Pemilu 2019
Dokter Ani Bandingkan Beban Kerja KPPS dengan Dokter, Adian Napitupulu: Bicaralah Sebagai Dokter
Politisi partai PDI P, Adian Napitupulu mengungkapkan bahwa analisa dokter spesialis syaraf Ani Hasibuan tidak ada hubungannya dengan medis.
TRIBUNPALU.COM - Dokter spesialis syaraf, Ani Hasibuan memberikan analisnya terkait penyebab kematian sejumlah anggota KPPS.
Hal tersebut ia ungkapkan dalam acara Catatan Demokrasi Kita di TV One.
Menurut dokter Ani, beban kerja yang dialami oleh petugas KPPS tidak seberat beban kerja yang dialami oleh dokter yang sedang mengambil spesialis.
• (UPDATE) Hingga Kamis Pagi, Total 382 Anggota KPPS Meninggal Pasca-Pemilu 2019
• Jumlah Anggota KPPS Meninggal Semakin Banyak, Aburizal Bakrie: Saya Usul Dibentuk Tim Khusus
"Kalau bicara fisiologi orang berkata kelelahan itu kan kaitannya dengan fisik.
Dan saya lihat beban kerja nih, ada di laporan saya beban kerja KPPS itu apa aja sih?
Ada 7 orang satu TPS, itu beban kerjanya saya nggak melihat itu ada fisik yang sangat capek, yang saya tahu yang paling capek itu dokter yang lagi ambil spesialis mas, kerja tiga hari tiga malam itu nggak ada yang mati itu yang ada tambah gendut," ungkap doket Ani.
Dia juga mengatakan bahwa kelelahan tidak bisa menjadi penyebab utama kematian.
Namun adanya penyakit seperti jantung yang diiringi dengan kelelahan dapat menjadi faktor penyebab kematian.
"Kematian karena kelelahan saya belum pernah ketemu. Belum pernah saya ketemu Cause of death (COD) orang karena kelelahan," ungkap dokter Ani.
Kalau orang ada gangguan jantung di awal oke, kemudian dia bekerja fisiknya diforsir, kemudian sakit jantungnya terpicu kemudian dia meninggal karena jantungnya dong bukan karena kelelahan," ujar dokter Ani.
Mendengar analisa tersebut, politisi partai PDI P, Adian Napitupulu merasa tidak puas.
Menurutnya analisa tersebut tidak ada hubungannya dengan medis, namun justru merendahkan pekerjaan petugas KPPS.
"Pertama begini saya berharap tadi kita mendengar analisa medis tanpa adanya tendensi apapun. Termasuk menghakimi pekerjaan KPPS.
Sebagai dokter analisanya medis saja, nggak perlu menghakimi apa yang mereka kerjakan.
Yok kita objektif dalam kapasitas dokter ya analisa analisa medis jangan menganalisa beban kerja orang lain, jangan kemudian menghakimi beban kerja KPPS seolah disederhanakan lalu nyatet-nyatet kok meninggal," ungkap Adian.
Mendengar tanggapan Adian, Ani Hasibuan merasa tidak terima.
Ia menyanggah bahwa poin utama dari analisanya bukanlah terkait pada beban kerja petugas KPPS.
"Bukan itu poin saya bang Adian. Orang ketua KPPS nya aja bilang kelelahan kok," timpal Ani Hasibuan.
Adian mengatakan bahwa dirinya tidak membantah terkait hal tersebut, namun dia membantah pernyataan Ani tentang beban kerja KPPS.
"Saya tidak bantah itu. Karena saya tidak dalam kapasitas pernyataan itu. Yang saya bantah adalah pernyataan dia yang 'apasih kerja KPPS ? cuma nyatat-nyatat doang ?' Itu yang saya bantah," ujar Adian Napitupulu.
Adian kembali menanggapi bahwa menurutnya Ani tidak sepantasnya untuk membahas beban kerja KPPS, karena itu bukan wilayah seorang dokter.
"Jangan masuk pada wilayah itu. Bicaralah dalam analisa medis. Jangan bicara tentang apa sih kerja KPPS ? cuma catat-catat saja. Kapasitas KPPS bukan cuma nyatat bu dokter ! Analisa medisnya tidak saya bantah. Saya bukan dalam kapasitas membantah persoalan medis," ujar Adian Napitupulu.
"Jangan ngomong begitu. Jangan remehkan pekerjaan KPPS. Jangan ada kesombongan profesi yang merendahkan pekerjaan orang lain, hanya mencatat-catat saja. Jangan !" pinta Adian Napitupulu.
Seperti diketahui data terakhir Komisi Pemilihan Umum (KPU), Selasa (7/5/2019) pukul 16.00 WIB, jumlah petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang meninggal dunia sebanyak 456 orang.
Dan dugaan sementara saat ini penyebab kematian sejumlah petugas KPPS adalah faktor kelelahan.
Tonton juga videonya:
(TribunPalu.com/Lita Andari Susanti)