Sains dan Lingkungan
Setelah 115 Tahun 'Menghilang', Burung Ibis Sendok Raja Kembali Muncul di Sulawesi
Kehadiran ibis sendok raja di tepi Danau Limboto pada akhir pekan lalu sangat mengejutkan pemerhati burung di Gorontalo.
Selama ini juga tidak pernah dicatat kemunculannya di Gorontalo.
“Di Danau Limboto baru saja dikunjungi banyak burung migran yang berasal dari belahan utara bumi, seperti cerek kernyut (Pluvialis fulva), cerek pasir besar (Charadrius leschenaultia), berkik ekor lidi, biru laut ekor blorok atau lainnya. Kok tiba-tiba di hadapan kami muncul ibis sendok raja yang berasal dari Australia yang belum masuk musim dingin. Ini fenomena menarik,” kata Debby Hariyanti Mano, Direktur Perkumpulan BIOTA.
Hanom Bashari mengakui ibis sendok raja merupakan satwa yang lazim berada di Benua Australia, namun sedikit catatan untuk Indonesia seperti di Jawa, Nusa Tenggara dan Timor.
Catatan lama Carl Benjamin Hermann Baron von Rosenberg pada 1864 seakan membangkitkan kembali ingatan betapa lengan utara Pulau Sulawesi sangat penting dalam siklus kehidupan satwa liar, terutama burung air.
Rosenberg dalam bukunya Reistogten in de Afdeeling Gorontalo banyak menceritakan perjalanannya di Danau Limboto dan kekayaan hayatinya, termasuk buaya penghuni danau.
Secara spesifik ia juga menuturkan ragam jenis burung di danau termasuk sebutan dalam bahasa Gorontalo, bahkan di reruntuhan Benteng Nassau dikisahkan burung-burung beterbangan terlihat dekat dengan orang.
Dalam tulisannya ia menyebut Trichoglossus ornatus, Perkici Dora sebagai Ulolito, Eclectus mülleri, Nuri Bayan disebut Auliha, Loriculus stigmatus, Serindit Sulawesi dinamakan Tindito, Centropus rectunguis, bubut hutan dinamakan Alu'u, Coracias temminckii, Tiong-lampu Sulawesi adalah Lunggungeu, Eurystomus orientalis, Tiong-lampu biasa atau hendingo-opo, dan lainnya.
• Bukan Ria Ricis ataupun Atta Halilintar, Raffi dan Nagita jadi Youtuber dengan pendapatan Tertinggi
• Tanggapi Gerindra ke Koalisi Jokowi, Hidayat Nur Wahid: Ngapain Kemarin Kompetisi Ada Dua Capres?
Danau Limboto merupakan danau endapan yang kaya substrat.
Diperkirakan awalnya danau ini memiliki luas yang terbentang dari lembah Paguyaman di Kabupaten Boalemo hingga di kaki Gunung Tilong Kabila, Kabupaten Bone Bolango sekarang ini.
Gerak lempeng bumi yang terus mengangkat dasar laut Gorontalo membuat danau ini semakin mengecil, namun faktor yang paling menentukan adalah pasokan sedimen yang mengalir sepanjang tahun ke danau ini.
Danau Limboto menjadi muara bagi 23 sungai dan anak sungai yang sepanjang tahun membawa lumpur.
Tidak heran jika danau kebanggaan masyarakat Gorontalo mengalami pendangkalan dan penyempitan yang masif.
Dari danau berlumpur inilah hewan invertebrata, ikan, serangga dan lainnya berlimpah.
Satwa inilah yang menjadi santapan lezat burung-burung air.
Hanom Bashari dan relawan lainnya bekerja secara mandiri tanpa digaji atau fasilitas lainnya.