Viral Media Sosial

6 Fakta Kasus Dugaan Kekerasan Seksual Saat Rapid Test di Bandara Soetta: Pelaku Belum Lulus Dokter

Enam fakta kasus pemerasan sekaligus kekerasan seksual saat rapid test di Bandara Soetta. Kimia Farma hingga dr. Tirta bantu korban untuk dituntaskan.

Editor: Imam Saputro
ctrfam.org
Ilustrasi - Enam fakta kasus pemerasan sekaligus kekerasan seksual saat rapid test di Bandara Soetta. Kimia Farma hingga dr. Tirta bantu korban untuk dituntaskan. 

TRIBUNPALU.COM - Belakangan ini ramai diperbincangkan utas dari seorang wanita berinisial LHI yang mengalami kejadian yang tidak mengenakkan oleh oknum petugas kesehatan di Bandara Soekarno-Hatta.

Sebab, oknum tersebut tak hanya memeras dengan biaya tinggi tetapi juga melakukan aksi kekerasan seksual terhadap LHI.

Cerita tersebut LHI beberkan dalam utas akun Twitter-nya @listongs pada Jumat (18/9/2020).

Cuitan tersebut menceritakan detail kejadian saat LHI hendak melakukan penerbangan ke Nias, Sumatera Utara.

LHI mematuhi protokol kesehatan untuk melakukan rapid test di fasilitas bandara yang dimiliki Kimia Farma.

Hasilnya, LHI dinyatakan reaktif Covid-19 tetapi oknum petugas kesehatan tersebut menawarkan jasa manipulasi data agar LHI tetap bisa terbang ke Nias.

Viral di Medsos, Percakapan Orang Positif Covid-19 Hendak Sebarkan Virus, Satu Keluarga Dievakuasi

LHI pun mengiyakan tawaran itu dan dimintai bayaran tambahan alias uang jasa oleh oknum tersebut sebesar Rp 1,4 juta.

Namun, oknum petugas kesehatan itu rupanya melakukan hal yang tidak senonoh kepada LHI.

Pelaku melakukan kekerasan seksual dengan mencium korban dan meraba bagian dadanya.

Sampai saat ini, kasus tersebut belum terselesaikan, tetapi dukungan dari berbagai pihak datang untuk mendukung LHI menempuh jalur hukum.

Dirangkum TribunPalu.com dari Kompas.com berikut beberapa fakta terkait kasus pemerasan sekaligus kekerasan seksual yang dialami LHI saat melakukan rapid test di Bandara Soekarno-Hatta.

1. Kronologi kejadian

Peristiwa itu terjadi pada 13 September lalu saat dia hendak terbang dari Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta menuju Nias, Sumatera Utara.

"Saya penerbangannya kan jam 6 (pagi), enggak sempat rapid juga di RS (rumah sakit). Jadi saya di bandara jam 4 pagi, sekalian mau rapid test di bandara," ujar dia kepada Kompas.com, Jumat (18/9/2020) malam.

LHI kemudian melakukan rapid test di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, di fasilitas rapid test yang dimiliki Kimia Farma.

Setelah melakukan rapid test, LHI mengatakan, petugas pria yang memeriksanya secara tak terduga melakukan pelecehan seksual.

Awalnya petugas itu mengatakan hasil rapid test LHI reaktif.

"Ya sudah saya mikir enggak jadi ke Nias karena takut nularin juga orang-orang di Nias," kata dia.

Kerumunan di Bandara dan Masyarakat Buka Peti Jenazah Positif Covid-19 Jadi Sorotan Media Asing

Namun, petugas pria itu menyarankan agar LHI lakukan tes ulang dan dia menjamin akan memberikan hasil nonreaktif pada tes kedua itu.

Korban bingung karena merasa ada sesuatu yang tidak beres, tetapi kemudian mengikuti usulan itu.

Setelah LHI mendapat hasil rapid test dengan hasil nonreaktif dan hendak menuju tempat keberangkatan, terduga pelaku rupanya mengejar dan menghampirinya.

Petugas itu, kata LHI, meminta sejumlah uang untuk keterangan nonreaktif yang dikeluarkannya.

Korban pun merasa diperas oleh pelaku.

"Orangnya manggil, kemudian ngobrol minta duit gitu," kata dia.

Karena tidak mau ribet pada pagi hari itu, LHI kemudian mentransfer uang sebesar Rp 1,4 juta melalui ponselnya ke rekening pribadi terduga pelaku.

Viral Foto Antrean Penumpang di Bandara Soetta, Sudjiwo: Apa Artinya Selama Ini Aku Tak Keluar Rumah

Setelah itu, tanpa diduga, pria tersebut melakukan kekerasan seksual dengan mencium korban dan meraba bagian dadanya.

Hal itu membuat korban syok dan trauma.

"Saya nangis. Kaget," kata dia.

Kondisi bandara saat itu masih sepi sebab masih sekitar pukul 04.00 WIB.

Korban yang dalam keadaan syok merasa tidak bisa melawan ataupun teriak meminta tolong.

Setelah tiba di Nias, LHI melaporkan kejadian yang dia alami ke polisi setempat.

Namun, polisi setempat menyarankan untuk melapor ke polisi di mana kejadian perkara berlangsung.

"Saya juga sudah telepon ke teman saya yang polisi," ujar dia.

Ilustrasi Kekerasan
Ilustrasi (ctrfam.org)

2. Alami trauma

Akibat kejadian tersebut, LHI kemudian menjadi trauma.

Ia sempat tak sanggup melihat laki-laki yang tidak dia kenal karena takut.

"Sampai sekarang saya masih trauma," ujar LHI.

Bahkan, begitu melihat banyak sopir taksi laki-laki, ia langsung terbayang akan pelecehan yang dia alami.

"Kan biasa kalau di bandara banyak bapak-bapak taksi nawarin, dan aku langsung ingat kejadian itu. Aku langsung balik ke kamar mandi dan nangis. Sebegitunya sampai bapak-bapak taksi nawarin (jasa taksi) aku malah keingetnya itu," kata dia.

Viral di Sorong, Oknum TNI Keluarkan Senjata Gara-gara Tak Terima Ditegur Petugas Covid-19

Meski demikian, di tengah trauma, masih banyak terdekatnya yang memberikan dukungan agar dia segera lepas dari rasa trauma.

"Orang-orang terdekat aku, terutama pacar aku," kata dia.

Meski bertempat tinggal di Bali, LHI berniat untuk membuat laporan ke Polres Bandara Soekarno-Hatta atas kejadian tersebut agar tidak ada lagi korban pelecehan di Bandara Soekarno-Hatta.

Dia juga berharap agar wanita yang melakukan perjalanan sendiri untuk tetap berhati-hati dan segera mencari tempat aman apabila mulai ada gelagat mencurigakan dari orang sekitar.

3. dr. Tirta bantu usut identitas pelaku

Utasan LHI memancing kegeraman publik, banyak di antara warganet yang memberikan dukungan kepada LHI untuk melanjutkan kasus ini ke ranah hukum.

Tak hanya itu, dr. Tirta ikut bereaksi dengan mencari identitas pelaku.

Ia membalas utasan LHI dengan cuitan saat ia berusaha melacak pelaku melalui laman resmi Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) berinisial EFY tersebut.

Dokter Tirta
Dokter Tirta (Instagram/dr.tirta)

Namun, rupanya dr. Tirta tidak menemukan nama pelaku sebagai dokter, melainkan belum lulus dari pendidikan dokter.

Bahkan dr. Tirta sampai menghubungi pihak kampus di mana pelaku menempuh pendidikan, tetapi tidak mendapatkan respons.

Ia juga langsung menghubungi pelaku via WhatsApp, hasilnya juga nihil.

"Di cek di KKI ga ada nama ybs. So sudah pasti yg disebutkan bukan dokter. Melainkan oknum mengaku dokter

Untuk nomer handphone pelaku. Ada di twitternya @listongs

Cara paling simple, kita call saja univ tempat ybs terdaftar mahasiswa," cuit @tirta_hudhi.

4. Kimia Farma turut telusuri kasus LHI

Pihak PT Kimia Farma juga menelusuri kasus dugaan kekerasan seksual dan pemerasan di bandara Soekarno-Hatta yang dialami LHI.

"Kasus ini sedang kami dalami, begitu intinya," kata Direktur Utama PT Kimia Farma Adil Fadillah Bulqini saat dikonfirmasi Kompas.com, Sabtu (19/8/2020).

Namun Adil enggan menjelaskan sudah sejauh mana pihak Kimia Farma mendalami kasus tersebut.

Ia juga enggan memberikan informasi detail terkait kronologi kasus yang diduga dilakukan oleh pegawai Kimia Farma.

"Nanti kita akan ada rilis dengan Angkasa Pura II juga. Sedang diperiksa masih dalam proses," kata dia tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut.

Waspada! Ini 7 Gejala Baru Covid-19, Mulai dari Silent hypoxia hingga Kebingungan Parah

5. Kimia Farma bawa kasus ke jalur hukum

PT Kimia Farma Diagnostika telah menghubungi LHI, korban pemerasan dan pelecehan seksual yang dilakukan oknumnya di Bandara Soekarno-Hatta.

Setelah menghubungi korban, Dirut PT Kimia Farma Diagnostika, Adil Fadillah Bulqini memastikan akan membawa kasus ini ke jalur hukum.

"PT Kimia Farma Diagnostika akan membawa peristiwa ini ke ranah hukum atas tindakan oknum tersebut yang diduga melakukan pemalsuan dokumen hasil uji Rapid test, pemerasan dan tindak asusila intimidasi," ujar dia dalam keterangan persnya, Sabtu (19/9/2020).

Hal tersebut dipastikan setelah pihak PT Kimia Farma Diagnostika melakukan investigasi internal terhadap pelaku.

Namun demikian, Adil belum menjelaskan kapan oknum tersebut akan dilaporkan ke pihak kepolisian.

Di saat yang sama, Executive General Manager Bandara Soekarno-Hatta, Agus Haryadi mengatakan pihak PT Angkasa Pura siap berkoordinasi dengan penegakan hukum guna mengusut tuntas kasus ini.

Penumpang saat tiba di terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (12/5/2020). PT Angkasa Pura II mengeluarkan tujuh prosedur baru bagi penumpang penerbangan rute domestik selama masa dilarang mudik Idul Fitri 1441 H di Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
Penumpang saat tiba di terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (12/5/2020). (KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG)

Menag Fachrul Razi Terkonfirmasi Positif Covid-19 Tanpa Gejala, Kini Jalani Isolasi Mandiri

6. Polres Bandara Soetta belum terima laporan

Hingga kemarin, Polres Bandara Soekarno-Hatta belum menerima laporan terkait kasus pelecehan seksual terhadap seorang perempuan yang sedang melakukan rapid test di Bandara.

Hal itu disampaikan oleh Kasat Reskrim Polres Bandara Soekarno-Hatta Kompol Alexander Yurikho.

"Sampai saat ini belum laporan," kata Alex melalui pesan singkatnya kepada Kompas.com, Minggu (20/9/2020).

Korban kemungkinan sulit untuk membuat laporan lantaran yang bersangkutan berdomisili di Bali.

Namun, Alex mengklaim bahwa penyidik sedang mengumpulkan fakta-fakta terkait kasus yang viral di media sosial tersebut.

"Insya Allah penyelidik Sat Reskrim Polresta Bandara Soetta akan Pro Aktif untuk membuat terang perkara ini dengan melakukan upaya yang bisa dilakukan dalam ranah penyelidikan," ucap Alex.

(TribunPalu.com, Kompas.com)

Sumber: Tribun Palu
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved