Imlek 2020
Kerap Hadir Saat Imlek, Ternyata ini Makna Filosofi dan Sejarah Keberadaan Liong dan Barongsai
"Menurut legenda, pada musim semi, selalu muncul seekor monster atau hewan yang menggangu penduduk dengan menghabiskan logistik atau hasil panen,"
TRIBUNPALU.COM - Perayaan Imlek selalu identik dengan penampilan seni tradisional Barongsai.
Mengikuti alunan musik, barongsai akan berlenggok-lenggok, menghibur para penonton dalam perayaan Imlek.
Selain memberi hiburan, penampilan barongsai juga sarat filosofi yang erat kaitannya dengan sejarah Imlek.
Dikutip Tribunpalu.com dari Tribun Solo, filosofi ini coba dijelaskan oleh Adjie Chandra, rohaniwan Khonghucu sekaligus Pembina Barongsai Tripusaka.
“Berdasarkan cerita dan buku-buku yang telah saya baca, barongsai tak bisa lepas dari sejarah atau legenda dari negara China," kata Adjie.
Pada zaman dulu, China merupakan negara agraris yang mayoritas warganya berprofesi sebagai petani dan menghadapi dilema pada musim semi.
"Menurut legenda, pada musim semi, selalu muncul seekor monster atau hewan yang menggangu penduduk dengan menghabiskan logistik atau hasil panen," kisah Adjie.
Makhluk yang muncul tiap tahun tersebut dijuluki 'Nian,' yang berarti tahun.

Untuk menghadapi Nian yang meresahkan setiap tahun, masyarakat China membuat sebuah eksperimen.
Percobaan itu terinspirasi dari makhluk mistis berwujud katak raksasa bernama Sam Su atau Chan Chu.
Masyarakat kemudian menakut-nakuti Nian dengan replika Chan Chu sembari menabuh bunyi-bunyian dari peralatan dapur.
Eksperimen tersebut berhasil membuat Nian takut sehingga diadakan oleh warga setiap tahun.
Lama-kelamaan, tradisi ini dikenal sebagai barongsai.
Bila menilik dari segi filosofi, Adjie juga memiliki pemahaman tersendiri terkait barongsai.
"Kalau dari segi filosofi, barongsai tidak bisa lepas dari keberadaan liong (naga)," ucap Adjie.

Menurut Adjie, naga dan barongsai mewakili sifat Yin dan Yang.
Liong bersifat positif lantaran keberadannya yang terbang di langit, sedangkan barongsai bersifat sebaliknya.
Keseimbangan antara Yin dan Yang inilah yang membentuk keharmonisan bagi hidup manusia.
"Maka untuk kebutuhan religi, biasanya barongsai dimainkan bersama Liong," ujar Adjie.

Selain itu, liong juga melambangkan hewan yang bisa beradaptasi dengan suasana apapun
Liong berbentuk seperti ular yang bisa berenang di air.
Ia juga memiliki kaki sehingga bisa berjalan di darat dan bisa terbang.
Liong pun dianggap sebagai simbol bagi orang Tionghoa untuk beradaptasi di segala jenis lingkungan.

“Di cerita lain, liong juga merupakan tunggangan Dewi Kwan Im atau Dewi Welas Asih."
"Sebagai binatang tunggangannya, kehadiran liong dianggap selalu membawa berkah," tutur Adjie.
Selain itu, barongsai juga melambangkan unsur Bumi.

Barongsai mengajarkan manusia untuk hidup seperti sosok singa.
Bukan keganasan atau kebuasan yang dicontoh.
Bagi Adjie, sifat singa yang semangat untuk bertahan hidup adalah hal yang harus diteladani
(Tribunpalu.com)