Tips Psikiater agar Tidak 'Ikut' Merasa Sakit saat Baca Berita Virus Corona bagi Orang Psikosomatis
Banyak orang yang mengalami kecemasan berlebihan saat virus corona mewabah hingga akhirnya mengklaim diri mereka juga terkena gejala corona.
"'Saya kok jadi batuk kering ya dok? Saya kok jadi demam?' padahal ketika dipriksa suhunya normal."
"Batuk kering ketika kita coba lihat mulutnya tidak ada peradangan."
"Atau mungkin merasa berdebar jantungnya, itu (setelah diperiksa) oke, atau merasa sesak napas tapi paru-parunya juga oke," paparnya.
Danardi menjelaskan orang-orang dengan tingkat kecemasan berlebih ini memancing pikirannya sendiri sehingga seolah gejala corona juga muncul dalam dirinya.
"Jadi ada memang orang yang dengan kecemasan berlebih itu mencoba merasakan fisiknya sakit, padahal fisiknya sebenarnya dalam batas normal, ada banyak," terang Danardi.
Danardi mengaku ada banyak pasien yang menghubunginya karena gejala yang dirasa seperti corona itu.
Ia pun mengajak para pasiennya untuk menenangkan pikiran di antaranya dengan cara relaksasi agar pikiran negatif soal corona pun hilang.
"Dan pasien-pasien seperti ini akan menjapri kepada saya dan menyampaikan 'Kenapa saya seperti ini?'," ujar Danardi.
"Kita ajak relaksasi, mungkin hiperventilasi, tarik napas panjang, mencoba untuk menentramkan diri, beribadah, itu bagus," jelasnya.
• Amerika Serikat Catat Kasus Virus Corona Terbanyak: Total 82 Ribu Kasus per Kamis (26/3/2020)
• Ternyata Ada Satu Benua yang Tak Terdampak Virus Corona, Dimana?
• Wali Kota Tegal Putuskan untuk Ambil Kebijakan Lockdown: Ini Dilematis Tapi untuk Kebaikan Bersama
Bagi Danardi, orang psikosomatis memiliki daya adaptasi yang lemah sehingga jika ada bahaya sedikit saja langsung mempengaruhi pola pikirnya.
"Kita melihatnya bahwa ada orang-orang yang mempunyai daya adaptasi yang kurang kuat, ini malah akan menjadi lemah," kata Danardi.
Orang psikosomatis biasanya mengawali kecemasan dari seringnya menyimak atau membahas soal hal yang ia khawatirkan, misalnya corona.
Semakin banyak informasi yang diterima, terutama yang negatif, maka bukan kewaspadaan melainkan kebingungan yang ia dapat.
"Ini yang akan mencoba meng-coping, mekanisme ditingkatkan lagi, mencoba berdiskusi, dan mencoba mencari informasi yang lebih banyak," ujar Danardi.
"Itu kadang-kadang bukannya malah menjadi lebih tenang, tapi menjadi tambah bingung," sambungnya.