Terkini Palu
Kisah Hidup Syamsuddin, Perantau Asal NTB yang Berjuang Hidupi Istri dan 5 Anaknya di Palu
Di sebuah rumah berukuran 5x7 meter yang terbuat dari papan bekas, Syamsudin hidup bersama istri dan lima anaknya.
"Makanya banyak lubang, kalau hujan pasti basah dalam rumah," jelas Syamsuddin.
Begitu juga dengan dapur yang hanya menggunakan atap rumbia bekas yang dipasang hanya sekadar untuk berlindung dari panas matahari.
Kondisi ini tidak begitu dikhawatirkan oleh Syamsudin bersama istri.
Ia mengaku kondisi rumah tak jauh penting dibanding memenuhi kebutuhan makan sehari-hari.
Dengan pendapatan Rp30 ribu sekali angkut menggunakan mobil pickup, dinilai Syamsuddin belum bisa mencukupi kebutuhan keluarga sehari-hari.
Apalagi penghasilan itu tidak setiap hari ia dapatkan. Untung-untungan dalam seminggu Syamsuddin 4 kali mendapat hasil.
"Kadang ada, kadang juga tidak ada," katanya.

Pernah beberapa bulan lalu cerita Syamsuddin, mereka sekeluarga hanya bisa makan pisang yang direbus karena tak ada uang untuk membeli beras.
Saat itu, Nurhayati istrinya tengah hamil 6 bulan.
Kondisi seperti itu bukan hanya sekali mereka temui, bahkan berkali-kali.
"Yang jelas saya tetap berusaha, saya bilang ke istri, kalau kita sabar, pasti ada saja jalan rejeki," katanya.
Tak jarang pula para dermawan menawarkan diri untuk mengadopsi anak mereka.
Namun kali ini Syamsuddin tegas menolak.
Karena semenjak dua orang anaknya di bawa oleh kerabatnya, ia merasa sangat menyesal.
Hingga saat ini, ia belum pernah bertemu lagi dengan anaknya.