramadan.
Khususnya bagi para penyintas bencana yang ada di Kota Palu, Donggala dan Sigi.
Selain paket pangan, ACT juga membagikan paket iftar atau paket berbuka puasa dan sahur.
Penanggung jawab program ACT Sulteng, Mustafa, mengatakan saat ini pihaknya telah menyiapkan sebanyak 1500 paket iftar.
• Sebut Masalah di Pengungsian Benang Kusut, Ombudsman Kaji Pelayanan Penanggulangan Korban Bencana
Paket tersebut berisikan makanan siap saji yang bergizi seperti daging, sayur mayur, aneka buah, seperti kurma.
"Ribuan paket iftar tersebut sebagian telah dibagikan kepada para penyintas yang ada di Kota Palu, Donggala dan Sigi," kata Mustafa, saat membagikan paket iftar kepada penyintas di Kelurahan Tondo, Kecamatan Mantikolore, Palu, Rabu (15/5/2019).
Setiap harinya, sebanyak 100 paket iftar yang didistribusi.
Mustafa mengatakan bantuan paket berbuka puasa tersebut merupakan donasi dari Turkiye Diyanet Foundation.
Yaitu lembaga asal Turki yang bergerak dibidang kemanusiaan.
• Ombudsman Sulteng Nilai Penanggulangan Bencana di Sulteng Carut Marut
“Mudah-mudahan bantuan paket berbuka itu dapat meringankan beban bagi para penyintas," haral Mustafa.
Apalagi kata Mustafa, mereka yang kehilangan rumah maupun pekerjaan.
Seperti nelayan yang kehilangan perahu ketika dihantam tsunami pada 28 september 2018.
Seorang warga Kelurahan Tondo, Defan mengaku sangat terbantu dengan adanya bantuan paket berbuka maupun paket kebutuhan pokok yang telah didistribusikan oleh ACT beserta mitranya.
"Saya ini seorang nelayan di kelurahan tondo. Saat ini saya hanya bekerja serabutan karena perahu saya rusak dihantam tsunami," tuturnya.
• Kementerian Sosial Salurkan Santunan Duka Rp20,14 Miliar untuk Korban Bencana di Palu
Menurut Defan, kondisi ekonomi keluarganya kian sulit pasca bencana alam pada 28 september 2018.