CEO Boeing Ungkap Alasan Perusahaannya tak Berikan Info Sistem Software Pesawat 737 Max kepada Pilot

CEO Boeing mengungkapkan alasan perusahaannya tidak mengungkapkan adanya sistem MCAS kepada para pilot yang menerbangkan pesawat Boeing 737 Max.

Editor: Wahid Nurdin
Boeing
Pesawat Boeing 737 max 8 

TRIBUNPALU.COM - Perusahaan manufaktur pesawat terbang terbesar dunia, Boeing saat ini menjadi sorotan dunia pasca kecelakaan fatal dua unit pesawat 737 Max yang diproduksinya.

Terlebih, terungkap fakta Boeing tidak memberitahukan adanya sistem perangkat lunak (software) terbaru 737 Max kepada para pilot.

Polemik soal sistem perangkat lunak yang disebut Manuevering Characteristic Augmentation System (MCAS) ini mencuat setelah insiden kecelakaan Lion Air JT610 pada 29 Oktober 2018 lalu.

Mengutip laman Business Insider, dalam database yang dirawat oleh NASA, sejumlah pilot pesawat Boeing 737 Max mengungkapkan kemarahan akibat tidak diberitahu tentang adanya sistem itu di dalam pesawat yang mereka terbangkan.

Dan kemarahan seputar sistem MCAS kembali mencuat saat pesawat Ethiopian Airlines ET302 mengalami kecelakaan tragis pada 10 Maret 2019.

Menganggapi hal ini, CEO Boeing Dennis Muilenburg menjelaskan, alasan mengapa perusahaannya memasang sistem MCAS pada pesawat Boeing 737 Max, tetapi tidak mengatakan keberadaan sistem ini pada para pilot.

Pada saat yang bersamaan, Dennis juga membantah gambaran media tentang MCAS sebagai sistem anti-stall.

"Ketika Anda melihat desain asli sistem MCAS, saya rasa dalam beberapa hal, termasuk di sebagian besar media, (MCAS) selalu dilaporkan atau digambarkan sebagai sistem anti-stall, yang sebenarnya bukan," kata Dennis tak lama setelah pertemuan tahunan pemegang saham Boeing.

"Itu adalah sebuah sistem yang dirancang untuk menyediakan handling qualities bagi para pilot yang dapat memenuhi preferensi pilot."

Dennis menambahkan, "Kami ingin pesawat bertindak di udara sama seperti generasi 737 sebelumnya. Itu adalah pilihan yang bisa para pilot rasakan untuk pesawat, dan MCAS dirancang untuk menyediakan handling qualities semacam itu pada sudut serang tinggi atau high angle-of-attack (AOA)."

"Itu (MCAS) adalah rancangan yang memang disengaja. MCAS pun merupakan sesuatu yang dirancang untuk menjadi bagian dari bagaimana pesawat terbang. Jadi, itu adalah bagian dari proses sertifikasi," kata CEO Boeing.

"(MCAS) bukanlah sesuatu yang menjadi prosedur terpisah atau sesuatu yang harus dilatihkan kepada pilot secara tersendiri."

"Bahkan MCAS telah tertanam dalam handling qualities pesawat. Jadi ketika Anda berlatih pada pesawat, sebenarnya Anda juga sudah berlatih MCAS," tambahnya.

Dennis pun menegaskan, "MCAS bukanlah sistem terpisah yang harus diajarkan atau dijadikan latihan tersendiri."

Dibuatnya rancangan MCAS merupakan solusi bagi permasalahan yang timbul dari desain badan pesawat Boeing 737 Max sendiri.

Untuk menyesuaikan dengan mesin 737 Max yang lebih besar dan irit bahan bakar, Boeing memang harus meletakkan mesin ke posisi yang lebih ke depan dan tinggi.

Perubahan posisi mesin ini mengganggu pusat gravitasi pesawat dan menyebabkan 737 Max memiliki kecenderungan untuk mengarahkan ujung hidungnya ke atas selama penerbangan.

Hal ini meningkatkan peluang terjadinya stall.

Nah, MCAS dirancang untuk secara otomatis mengimbangi kecenderungan tersebut dan mengarahkan hidung pesawat ke bawah ketika sensor angle-of-attack (AOA) memicu peringatan.

Boeing pun telah mengonfirmasi pada awal bulan Mei lalu bahwa kesalahan pembacaan pada salah satu sensor AOA pesawat Boeing 737 Max memicu aktifnya MCAS di dalam pesawat Lion Air JT610 dan Ethiopian Airlines ET302.

Akibatnya, sistem MCAS malah mendorong hidung pesawat ke bawah saat sedang lepas landas atau take-off.

Saat ini, Boeing sedang mengerjakan serangkaian perbaikan perangkat lunak untuk sistem MCAS-nya.

(TribunPalu.com/Rizki A. Tiara)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved