Virus Corona

Keluh HPI Yogyakarta Selama Corona: Dulu Pemandu Ujung Tombak Pariwisata, Sekarang Tak Dianggap

"Kami pramuwisata yang selalu dikatakan pemerintah ujung tombak pariwisata, saat ini tidak ada pemasukan sama sekali," jelas Imam.

Instagram/arie.sm
Puncak 4G Gunung Gentong Gedangsari. 

TRIBUNPALU.COM - Pandemi Virus Corona menimbulkan efek luar biasa negatif bagi beberapa sektor industri.

Industri pariwisata menjadi salah satu yang paling terdampak akan pandemi virus corona.

Pekerja pariwisata banyak yang kehilangan pekerjaan karena tidak ada kegiatan wisata. Kondisi ini tampak nyata di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). 

Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia ( HPI) Yogyakarta Imam Widodo mengatakan, hingga kini pemandu wisata tidak memiliki pemasukan sama sekali.

Mereka sudah berusaha bertahan hidup semampunya.

"Kami pramuwisata yang selalu dikatakan pemerintah ujung tombak pariwisata, saat ini tidak ada pemasukan sama sekali," jelas Imam.

"Kenyataannya sampai sekarang belum ada bantuan dari pemerintah bahkan ngaruhke (mempengaruhi bahasa Jawa) saja tidak. Seolah kami tidak ada," lanjutnya.

Kenang Momen Pernikahannya dengan Glenn Fredly, Mutia Ayu: Rasa Ini tak Pernah Selesai

Mantan Sekjen PSSI Ratu Tisha Diminta Jadi Manajer Sriwijaya FC, Apa Jawabannya?

Ungkapan duka pramuwisata tersebut disampaikan Imam kendati sudah memenuhi syarat untuk melengkapi data anggota penerima bantuan.

Kata dia, data tersebut sudah dikumpulkan HPI Yogyakarta ke Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ( Kemenparekraf).

Data pemandu wisata juga sudah diberikan ke Pemerintah Daerah DIY melalui Dinas Tenaga Kerja dan Dinas Pariwisata. Namun sampai sekarang bantuan tak kunjung tiba.

"Belum ada kejelasannya," ujar Imam.

Ia melanjutkan HPI Yogyakarta mendapat respon dari pemerintah untuk mendaftar Kartu Pra Kerja masing-masing.

Namun diakuinya, pendaftaran tersebut juga mengalami kesulitan hingga sekarang. Ia sebagai ketua hingga kini tidak bisa melakukan proses pendaftaran Kartu Pra Kerja.

Ia juga menyinggung soal unsur pelatihan dalam Kartu Pra Kerja yang tidak sesuai dengan kondisi saat ini.

"Ini yang sangat kami sayangkan, lah, kami ini tenaga profesional sudah terlalu banyak ikut pelatihan. Sekarang ini yang kami butuhkan stimulus fresh money untuk biaya hidup dasar, kok dikasih pelatihan," terangnya.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved