Kemungkinan Adanya 'Migrasi' Suara Jelang Pilpres 2019, Bisakah Terjadi?

Dalam satu pekan terakhir, sejumlah lembaga survei mengeluarkan hasil survei mereka soal elektabilitas dua pasang calon presiden dan wakil presiden.

TRIBUNNEWS.COM/KOMPAS.COM
Capres nomor urut 01 Joko Widodo dan Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto, saat Debat Pilpres pertama di Hotel Bidakara, Pancoran, Jakarta Selatan, Kamis (17/1/2019). 

TRIBUNPALU.COM - Pemilihan Presiden 2019 akan berlangsung kurang dari satu bulan lagi.

Dalam satu pekan terakhir, sejumlah lembaga survei mengeluarkan hasil survei mereka soal elektabilitas dua pasang calon presiden dan wakil presiden.

Survei Vox Populi, misalnya menyebutkan pasangan nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin mendapatkan dukungan 54,1 persen responden.

Pasangan calon nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno mendapatkan suara 33,6 persen.

Jumlah responden yang tidak tahu atau tidak menjawab ada 12,3 persen.

Sementara itu, Survei Charta Politika menunjukkan, elektabilitas Jokowi-Ma'ruf ada pada angka 53,6 persen.

Adapun, Prabowo-Sandi 35,4 persen.

Sisanya sebanyak 11 persen menjawab tidak tahu.

Ada pula survei Litbang Kompas yang menyebutkan elektabilitas Jokowi-Ma'ruf 49,2 persen, sementara Prabowo-Sandiaga 37,4 persen.

Sebanyak 13,4 persen responden menyatakan rahasia.

Hasil survei ini bisa saja berbeda dengan hasil akhir penghitungan suara oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Pasangan calon yang kurang diuntungkan dalam berbagai survei yakin akan ada migrasi atau perpindahan suara pada hari pencoblosan yang berlangsung 17 April 2019 mendatang.

Undecided voters alias pemilih yang belum menentukan pilihan dinilai akan menentukan pilihannya pada hari H.

Bahkan, ada harapan pendukung lawan politik memindahkan dukungannya ke lawan.

Pertanyaannya, mungkinkah terjadi?

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved