Australia Diprediksi Tak akan Bisa Lepas dari Siklus Kebakaran, Bagaimana Penjelasan Ilmiahnya?
Fakta ilmiah menunjukkan, peristiwa kebakaran masif akan menjadi bagian tak terlepas dari masa depan Australia.
"Kami bisa melihat bahwa sebenarnya sudah ada peringatan yang diberikan," kata James Ricketts, veteran sukarelawan pemadam kebakaran di Australia sekaligus peneliti yang ikut menulis analisis iklim di CSIRO.
James melanjutkan, "Peringatan sudah dipublikasikan dalam tulisan ilmiah yang singkat dan mudah dipahami."
"Pesannya pun selalu sama," tambah James. "Semakin meningkatnya suhu berarti meningkatnya risiko terjadinya kebakaran."

Namun, tentunya tidak ada peristiwa kebakaran yang hanya disebabkan oleh iklim atau temperatur yang menghangat.
Dalam kasus Australia, selain suhu yang menghangat, ada fenomena alam yang juga berkontribusi pada terjadinya kebakaran.
Yakni, Indian Ocean Dipole.
Fenomena ini menyebabkan rendahnya curah hujan di Australia.
Sehingga kekeringan semakin panjang dan dataran semak semakin gersang pula.
Namun, panas yang belum pernah terjadi di Australia sebelumnya-lah yang membuat kekeringan saat ini semakin menjadi-jadi.
"Keterulangan peristiwa kebakaran ini akan terasa hingga bergenerasi-generasi mendatang," kata Joe Fontaine, dosen ilmu konservasi dan lingkungan di Murdoch University, Australia.
"Kekeringan saat ini sama buruknya seperti peristiwa kekeringan Federation (1895-1903), tetapi suhunya lebih panas. Kekeringan yang lebih panas artinya meningkatkan risiko kebakaran semak dan kebakaran yang sulit dipadamkan seperti yang kita lihat di media," lanjutnya.
Sementara itu, kebakaran juga diperparah oleh karbon yang terjebak oleh panas di atmosfer.
"Kebakaran semak ini akan terus berulang di tahun-tahun yang akan datang," kata Christine Eriksen.
"Apa yang kita saksikan saat ini akan terus menyebar, semakin besar, dan menjadi pola yang akan dapat terlihat di masa depan," pungkasnya.
James Ricketts menambahkan, "Apa yang kita soroti soal kebakaran tahun ini adalah lokasi terjadinya di setiap negara bagian. Itulah yang membuatnya tak wajar."