Sebut Demo Saat Ini Kurang Solid, Fahri Hamzah Dapat Pesan dari Ketua DEMA UIN Jakarta
Ketua Dema UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Sultan Rivandi buka suara terkait pernyataan Fahri Hamzah yang menilai bahwa demo mahasiswa kurang solid.
TRIBUNPALU.COM - Ketua Dewan Mahasiswa (Dema) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Sultan Rivandi buka suara terkait pernyataan Fahri Hamzah yang menilai bahwa demo mahasiswa saat ini kurang solid.
Sultan menghargai pernyataan dari Fahri Hamzah tersebut.
Namun di sisi lain ia mempertanyakan kenapa Fahri Hamzah tidak mau menemui mahasiswa di jalanan pada saat aksi unjuk rasa.
"Khususnya buat bang Fahri Hamzah ya silahkan mempuyai romantisme gerakan masa lalu."
"Kalau misalnya punya gerakan romantisme masa lalu kenapa kemarin nggak tampil aja mendatangi mahasiswa?" ujar Sultan dilansir dari tayangan di kanal Youtube Talk Show tvOne.
Jika gerakan mahasiswa saat ini dinilai tidak solid, dengan lantang Sultan mengajak Fahri dan anggota DPR lainnya untuk diskusi.
Sebagai mantan aktivis mahasiswa yang saat ini telah menjadi anggota legislatif, Fahri Hamzah dinilai sudha tidak berani untuk turun ke jalan.
"Kalau misalkan kita dibilang tidak solid secara gagasan ayo kita diskusi terima kita baik-baik, toh dulu mereka juga kayak gitu kok di jalanan, kenapa giliran ke dalam nggak berani ke jalanan sekarang," ujar Sultan.
Sultan menyayangkan sikap Fahri yang menjadikan pengalamannya di masa lalu sebagai bahan untuk mendiskriminasi aksi unjuk rasa yang dilakukan mahasiswa saat ini.
Jika dilihat dari keadaan dan situasi negara saat ini dan masa lalu, maka wajar jika unjuk rasa dulu dan sekarang terasa sangat berbeda.
"Harus agak keras saya katakan jangan sampai menjadikan rujukan bahwa apa yang mereka lakukan di masa lalu untuk mendiskriminasi kawan-kawan yang sekarang lakukan dengan setting sosial yang berbeda, dengan kondisi sosial yang berbeda, dengan tekanan yang berbeda, tantangan yang berbeda," papar Sultan.
"Oke kita bisa belajar dari kawan-kawan senior tapi tolong jangan jadikan itu rujukan untuk memtikan atau menyudutkan aksi demonstrasi yang hari ini kita lakukan," pungkasnya.
Fahri Hamzah Nilai Aksi Mahasiswa saat Ini Kurang Solid
Diketahui sebelumnya Fahri Hamzah menilai kalau gerakan Mahasiswa tahun 2019 ini tuntutannya kurang solid, sehingga berbeda dengan gerakan 98.
Meski begitu, Fahri Hamzah tetap menghargai munculnya kelompok yang disebut dengan moral force atau Mahasiswa ini.
"Spapun kehadiran mereka harus dibaca sebagai fenomena sosial yang pasti di belakanganya ada makna. Mereka biasanya muncul ketika ada kegelisahan, dan ada sesuatu yang tidak didengar," kata Fahri Hamzah dilansir dari acara E-Talkshow tvOne Sabtu (5/10/2019).
Menurut Fahri Hamzah, gerakan 98 saat melawan rezim Orde Baru itu kan terlalu akumulatif.
"Kesalahannya itu menumpuk, mulai hilangnya kebebasan, berakhir dengan hilangnya kesejahteraan sehingga orang ngantri sembako dan sebagainya. Jadi rasanya akumulasi dari sebab musababnya itu komplit, itulah yang membuat kemudian terjadi konsolidasi masif di kalangan mahasiswa," jelasnya.
Itulah sebabnya Fahri Hamzah menilau kalau gerakan Mahasiswa tahun 2019 ini berbeda dengan gerakan 98.
Maka dari itu gerakan Mahasiswa saat ini pun perlu dikritisi.
"Tapi kehadirannya tetap harus kita kritisi, karena kalau argumennya tidak terlalu kuat biasanya tidak relevan dan tidak lama. Itu juga adalah challenge kepada gerakan Mahasiswa sendiri, apakah Anda hanya hadir ini berdasar ikut-ikutan atau secara solid ada yang ingin disampaikan kepada pemerintahan," tuturnya.
Mengenai adanya tujuh tuntutan yang disampaikan para Mahasiswa, menurut Fahri Hamzah tuntutan itu masih kurang solid.
"Banyak dari tuntutan itu kalau saya menganggapnya sih kurang solid. Kalau dulu kan kita bilang hentikan dwi fungsi ABRI, adili rezim orde baru, Presiden Soeharto dan kroninya itu rasanya akumulatif. Permintaan Amandemen konsitusi, otonomi daerah, itu kan solid, memang karena itu yang hilang," jelasnya.
Berbeda ketika tuntutan Mahasiswa saat ini soal undang-undang, yang menurut Fahri Hamzah tidak solid.
"Tapi kalau misalnya meminta rancangan undang-undang KUHP dibatalkan, rasanya itu tidak solid, itu tidak datang dari dialog yang mendalam. Ya yang lain-lain juga bisa saya kritik, termasuk RUU KPK, termasuk sahkan UU PKS dan sebagainya," kata mantan Aktivis 98 ini.
Meski begitu, ia tetap menghargai keberadaan gerakan tersebut.
Aksi Demonstrasi Mahasiswa Terjadi di Sejumah Daerah Indonesia
Gelombang aksi unjuk rasa mahasiswa dan aktivis pro-demokrasi terjadi di sejumlah daerah, Senin (23/9/2019) hingga Selasa (24/9/2019).
Mereka menuntut pemerintah dan DPR membatalkan sejumlah rancangan undang-undang yang dianggap memberangus kebebasan sipil dan melemahkan agenda pemberantasan korupsi sesuai amanat reformasi.
Di Jakarta, aksi unjuk rasa dipusatkan di depan Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (23/9/2019).
Mahasiswa di kota-kota besar, seperti Yogyakarta, Bandung, Malang, Cirebon, dan di Provinsi Sumatera Barat juga turun ke jalan menyuarakan tuntutan mereka.
Dalam tuntutannya, mahasiswa menolak pengesahan revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU KPK) yang dinilai akan melemahkan KPK.
Mahasiwa juga meminta DPR menunda pengesahan Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP) karena sejumlah pasal dinilai berisiko memberangus kebebasan berekspresi dan menyatakan pendapat.
Adapula sejumlah rancangan undang-undang yang dianggap bermasalah, yakni RUU Pemasyarakatan, RUU Sumber Daya Air, dan UU Pertanahan.
(TribunPalu.com)