Cecep Reza Bombom Meninggal karena Serangan Jantung di Usia Muda, Kenali Gejala dan Penyebabnya

Cecep Reza Bombom Meninggal Karena Serangan Jantung di Usia Muda, Kenali Gejala serta Penyebabnya

Editor: Imam Saputro
blog.cedars-sinai.edu
Ilustrasi penyakit serangan jantung. Saat ini, serangan jantung semakin sering terjadi pada anak muda. 

Cecep Reza Bombom Meninggal Karena Serangan Jantung di Usia Muda, Kenali Gejala serta Penyebabnya

TRIBUNPALU.COM - Artis Cecep Reza, pemeran Bombom dalam sinetron Bidadari dikabarkan meinggal dunia, Selasa (19/11/2019).

Diketahui Cecep Reza meninggal dunia secara tiba-tiba.

Cecep Reza meninggal dunia dalam usia 31 tahun.

Sang mertua, Tuti Herawati menceritakan, Reta, istri Cecep Reza masih merasa syok.

Reta masih belum percaya jika sang suaminya telah meninggal dunia.

"Tadi anak saya kayak orang syok, kehilangan banget. Begitu saya datang dia kayak orang bingung," kata Tuti yang dikutip dari kompas.com.

Tuti mengatakan, menantunya ditemukan meninggal dunia dalam keadaan tidur.

Istri Cecep, Reta mencoba membangunkan sang suami.

Namun, Cecep Reza sudah tidak bernyawa.

Cecep Reza dikenal saat berperan sebagai Bombom di sinetron Bidadari bersama Marshanda.

Cecep Reza dimakamkan di TPU Layur, Penggilingan, Jakarta Timur pada Rabu (20/11/2019) pukul 09.00 WIB.

Menurut kabar yang beredear, Cecep reza meninggal dunia karena serangan jantung.

Cecep Reza sempat menjalani pemasangan ring jantung satu minggu lalu.

Mengapa di usia Cecep Reza yang tergolong masih muda bisa terkena serangan jantung? 

Berikut beberapa penjelasan yang berhasil dirangkum Tribunnews.com dari berbagai sumber.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan pada 2013, di Indonesia penyakit jantung semakin banyak diderita oleh kelompok usia muda, yakni 39% berusia kurang dari 44 tahun.

Sebanyak 22 persen dari penderita jantung usia muda itu ada di kisaran 15–35 tahun.

Penyebab serangan jantung

Jantung memiliki beberapa jenis pembuluh, di antaranya yang paling penting adalah arteri koroner.

Pada arteri ini terdapat sirkulasi darah kaya oksigen ke semua organ dalam tubuh, termasuk jantung.

Bila arteri ini tersumbat atau menyempit, aliran darah ke jantung bisa turun secara signifikan atau berhenti sama sekali.

Hal ini bisa menyebabkan serangan jantung.

Beberapa gejala yang muncul akibat serangan jantung 

1. Nyeri dada. Bagian ini biasanya terasa seperti ditekan atau diremas pada dada sebelah kiri.

2. Tidak nyaman di bagian tubuh atas. Merasakan sakit pada salah satu atau kedua lengan, punggung, bahu, leher, rahang, atau bagian atas perut (di atas pusar).

Rasa tidak nyaman tersebut berlangsung lebih dari beberapa menit atau hilang dan kembali lagi. Kadang disertai dengan rasa gelisah dan detak jantung cepat.

3. Sesak napas. Biasanya jika ini terjadi maka tubuh akan mengeluarkan keringat dingin, kepala terasa pusing, dan tubuh terasa lemas.

4. Gejala lain. Pada beberapa orang muncul gejala lainnya seperti batuk, mual, muntah sering terjadi pada wanita.

Berikut faktor seseorang bisa terkena serangan jantung

Selain faktor genetika, orang yang berisiko serangan jantung biasanya memiliki pola hidup yang tidak sehat.

1. Kelebihan berat badan sangat tidak baik untuk kesehatan. Bahkan jika seseorang melakukan diet yang salah, misalnya, diet tinggi lemak jenuh, lemak trans, kolesterol, dan sodium juga akan meningkatkan kolesterol.

2. Kandungan yang terdapat pada rokok juga dapat meningkatkan risiko terjadinya serangan jantung.

3. Umur. Risiko serangan jantung meningkat seiring bertambahnya usia. Pria berisiko tinggi mengalami serangan jantung setelah usia 45 tahun, dan wanita berisiko tinggi mengalami serangan jantung setelah usia 55 tahun.

4. Faktor keturunan. Faktor yang sangat tinggi dari keluarga yang dapat meningkatkan serangan jantung.

5. Memiliki tekanan darah tinggi. Tekanan darah normal adalah di bawah 120/80 mmHg tergantung usia. Memiliki tekanan darah tinggi akan merusak arteri dan mempercepat penumpukan plak.

6. Faktor lain. Olahraga berlebihan, stres juga memicu terjadinya tekanan darah menjadi tinggi, dan penggunaan obat-obatan ilegal seperti amfetamin dan kokain.

(Tribunnews.com/Anugerah Tesa Aulia/Kompas.com/Ira Gita Natalia Sembiring)

Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved