Penjelasan Ahli Paru soal Fase New Normal di Tengah Pandemi Covid-19 pada Layanan Kesehatan
Reviono mengatakan, pandemi Covid-19 dan penerapan new normal pelayanan kesehatan bisa mengandalkan kemajuan informasi serta pengendalian infeksi.
TRIBUNPALU.COM - Di tengah pandemi virus corona Covid-19, Pemerintah Indonesia melakukan berbagai persiapan new normal atau tatanan kehidupan normal yang baru.
Hal ini bertujuan untuk melindungi sekaligus menjaga roda perekonomian tetap berputar.
Namun, fase new normal tak hanya berlaku di aspek ekonomi, tetapi juga aspek lain, seperti bidang kesehatan.
Dokter spesialis paru sekaligus Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS), Reviono, memberikan tanggapannya terkait fase new normal atau tatanan normal baru di tengah pandemi virus corona dari sisi pelayanan kesehatan.
Reviono mengatakan, adanya pandemi Covid-19 dan penerapan new normal pelayanan kesehatan bisa mengandalkan kemajuan informasi serta pengendalian infeksi.
Satu di antara yang bisa dilakukan dalam memanfaatkan kemajuan informasi adalah pelayanan telemedicine.
• Komedian Abdel Achrian Ungkap Sosok Mamah Dedeh, Kesan Pertama: Emak-emak Galak Tapi Kocak Banget
• 4 Sosok yang Disebut Yunarto Wijaya Bakal Maju ke Pilpres 2024: Ini Momen Terbesar Regenerasi
• Shaheer Sheikh Unggah Foto Idul Fitri Bareng Keluarga di Tengah Lockdown, Apa Reaksi Ayu Ting Ting?

Sebagai informasi, telemedicine adalah teknologi yang memungkinkan pasien berdiskusi langsung dengan dokter secara privat, tanpa harus bertatap muka secara langsung.
Selain itu, bisa juga dengan pemberian alat kepada pasien untuk dibawa pulang sehingga pasien yang bersangkutan bisa memantau kesehatannya sendiri di rumah.
"Kalau di paru itu ada namanya alat spirometer untuk mengukur fungsi paru yang dibawa ke rumah."
"Ataupun mungkin juga dokter ahli jantung itu pasien diberi EKG sederhana di rumah."
"Nanti kalau ada keluhan tinggal dipasang, nanti kan hasilnya bisa dikirim lewat online," ungkapnya.
Menurut dia, dengan beberapa alat yang bisa dibawa ke rumah akan lebih memudahkan pasien dan menjaga dokter agar tak terlalu sering kontak dengan pasien.
Pasien bisa tetap melakukan cek kesehatan di rumah, hasilnya dikirim ke dokter yang bersangkutan, dari situ dokter akan mengarahkan pasien untuk tindakan selanjutnya.
"Itu mungkin new normal seperti itu jadi mengandalkan teknologi informasi," terang Reviono.
Tak hanya itu, dalam penerapan new normal dari segi pelayanan kesehatan juga bisa menggunakan artificial intelligence.
Articial intelligence merupakan kecerdasan buatan (AI), yang memungkinkan mesin untuk belajar dari pengalaman, menyesuaikan input-input baru, dan melaksanakan tugas seperti manusia.
• Mencegah Penularan Virus Corona, Jemaah Gereja Jerman Dilarang Bernyanyi Saat Kebaktian
• Susi Pudjiastuti Jualan Kaos Tenggelamkan di Online Shop, Hasil Penjualan akan Disumbangkan
Selanjutnya, dalam menghadapi new normal, pelayanan kesehatan juga harus memperhatikan tentang pengendalian infeksi.
Menurut Reviono, hal itu mesti didahulukan agar tenaga medis tetap aman.
Seperti diketahui, mewabahnya virus corona membuat tenaga medis harus berjuang keras dalam penanganan pasien Covid-19.
Tak sedikit petugas medis yang gugur setelah terjangkit virus corona karena tertular dari pasien.
"Sampai saat ini yang kemarin jadi heboh itu kan banyak yang meninggal, itu mungkin jadi perhatian."
"Jadi mungkin pengendalian infeksi, harus seminimal mungkin tenaga medis berhubungan dengan pasien," paparnya.
"Mungkin kalau terpaksa bertemu (doker dan pasien), bisa memanfaatkan robot sehingga tenaga medis tidak kontak," imbuhnya.
"Itu penyikapan dari pelayanan kesehatan satu dari kemajuan teknologi informasi dan yang kedua dengan infection control, bagaimana seminimal mungkin tenaga kesehatan bertemu dengan pasien," tandasnya.
(Tribunnews.com/Nanda Lusiana)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Ahli Paru Paparkan Hal yang Bisa Dilakukan Terkait Pelayanan Kesehatan saat New Normal, Apa Saja?