Kecepatan dalam Melawan Corona Menurun, Jepang Dikhawatirkan akan Alami Keruntuhan Medis

Jepang mengalami penurunan kecepatan dalam menangani penyebaran covid-19.

YONHAP / AFP
ILUSTRASI - Para pekerja medis yang mengenakan alat pelindung memindahkan seorang tersangka pasien virus korona (C) ke rumah sakit lain dari Rumah Sakit Daenam di mana total 16 infeksi sekarang telah diidentifikasi dengan virus corona COVID-19, di daerah Cheongdo dekat kota tenggara Daegu pada 21 Februari 2020 Kasus coronavirus Korea Selatan hampir dua kali lipat pada 21 Februari, naik di atas 200 dan menjadikannya negara yang paling parah terkena dampak di luar China ketika jumlah infeksi yang terkait dengan sekte keagamaan meningkat. 

TRIBUNPALU.COM - Saat ini hampir seluruh negara di dunia tengah melakukan berbagai upaya untuk melawan virus corona Covid-19.

Namun saat ini kecepatan Jepang dalam memerangi virus Covid-19 telah menurun dengan cepat.

Meskipun awalnya sudah bagus dilakukan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe.

Sembuh dari Corona, Wakil Wali Kota Bandung Yana Mulyana Ceritakan Perjuangannya Lawan Covid-19

Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe Beri Sinyal Adanya Kemungkinan Menunda Olimpiade Tokyo 2020

"Memerangi coronavirus baru bukanlah sprint, bukan lari jarak pendek, satu tahun adalah maraton panjang yang bisa bertahan lama. Jepang memiliki awal yang cepat di depan banyak negara dengan perintah Perdana Menteri Abe pada akhir Februari," ungkap Prof Shinya Yamanaka, seorang dokter dan peneliti sel punca warga negara Jepang yang memperoleh Penghargaan Nobel Kedokteran tahun 2012 bersama John Gurdon.

Hal ini diungkapkan Prof Shinya Yamanaka dalam situsnya sebagai bukti sejarah muncul dan perkembangan memerangi virus Covid-19 ini.

 

"Namun, baru-baru ini kecepatannya telah menurun dengan cepat. Jika situasi ini berlanjut, infeksi dapat menyebar dengan cepat, yang menyebabkan keruntuhan medis dan gangguan sosial," kata dia.

Setiap orang harus terus berlari dengan kecepatan tercepat untuk memproteksi situasi rumah dan pekerjaan mereka.

Orang dituntut untuk membuat keputusan dan bertindak cerdas.

"Kami berharap bahwa penyebaran informasi ini akan membantu kita semua sebagai kriteria. Kegiatan ini dilakukan oleh perorangan. Sedangkan Kyoto University dan iPS Cell Research Institute tidaklah terlibat," ujar dia.

Untuk melihat situs profesor tersebut dapat mengakses ke URL https://www.covid19-yamanaka.com/

"Bunga sakura akan kembali lagi tahun depan. Kehidupan manusia tidak akan kembali bila terlambat mengatasinya."

China Klaim Obat Flu Buatan Jepang Efektif Lawan Corona, Jepang Justru Ragu, Ternyata Ini Alasannya

Meskipun ada permintaan untuk menahan diri, akhir pekan ini banyak orang dari berbagai tempat datang ke Kyoto.

"Virus corona baru mungkin ada di sana. Ketika terinfeksi, mereka menyebar, bahkan jika mereka tidak memiliki gejala, dan menimbulkan ancaman hidup bagi mereka yang berisiko lebih tinggi terutama kalangan lansia," katanya.

Shinya Yamanaka (57) di kanan, saat diwawancarai NHK TV
Shinya Yamanaka (57) di kanan, saat diwawancarai NHK TV (Foto NHK/Richard Susilo)

Penting untuk menyadari bahwa coronavirus baru mungkin ada di sana.

"Sakura pasti akan kembali tahun depan. Tetapi apabila seseorang terbunuh, mereka tidak akan pernah kembali. Kami meminta setiap orang waspada dan mengambil semua langkah yang mungkin dengan cepat," ujarnya.

Diskusi mengenai Jepang dalam WAG Pecinta Jepang terbuka bagi siapa pun. Kirimkan email dengan nama jelas dan alamat serta nomor whatsapp ke: info@jepang.com

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Kecepatan Jepang dalam Melawan Virus Covid-19 Mulai Menurun, 


Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved