Ketegangan dengan Amerika Serikat Meningkat, Iran Balas Sanksi AS dengan Langgar Perjanjian Nuklir

Perekonomian Iran anjlok, Iran membalas Sanksi Amerika Serikat dengan melanggar perjanjian nuklir

moneycontrol.com
Presiden Iran, Hassan Rouhani. 

TRIBUNPALU.COM - Ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat meningkat dalam beberapa pekan ini.

Perekonomian Iran anjlok setelah Amerika Serikat menarik diri dari kesepakatan nuklir bulan Mei 2018.

Dikutip TribunPalu.com dari BBC Indonesia, Donald Trump mengatakan kesepakatan nuklir antara Iran dan Amerika Serikat cacat, sehingga perlu diperundingkan kembali.

Prakiraan Cuaca 33 Kota Besar Indonesia, Rabu (3/7/2019), Sejumlah Wilayah Masih Diguyur Hujan

Kesepakatan yang ditandatangani Iran dan Amerika Serikat bertujuan untuk membatasi program atom Iran dengan balasan penghapusan sanksi.

Amerika Serikat memberi kebijakan pengecualian bagi delapan negara yang masih mengimpor minyak Iran dan menukar kelebihan uranium tingkat rendah Iran dengan konsentrat tambang.

Setelah sanksi berlaku kembali, perintah eksekutif Trump mengunci aset Iran senilai "miliaran" dolar sebelum Iran menembak jatuh pesawat tak berawak AS di Teluk pada pekan lalu.

Selain itu, Amerika Serikat juga mengeratkan cengkeramannya terhadap sanksi minyak dan perbankan, supaya Iran menyerah dan menerima untuk melakukan negosiasi kembali.

Berdasarkan kesepakatan nuklir, Iran hanya diperbolehkan menghasilkan uranium yang diperkaya pada tingkat rendah, yaitu 3-4% konsentrasi U-235, dengan batas maksimal 300 kg.

Namun, Presiden Iran Hassan Rouhani mengumumkan pihaknya tidak lagi mematuhi batas maksimal 300 kg dan akan memperkaya uranium di atas konsentrasi 3,67% dan juga menghentikan perancangan kembali pembangkit nuklir air di Arak.

Sebagai balasan diterapkannya sanksi Amerika Serikat, Iran meningkatkan produksi uranium untuk dijadikan bahan bakar pembangkit senjata nuklir.

Iran secara sengaja melanggar perjanjian nuklir tahun 2015, lantaran pasokan uranium melampaui batas.

Iran menyimpan sebesar 1.050 kg dan akan diperkaya kembali agar menjadi bahan yang cukup guna membuat bom.

Menteri Luar Negeri Iran, Javad Zarif mengatakan jika produksi uranium yang diperkaya kini melebihi 300 kilogram dan sudah dikukuhkan oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA), senin (1/7/2019).

(TribunPalu.com/Sulastri)

Sumber: Tribun Palu
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved