Virus Corona
Meski Dituding Jadi Penyebab Virus Corona, Menu Daging Kelelawar Masih Diincar Warga Gunungkidul
Salah satu tempat yang menjual kelelawar untuk dikonsumsi adalah warung di Desa Giriharjo, Kecamatan Panggang, Gunungkidul.
TRIBUNPALU.COM - Warga Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, seolah tidak peduli dengan kabar virus corona disebarkan kelelawar.
Puluhan ekor mamalia bersayap ini masih laku dijual untuk dikonsumsi sebagai obat.
Salah satu tempat yang menjual kelelawar untuk dikonsumsi adalah warung di Desa Giriharjo, Kecamatan Panggang, Gunungkidul.
Warung milik Sukarwanti ini sudah menjual kelelawar bacem selama puluhan tahun.
"Jadi awal berjualan itu nenek buyut saya. Dilanjutkan ibu, dan sekarang saya sendiri," kata Sukarwanti saat ditemui di warungnya, Rabu (29/1/2020).
• Ilmuwan Ungkap Sumber Virus Corona, Ternyata Mirip dengan Ada yang di Indonesia
• Nenek Usia 87 Tahun Sembuh dari Virus Corona, Keluarga Beri Sambutan Meriah
Kelelawar didapat Sukarwanti dari warga yang menangkapnya di lereng sekitar Pantai Selatan Yogyakarta.
"Tidak tentu setiap harinya, tergantung para pencari codot. Berapapun jumlahnya kami beli. Kadang hanya beberapa ekor, kadang juga banyak," kata Sukarwati.
Sukarwanti menjual satu ekor kelelawar olahannya dengan harga bervariasi.
Paling murah Rp 7.000 untuk yang berukuran kecil.
Sedangkan yang berukuran besar dihargai Rp 15.000.
Pembeli kelelawar bacem biasanya berasal dari Magelang, Prambanan, Bantul.
Mereka percaya daging hewan nokturnal ini berkhasiat mengobati asma, diabetes, hingga asam urat.
Kabar virus corona disebabkan konsumsi daging kelelawar, disebut Sukarwanti tidak berpengaruh dengan penjualan dagangannya.
Dia pun yakin kelelawar bacemnya aman untuk dikonsumsi.
"Sepengetahuan saya di sana (China) itu tidak dimasak, kalau di sini dimasak sampai matang, jadi aman," ucapnya.