Terkini Daerah
Meski Adat Suku Melarang Gunakan Internet, Pemuda Baduy Ini Sukses Pasarkan Kerajinan Via Instagram
Dikenal dengan aturan ketatnya yakni menjauhkan diri dari teknologi, kerajinan khas Baduy justru sukses dipasarkan via internet berkat pemuda ini.
Sebab, tradisi Baduy tidak membolehkan warganya menggunakan teknologi modern sehingga Narman harus pergi ke desa tetangga untuk belajar menggunakan internet.
• Persib Bandung Tutup Perjalanan dengan Kemenangan, Radovic: Pemain Punya Mentalitas Bagus
Demi belajar internet dan komputer, ia harus menempuh perjalanan sepanjang dua kilometer ke Desa Ciboleger dengan berjalan kaki.
“Di sana saya belajar baca tulis dan sebagainya. Jadi mulai dari situ saya mulai tumbuh minat belajar. Kenapa enggak dari pedalaman yang memang adatnya seperti itu bisa maju. Saya ingin bisa maju seperti teman-teman yang lain,” kata Narman.
Karena aturan adat Baduy yang ketat, usaha yang ditekuni Narman sempat mengalami penolakan dari ketua adat Baduy Luar.
Ketua adat Baduy Luar menganggap bahwa penggunaan internet untuk berjualan bisa merusak adat istiadat yang selama ini berlaku di Baduy.
“Kepala adat bilang kalau saya mau melanjutkan kegiatan ini, saya enggak boleh jadi orang Baduy, karena kegiatan saya katanya bukan kegiatan orang Baduy. Itu teguran keras bagi saya,” ucap Narman.
• Hasil Liga Champions - Hattrick Cristiano Ronaldo Loloskan Juventus ke Perempat Final
Meski mendapat penolakan, pria 27 tahun yang tak sempat mengenyam pendidikan itu tak patah arang.
Narman mencoba menyakinkan ketua adat bahwa yang dilakukannya hanya untuk memperkenalkan produk kerajinan Baduy ke masyarakat luas.
Narman bermaksud untuk membantu menggerakkan perekonomian warga Baduy, meskipun warga masih bergantung dengan ketersediaan alam.
“Saya bukan mau mengubah Baduy secara signifikan dari tenang, damai ke dunia yang hingar bingar. Saya hanya membantu agar masyarakat bisa bertahan menjaga adat dan tradisi, kuncinya menurut saya masyarakat harus punya penghidupan dan harus punya sumber penghasilan. Saya hanya membantu itu,” lanjut Narman.
Alhasil, dengan penjelasan Narman itu ketua adat bisa mengerti.
Perjalanan bisnis yang sulit ini terus ditekuni oleh Narman.
Bahkan ia harus berjalan kali berkilo-kilo meter untuk sekedar membalas chat dari para pelanggannya.
Pasalnya, tidak ada akses listrik dan internet di rumah Narman.
Untuk mengirimkan barang pesanan, Narman menempuh perjalanan sejauh 12 kilometer dengan berjalan kaki untuk sampai ke agen pengiriman logistik terdekat.
“Tapi itu bukan tantangan buat saya, tantangan buat saya ada di diri saya, bagaimana saya bisa memanajemen usaha, membantu teman-teman untuk lebih giat lagi dalam produksi, inovasi,” ujar Narman.
Hingga kini, bisnis Narman mulai mengikuti beberapa pameran nasional.
Narman juga memasarkan produk khas Baduy melalui e-commerce BukaLapak.
(TribunPalu.com/Isti Tri Prasetyo)