Tips Psikiater agar Tidak 'Ikut' Merasa Sakit saat Baca Berita Virus Corona bagi Orang Psikosomatis
Banyak orang yang mengalami kecemasan berlebihan saat virus corona mewabah hingga akhirnya mengklaim diri mereka juga terkena gejala corona.
TRIBUNPALU.COM - Menyebarnya wabah virus corona COVID-19 yang semakin meluas membuat begitu banyak informasi yang membanjir setiap harinya.
Banyaknya informasi tentang virus corona pun berdampak pada kondisi psikologis.
Banyak orang yang mengalami kecemasan berlebihan saat virus corona mewabah hingga akhirnya mengklaim diri mereka juga terkena gejala corona.
Orang yang demikian kemungkinan besar mengalami psikosomatis di mana ia tidak bisa membedakan bahaya nyata dan yang dirasakan.
Sehingga saking cemasnya dengan bahaya corona, ia berpikir dirinya mengalami gejala corona mulai dari batuk hingga demam, padahal itu hanya pangkal dari kecemasannya sendiri.
• Siapkan Dua Skenario Ibadah Haji 2020, Kemenag: Diselenggarakan atau Dibatalkan
• Anak dr Bambang Sutrisna Curiga Ayahnya Tertular Corona dari Pasien: Mungkin Tepapar dari Praktek
• Viral Video Kondisi Paru-paru Pasien Positif Corona, Terlihat Warna Kuning pada Hasil
Psikiater, dr Danardi Sosrosumihardjo menyebut lebih baik orang psikosomatis mengurangi frekuensi membaca berita corona demi ketenangan batinnya.
Dilansir Tribunnews.com, hal ini diungkapkan Danardi dalam tayangan DUA SISI unggahan YouTube Talk Show tvOne, Kamis (26/3/2020).
Awalnya, Danardi menceritakan di tengah corona yang mewabah ini menimbulkan kecemasan pada banyak orang hingga paranoid.
Kecemasan tak hanya bersarang di pikiran, tapi bisa terwujud berupa penyakit fisik.
Hal ini bisa menyebabkan gejala psikosomatis di mana seseorang terpengaruh pikirannya sendiri sehingga tidak menyadari keadaan yang sebenarnya.
"Jadi tanda-tanda kecemasan itu bisa diwujudkan dalam gejala psikisnya, apakah waswas, khawatir, sampai parno," kata Danardi.
"Atau juga diwujudkan dalam bentuk fisiknya. Ada teman mengatakan, itu gejala psikosomatis, itu benar," sambungnya.

Danardi menyebut ada banyak pasiennya yang mengklaim memiliki gejala layaknya corona.
Dan setelah diperiksa fisiknya secara medis, ternyata tidak ada gejala apa-apa seperti yang dikeluhkan.
"Bahwa kemudian mencocok-cocokkan dengan gejala Covid-19," kata Danardi.