Terkini Daerah

Meski Adat Suku Melarang Gunakan Internet, Pemuda Baduy Ini Sukses Pasarkan Kerajinan Via Instagram

Dikenal dengan aturan ketatnya yakni menjauhkan diri dari teknologi, kerajinan khas Baduy justru sukses dipasarkan via internet berkat pemuda ini.

Instagram/baduycraft
Narman, pemuda asal Baduy Luar gunakan internet untuk bisnis kerajinan tangan khas Baduy. 

TRIBUNPALU.COM - Suku Baduy, suku asal Lebak, Banten ini terkenal dengan tradisi dan budaya yang masih terjaga.

Salah satu keunikan suku ini adalah melarang anggota sukunya menggunakan teknologi modern di kehidupan keseharian mereka.

Menyimpang dari aturan itu, Narman pria warga Baduy Luar justru berani menggunakan internet untuk menjual berbagai kerajinan khas Baduy.

Narman yang tinggal di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten ini mencoba memasarkan produk kerajinan tangannya melalui internet.

5 Fakta Terkait Ledakan Bom di Sibolga, dari Afiliasi dengan ISIS hingga Kaitan Kunjungan Jokowi

Bahkan Narman sudah memulai usaha pemasaran ini sejak 2016 lalu.

Ia menggunakan media sosial Instagram dengan akun bernama Baduy Craft untuk memamerkan hasil kerajinan tangannya.

Dalam akun @baduycraft, Narman mengunggah banyak foto produk seperti gelang, kalung, gantungan kunci, tas, hingga kain tenun.

Berlatar belakang suasana kampung Baduy, membuat foto unggahan Narman terlihat apik dan natural.

Kualifikasi produk seperti jenis produk, ukuran, bahan dasar juga disertakan dalam foto unggahan tersebut.

Mata Berkaca-kaca, Siti Aisyah Cium Tangan Jokowi dan Berterima Kasih

Dikutip TribunPalu dari Kompas.com, Narman memulai bisnis ini yang terinspirasi dari pameran Baduy Festival yang diselenggarakan pemerintah daerah.

“Saya lihat di sana (Baduy) kan ada (kerajinan) tenun, tas dan berbagai macam lainnya. Saya rasa itu bisa dikembangkan. Jadi dari 2016 saya membuat Baduy Craft.

Tak hanya menjual kerajinan miliknya, anak kedua dari empat bersaudara ini juga turut menampung dan menjualkan hasil kerajinan tangan dari warga Baduy lainnya," ujar Narman di Jakarta, Senin (11/3/2019).

Bahkan saat ini Narman sudah menggandeng 25 perajin Baduy sebagai mitranya.

"Itu bisnis yang saya kelola sendiri, di sana ada teman-teman yang membantu, ada tim produksinya yang kebetulan warga asli sana sebagai perajin lokal,” lanjutnya.

Narman juga mengaku bahwa ia mempelajari internet secara otodidak.

Sebab, tradisi Baduy tidak membolehkan warganya menggunakan teknologi modern sehingga Narman harus pergi ke desa tetangga untuk belajar menggunakan internet.

Persib Bandung Tutup Perjalanan dengan Kemenangan, Radovic: Pemain Punya Mentalitas Bagus

Demi belajar internet dan komputer, ia harus menempuh perjalanan sepanjang dua kilometer ke Desa Ciboleger dengan berjalan kaki.

“Di sana saya belajar baca tulis dan sebagainya. Jadi mulai dari situ saya mulai tumbuh minat belajar. Kenapa enggak dari pedalaman yang memang adatnya seperti itu bisa maju. Saya ingin bisa maju seperti teman-teman yang lain,” kata Narman.

Karena aturan adat Baduy yang ketat, usaha yang ditekuni Narman sempat mengalami penolakan dari ketua adat Baduy Luar.

Ketua adat Baduy Luar menganggap bahwa penggunaan internet untuk berjualan bisa merusak adat istiadat yang selama ini berlaku di Baduy.

“Kepala adat bilang kalau saya mau melanjutkan kegiatan ini, saya enggak boleh jadi orang Baduy, karena kegiatan saya katanya bukan kegiatan orang Baduy. Itu teguran keras bagi saya,” ucap Narman.

Hasil Liga Champions - Hattrick Cristiano Ronaldo Loloskan Juventus ke Perempat Final

Meski mendapat penolakan, pria 27 tahun yang tak sempat mengenyam pendidikan itu tak patah arang.

Narman mencoba menyakinkan ketua adat bahwa yang dilakukannya hanya untuk memperkenalkan produk kerajinan Baduy ke masyarakat luas.

Narman bermaksud untuk membantu menggerakkan perekonomian warga Baduy, meskipun warga masih bergantung dengan ketersediaan alam.

“Saya bukan mau mengubah Baduy secara signifikan dari tenang, damai ke dunia yang hingar bingar. Saya hanya membantu agar masyarakat bisa bertahan menjaga adat dan tradisi, kuncinya menurut saya masyarakat harus punya penghidupan dan harus punya sumber penghasilan. Saya hanya membantu itu,” lanjut Narman.

Alhasil, dengan penjelasan Narman itu ketua adat bisa mengerti.

Perjalanan bisnis yang sulit ini terus ditekuni oleh Narman.

Bahkan ia harus berjalan kali berkilo-kilo meter untuk sekedar membalas chat dari para pelanggannya.

Pasalnya, tidak ada akses listrik dan internet di rumah Narman.

Untuk mengirimkan barang pesanan, Narman menempuh perjalanan sejauh 12 kilometer dengan berjalan kaki untuk sampai ke agen pengiriman logistik terdekat.

“Tapi itu bukan tantangan buat saya, tantangan buat saya ada di diri saya, bagaimana saya bisa memanajemen usaha, membantu teman-teman untuk lebih giat lagi dalam produksi, inovasi,” ujar Narman.

Hingga kini, bisnis Narman mulai mengikuti beberapa pameran nasional.

Narman juga memasarkan produk khas Baduy melalui e-commerce BukaLapak.

(TribunPalu.com/Isti Tri Prasetyo)

Sumber: Tribun Palu
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved