7 Fakta Psikologi yang Jarang Diketahui, Termasuk Mengapa Ada Orang yang Takut Bahagia?

Berikut TribunPalu.com merangkum deretan fakta psikologis yang bermanfaat untuk membantu diri Anda dari laman Brightside.

Editor: Imam Saputro
thoughtsonlifeandlove.com
Ilustrasi fakta psikologi. 

TRIBUNPALU.COM - Kondisi psikologi manusia bukanlah hal yang sederhana untuk dipahami.

Bahkan para ilmuwan baru bisa 'mengorek' sedikit di bagian permukaannya.

Rahasia psikologi dapat mengungkap bagaimana cara memicu kreatifitas atau meningkatkan peluang dalam membangun hubungan yang langgeng.

Berikut TribunPalu.com merangkum deretan fakta psikologis yang bermanfaat untuk membantu diri Anda dari laman Brightside.

1. Lagu favorit.

(avclub.com)

Lagu favorit biasanya merupakan lagu berhubungan khusus dengan peristiwa penting dalam hidup seseorang.

Lagu yang disukai biasanya berkaitan dengan kisah personal, seseorang, atau peristiwa yang emosional.

2. Takut akan kebahagiaan.

Ilustrasi
Ilustrasi (melodywilding.com)

Beberapa orang di dunia ini mengalami ketakutan akan kebahagiaan.

Rasa takut terhadap kebahagiaan bisa dialami oleh orang yang pernah mengalami kejadian tragis secara personal saat mereka merasa bahagia sebelumnya.

Inilah mengapa mereka secara tidak sadar akan menduga sesuatu yang buruk bisa terjadi dalam momen-momen bahagia.

Sehingga, mereka berupaya untuk menghindari kondisi yang membuat mereka senang.

Orang-orang seperti ini juga kemungkinan meyakini diri mereka adalah introvert, dan berupaya untuk menghindari pesta atau event-event yang menyenangkan lainnya.

Padahal, mereka tidak merasa takut atau tidak nyaman berada bersama orang banyak, mereka hanyalah merasa takut dengan kesempatan merasa bahagia.

3. Tingkat stres yang dialami seseorang saat kehilangan ponsel.

Seseorang yang kehilangan ponsel memiliki tingkat stres yang sama dengan tingkat stres yang dialami orang saat ada serangan teroris.

Beberapa event yang paling menegangkan maupun menyedihkan bagi kebanyakan orang adalah kematian orang terkasih atau hukuman penjara.

Namun, ketakutan saat kehilangan ponsel atau ketinggalan kereta/pesawat diperkirakan hampir menyerupai ketakutan saat ada serangan teroris.

Lima situasi yang paling penuh tekanan meliputi bencana alam (kebakaran, banjir, dan lainnya), dipecat, dan penyakit serius.

4. Menulis diary atau buku harian dapat memperbaiki kondisi kesehatan fisik.

Ilustrasi menulis diary.
Ilustrasi menulis diary. (writediary.com)

Orang-orang yang mengalami gangguan makan atau depresi dapat memanfaatkan buku harian atau diary.

Menulis buku harian dapat membuat sistem imun lebih kuat, membantu menghadapi stres, dan bahkan mengurangi gejala asma.

Ada satu lagi manfaat penting dari menulis buku: Anda memiliki kesempatan untuk merenungkan kesalahan agar tidak mengulanginya di masa depan.

Selain itu, Anda juga dapat menemukan kesenangan dalam mengingat momen-momen yang terlupakan di masa lalu.

Anda juga tak perlu menulis banyak-banyak, Anda cukup menuliskan beberapa kalimat setiap harinya, dan lebih baik lagi pada waktu yang sama.

Maka, catatan harian ini dapat membantu mengungkapkan perasaan dan menganalisis situasi.

5. Jalan-jalan di taman selama 20 menit dapat membuat Anda lebih bahagia.

Kontak dengan alam dapat membuat kita merasa tenang dan memberikan kenyamanan emosional.

Orang yang menghabiskan waktu setidaknya 20 menit di taman akan merasa lebih puas dengan hidup mereka.

Baik dengan hanya berjalan-jalan maupun jogging di taman.

6. Musik latar (background) menurunkan kreativitas.

Lagu atau nada apa pun (baik dalam bahasa ibu maupun bahasa asing) malah dapat menghalangi kreativitas saat didengarkan sambil bekerja.

Jika Anda, misalkan penulis atau memiliki pekerjaan yang berkaitan dengan bahasa, sebaiknya mendengarkan lagu saat sedang tidak bekerja.

7. Rata-rata, kecemasan yang dialami siswa sekolah pada abad ke-21 hampir sama dengan kecemasan yang dialami pasien di institusi kesehatan mental pada awal 1950an.

Ilustrasi merasa cemas.
Ilustrasi merasa cemas. (blogs.kcl.ac.uk)

Setiap dekade, tingkat kecemasan pada anak-anak dan orang dewasa semakin meningkat dan ada beberapa alasan untuk hal ini:

- Kita tidak merasakan hambatan sosial sebanyak yang orang alami pada zaman dulu.

Terlalu sering berganti pekerjaan, kurang berpartisipasi dalam organisasi keagamaan dan kegiatan sosial lainnya, menunda pernikahan, dan menghabiskan lebih banyak waktu sendirian;

- Kita menginginkan terlalu banyak hal seperti kekayaan dan hubungan yang sempurna, tetapi malah dibayangi gagasan yang tidak realistis tentang penampilan dan sikap ideal pasangan.

- Terpapar oleh begitu banyak berita buruk, terutama tentang kecelakaan dan perang dari program berita, sehingga membuat kita merasa dunia ini adalah tempat yang berbahaya dan menyedihkan.

(TribunPalu.com/Rizki A. Tiara)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved