Bisnis dan Ekonomi
Seusai Pangkas Suku Bunga Acuan, BI Yakin Nilai Tukar Rupiah Menguat Tahun Ini
“Pergerakan rupiah menunjukkan bahwa ekonomi akan membaik karena stabilitas terjaga,” tutur Gubernur BI Perry Warjiyo
TRIBUNPALU.COM - Bank Indonesia (BI) meyakini nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) dapat menguat di tahun ini.
Hal ini tercermin pada pergerakan rupiah sejak kemarin.
Dalam kurs tengah BI atau Jakarta Interbank Spot Dollar Rate Jisdor) rupiah menguat 0,19% di level Rp 14.976 per dollar AS.
Sementara itu berdasarkan data pasar spot pukul 14.33 WIB rupiah menguat 0,29% sebesar Rp 13.920 per dollar AS.
Kemarin rupiah ditutup menguat di level Rp 13.960 per dollar AS.
• Pertemuan Jokowi-Prabowo dan Pidato Visi Indonesia Bikin Rupiah Menguat
• Serikat Karyawan Garuda Indonesia Resmi Cabut Laporan Polisi terhadap Rius Vernandes
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan ada kecenderungan mekanisme pasar bergerak menguat setelah pemangkasan suku bunga BI atau BI 7-dat Reserve Repo Rate (BI 7-DRR) sebesar 5,75% kemarin.
Tadi ada beberapa importir korporasi yang beli jadi rupiah naik lagi,” kata Perry di Kantor BI, Jakarta, Jumat (19/7).
Kata Perry, investor, dunia perbankan, dunia usaha, dan pasar menyambut baik pemangkasan suku bunga, sehingga nilai tukar rupiah menguat saat ini.
“Pergerakan rupiah menunjukkan bahwa ekonomi akan membaik karena stabilitas terjaga,” tutur Perry.
Bergerak ke Level 13.922 Jumat (19/7/2019) Siang
Rupiah masih menguat di hadapan dollar Amerika Serikat di pasar spot pada Jumat (19/7/2019) siang.
Mengutip Bloomberg pada pukul 14.05 WIB, rupiah di pasar spot berada di level Rp 13.922 per dollar AS. Artinya rupiah menguat 0,28% dari penutupan kemarin di angka Rp 13.960 per dollar AS.
Tak cuma di pasar spot, rupiah juga menunjukkan tajinya di kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) dengan menembus rekor penguatannya tahun ini ke level Rp 13.913 per dollar AS.
Tak cuma rupiah, sejumlah mata uang negara Asia juga menunjukkan penguatan terhadap dollar AS pada pagi ini. Di antaranya adalah won Korea Selatan, peso Filiina, ringgit Malaysia, hingga baht Thailand.
Nasib berbeda justru dialami dollar Singapura dan yen Jepang yang melemah di hadapan USD.