Pilpres 2019
Sedang Dirawat di Singapura, Pria Ini Nekad Keluar ICU Menuju KBRI untuk Nyoblos di Ambulans
Kesulitan izin dokter, belum urus formulir A5, hingga terjang kemacetan selama sejam perjalanan, akhirnya Bigman Sirait mencoblos di ambulans di KBRI.
TRIBUNPALU.COM - Antusias Bigman Sirait, terhadap Pilpres 2019 memang patut diacungi jempol.
Pasalnya, meski sedang mengidap penyakit keras di Rumah Sakit Mount Elizabeth Novena, Singapura, Bigman tetap bersikeras untuk mengikuti pemungutan suara Pilpres 2019.
Dikutip TribunPalu.com dari Kompas.com, Bigman didampingi keluarganya, menceritakan bagaimana usaha pendeta itu untuk menggunakan hak pilihnya pada Senin (15/4/2019).
Bigman kesulitan mendapatkan izin dari tim dokter untuk mendatangi TPS yang berada di Kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI).
Hal tersebut diceritakan oleh sang istri, Greta Mulyati.
"Minggu pagi kemarin dokter bersikukuh tidak mengizinkan berangkat ke KBRI untuk mencoblos," ujar Greta.
Tim dokter tidak mengizinkan lantaran kondisi kesehatan Bigman belum bisa meninggalkan ruang ICU.
"Risikonya terlalu tinggi karena suami saya masih mengalami pendarahan," jelas Greta.
Karena kondisi inilah, Bigman harus melakukan pencoblosan suara di dalam ambulans.
"Saat ini Pak Bigman masih dirawat intensif di ruangan ICU, di mana jika terjadi apa-apa bisa dilakukan transfusi langsung. Nah, kalau di ambulans kan bisa gawat kalau ada apa-apa," lanjutnya.
Tak hanya itu, Greta juga menceritakan bagaimana kegigihan sang suami untuk mencoblos.
Bahkan, pada Sabtu malam, Bigman sempat memikirkan pakaian apa yang harus dia kenakan saat mencoblos.
Berkat semangat Bigman ini, pihak KBRI pun memberi lampu hijau untuk mengantarkan kotak suara dan surat suara ke rumah sakit untuk memfasilitasi Bigman.
Meskipun sudah mendapat izin dari pihak rumah sakit dan tim dokter, proses pemungutan suara Bigman masih terkendala formulir A5 sebagai dokumen yang dipersyaratkan KPU.
Sehingga fasilitas KBRI untuk Bigman gagal dilaksanakan dan mengharuskan Bigman untuk mendatangi KBRI.
Sebab pihak keluarga tidak sempat mengurus formulir A5 karena tidak memperkirakan tetap tinggal di Singapura sampai menjelang Pemilu 2019.
“Kita datang 20 Februari hanya untuk check-up, rupanya kondisi suami tidak sehat, operasi dilaksanakan tanggal 8 Maret," jelas Greta.
Sayangnya, rencana itu gagal terealisasi karena kondisi Bigman yang tidak kunjung pulih.
"Dokter mengatakan seharusnya pulih dalam sebulan. Kita asumsi akan pulang 8 April dan mencoblos tanggal 17 di Jakarta. Apa daya rupanya Pak Bigman mengalami komplikasi serta pendarahan yang membuat beliau harus tinggal lebih lama,” lanjut Greta.
Proses pencoblosan telah melewati diskusi yang alot oleh tim dokter hingga Bigman dinyatakan boleh mencoblos pada pukul 11.00 waktu setempat.
Dokter dan perawat mendampingnya saat mencoblos di ambulans, sebab selang-selang medis dan peralatan medis yang krusial masih harus terpasang di tubuh Bigman.
Putri sulung Bigman, Kezhia Bianta Sirait turut memberi keterangan bagaimana proses pencoblosan sang ayah.
“Kita jantungan, dokter jantungan, suster juga jantungan.Ya intinya semua tahu ini sangat high-risk, namun demi papa, ya kita maju saja," tutur Kezhia.
Setelah menempuh perjalanan selama satu jam di tengah kemacetan total mengarah ke KBRI Singapura, ambulans tiba sekitar pukul 12.30.
Tak hanya macet, kendala juga terjadi saat pengemudi ambulans sempat dua kali salah masuk pintu gerbang.
Setelah sampai, petugas PPLN Singapura secara sigap menyambut kedatangan Bigman.
Bigman diberi dua surat suara, yakni masing-masing untuk presiden dan DPR Dapil Jakarta II.
Tepat pukul 12.49 waktu setempat, Bigman melangsungkan pencoblosan surat suara.
Proses pencoblosan hingga mencelupkan jari berlangsung hanya dalam waktu lima menit.
Keluarga dan para pendamping medis pun bernapas lega.
Wajah sumringah Bigman langsung terpancar dan dia segera diantar kembali ke rumah sakit.

Mengenai pencoblosan di rumah sakit, pihak KBRI menyatakan tidak ada layanan keliling rumah sakit untuk pencoblosan karena memang tidak diizinkan oleh pihak rumah sakit di Singapura.
Hal ini disampaikan Counsellor Pensosbud KBRI Singapura, Ratna L Harjana.
“Tidak diperbolehkan, kecuali kejadian yang luar biasa, untuk Ibu Ani Yudhoyono, pihak rumah sakit menerima secara terbatas melalui Bapak Susilo Bambang Yudhoyono," jelas Ratna.
Setelah proses pencoblosan berlangsung lancar, Bigman mengisahkan alasannya untuk tetap berpartisipasi dalam Pemilu 2019.
"Sebagai anak bangsa Indonesia, ini adalah tanggung jawab saya untuk ikut memilih, berpartisipasi dalam proses politik memilih pemimpin negara ini," katanya, Senin (15/4/2019).
Ia juga mengaku meski hanya satu suara, ia tidak mempedulikan pilihannya akan menang atau kalah.
"Cukup satu paku, bagi saya menang kalah itu urusan kedua," ucapnya.
Bahkan ia juga mengaku tidak khawatir akan keselamatannya saat harus diangkut dengan ambulans menuju KBRI.
"Saya tidak khawatir kalau dipanggil Tuhan. Prinsip saya kalau masih bisa kerja, mari kita kerja, jangan kita tidak bekerja, demikianlah prinsip mencoblos ini," jelas Bigman.
Tidak ketinggalan, ia juga memuji KBRI Singapura serta PPLN Singapura yang telah memfasilitasinya menggunakan hak pilih.
"Indonesia kita memang hebat benar," tutupnya.
(TribunPalu.com/Isti Prasetya)