Cerita Sejarah
Kenang 21 Tahun Tragedi Trisakti & Desakan Usut Kasus di Jalur Hukum, 12 Mei 1998 Apa yang Terjadi?
Mengenang 21 tahun, aktivis 1998 berziarah ke makam korban kerusuhan Tragedi Trisakti, Direktur organisasi HAM mendesak kasus itu selesai secara hukum
Tragedi tersebut mencerminkan pembatasan kebebasan akademik dan berpendapat dalam aspek sosial politik.
Oleh karena itu, tragedi tersebut penting untuk diperingati agar hal yang sama tak terulang kembali.
"Tragedi Trisakti adalah tragedi pemberangusan kebebasan akademik, termasuk kemerdekaan berpikir di dunia kampus maupun kemerdekaan untuk berpendapat dalam kehidupan sosial politik."
"Memperingati tragedi ini menjadi sangat penting agar negara dan pemerintah tidak mengulangi hal-hal tersebut," tutur Usman.
Lalu, apa yang terjadi pada 12 Mei 1998 itu?
Tepatnya, 12 Mei 1998 mahasiswa melakukan demonstrasi menentang pemerintahan Soeharto.
Tentu saja pemerintah mengerahkan pasukan untuk menghentikan aksi mahasiswa tersebut.
Bahkan, empat mahasiswa tewas dalam penembakan terhadap peserta demonstrasi yang melakukan aksi damai.
Sementara itu, dokumentasi Kontras menulis, korban luka mencapai 681 orang dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia.
• Disebut Serangga & Diusir dari Kubu Prabowo, Demokrat: Usai Pilpres, Kami Akan Ambil Sikap
Dikutip TribunPalu.com dari Kompas.com, Tragedi Trisakti menjadi simbol dan penanda perlawanan mahasiswa terhadap pemerintahan Orde Baru.
Sebelumnya, kerusuhan bernuansa rasial sempat terjadi sehari setelah Tragedi Trisakti, tepatnya pada 13-15 Mei 1998.
Namun, kerusuhan tersebut tidak mengalihkan perhatian mahasiswa untuk tetap bergerak dan menuntut perubahan.
Hingga kemudian, pada 18 Mei 1998 mahasiswa berhasil menguasai kompleks gedung MPR/DPR.
Dengan serentetan tragedi berdarah itu, beberapa hari kemudian berhasil menjatuhkan pemerintahan yang berkuasa selama 32 tahun.
Perlawanan untuk menuntut reformasi semakin besar, hingga akhirnya memaksa Presiden Soeharto untuk mundur pada 21 Mei 1998. (TribunPalu.com/Isti Prasetya)