Cerita Selebriti

Mytha Lestari Kisahkan Fobia yang Dialami Sang Putra: Histeris dan Badannya Gemetar Semua

Mytha Lestari menyebut, anaknya memiliki sebuah fobia atau rasa takut berlebihan terhadap sesuatu yang biasanya tidak berbahaya.

Instagram/mytha_lestari
Mytha Lestari dan anaknya, Mahatma Kala Maheswara 

TRIBUNPALU.COM - Penyanyi solo kenamaan Indonesia, Mytha Lestari, saat ini tengah disibukkan merawat anak pertamanya.

Diketahui, Mytha Lestari telah menikah dengan seorang produser rekaman, Barry Maheswara Siddique.

Keduanya menikah pada 5 November 2017 silam.

Kini, mereka telah dikaruniai seorang anak laki-laki yang lahir pada 2 Agustus 2018 lalu.

Sang putra diberi nama Mahatma Kala Maheswara dan akrab dipanggil Kala.

Belum lama ini, wanita bernama lengkap Paramytha Lestari Mulyarto itu membagikan sebuah kisah mengenai anak lelakinya yang kini berusia dua tahun.

Mytha Lestari menyebut, anaknya memiliki sebuah fobia, sebuah kondisi di mana seseorang memiliki rasa takut berlebihan terhadap sesuatu yang biasanya tidak berbahaya.

Hal ini diketahui dari sebuah unggahan di akun Instagramnya yang terverifikasi, @mytha_lestari.

Teka-teki Padamnya Api Abadi Mrapen untuk Pertama Kali: Pernah Redup Pada Tahun 1996

8 Fakta tentang Sosok Tante Lala yang Viral Ajari Anak Hafalkan Pancasila: Berasal dari Gorontalo

Kisah Nycta Gina Berhasil Menyapih ASI Anak Keduanya: Momen yang Harus Diingat, Nih

Cara Cek Kesehatan Mata Anak: Kenali Gejala dan 8 Penyebab Penyakit Katarak yang Harus Diwaspadai

Di media sosial tersebut, tampak sebuah foto yang menunjukkan Mytha Lestari sedang memeluk anaknya.

Kemudian, ada pula video singkat yang menunjukkan momen saat sang anak mengalami ketakutan.

Dalam video itu, terlihat Mytha Lestari memeluk sambil menenangkan putranya.

Berulang kali Mytha mengatakan "pa pa, pa pa," yang maksudnya adalah "tidak (nggak) apa-apa."

Saat mengelus punggung Kala, Mytha menyadari tubuh anaknya itu bergetar.

Selanjutnya, Mytha Lestari pun mengajak anaknya untuk keluar dari kamar.

Foto dan video singkat tersebut diunggah pada Kamis (1/10/2020) lalu.

Mytha Lestari dan anaknya, Mahatma Kala Maheswara
Mytha Lestari dan anaknya, Mahatma Kala Maheswara (Instagram/mytha_lestari)

Melalui caption atau takarirnya, wanita kelahiran Pulau Biak, 29 Juni 1991 itu mengisahkan ternyata sang anak, Kala, memiliki fobia terhadap salah satu mainannya.

Mainan tersebut berupa robot yang bisa menari-nari dan memiliki lampu yang menyala ketika dihidupkan.

Mytha berkisah, Kala langsung histeris dan memeluk dirinya saat mainan itu dinyalakan.

Menurutnya, Kala juga bilang "papa papa papa papa papa" tetapi yang ia maksud bukanlah sosok sang papa.

Melainkan kalimat "nggak apa-apa."

Mytha Lestari melanjutkan, sang anak mengatakan hal itu secara berulang-ulang.

Badan sang anak pun bergetar semua.

Di akhir caption, Mytha Lestari berencana menanyakan cara efektif agar sang putra bisa berdamai dengan rasa takutnya kepada teman yang berprofesi sebagai psikolog anak.

Mytha Lestari juga mengatakan, video ini akan ditunjukkan kepada sang psikolog.

Berikut caption atau takarir lengkap unggahan Mytha Lestari:

Ternyata kala punya phobia ancur sama salah satu mainannya, bentuknya dancing robot nyala-nyala gitu, pas dinyalain dia langsung histeris dan meluk gw bilang “papa papa papa papa papa (bukan Papa )” papa nya kala disini itu maksudnya “Nggak apa-apa” dan dia ngomong itu berulang2 dan badannya getar semua, pas banget kebetulan aku lagi video in. Dan mungkin next time video nya bisa aku liatin ke temen aku yang psikolog anak dan nanya cara efektif bikin dia berdamai sama rasa takutnya :) video nya kala ada di slide selanjutnya ya :)



 #spiritual #faith #faithful #toptags @op.tags #god #grace #pray #prayers #praying #amen #believe #religion #coexist #spirituality #trust #peace #calm #mind #soul #hope #destiny #wisdom #compassion #forgiveness #thankful #knowledge #meditation #life #meditate #guidance

Cara Mengatasi Fobia yang Dialami Anak

Saat anak mengalami ketakutan berlebih atau cenderung memiliki fobia terhadap sesuatu, tentu para orangtua akan merasa bingung dan khawatir bagaimana menghadapinya.

Namun sebenarnya, ada beberapa cara yang bisa kamu lakukan untuk membantu si kecil menghadapi rasa takutnya.

1.Pahami ketakutan si kecil

Fobia - yang oleh psikolog dan psikiater disebut sebagai "fobia spesifik" adalah salah satu dari sedikit gangguan kecemasan yang dapat terjadi pada anak-anak.

Secara umum, fobia menyebabkan ketakutan yang berlebihan dan tidak terkendali terhadap suatu objek atau situasi yang begitu intens sehingga mengganggu kehidupan normal.

Ketika seorang anak memiliki fobia, respons “melawan atau lari" mereka menjadi kacau.

Hal itu lantas menghasut perasaan takut dan bahaya yang berlebihan.

Anak-anak dapat memiliki fobia tentang hampir semua hal - lebah, anjing, jarum, jembatan, kegelapan, ketinggian, suara keras, muntah, bahkan kancing - dan penelitian menunjukkan bahwa sekitar 9 persen anak-anak dan remaja mengalaminya.

Anak-anak dapat mengalami fobia tiba-tiba, seringkali dipicu oleh pengalaman yang menakutkan atau perlahan-lahan seiring berjalannya waktu.

Biasanya, hal ini terjadi di bawah alam sadar.

Sebagai orangtua, kita harus memahami ketakutan apa yang dihadapi anak.

Hal ini bisa dilakukan dengan bertanya, atau melihat langsung saat si kecil bertemu dengan hal yang membuatnya ketakutan.

Donny Michael Ulang Tahun yang ke-29, Ini Doa dari Sang Istri Aryani Fitriana

Mita The Virgin Ingin Taaruf, Ungkap Kriteria Pria Idamannya dari Segi Fisik: Lebih Macho dari Aku

2.Tenang dan hadapi

Pertama, bantu mereka merasa aman.

"Anda ingin menjadi empatik, awalnya, dan mendukung. Cobalah untuk memahami anak itu dan menerima apa yang mereka rasakan,” kata Thomas Ollendick, Ph.D., seorang psikolog dan direktur Child Study Center di Virginia Tech seperti dikutip dari New York Times Parenting.

Ini dilakukan untuk membantu anak menjadi tenang, karena seringkali mereka merasa benar-benar ketakutan.

Pahami benar ketakutan yang mereka rasakan. Misalnya dengan bagaimana anak sangat ketakutan dengan anjing.

Bisa saja mereka berpikir bahwa anjing bisa menggigit dan membuat dia kehilangan anggota tubuhnya.

Kamu bisa bersimpati sambil memperbaiki kesalahpahaman mereka dengan nada lembut.

“Oh, kalau kamu berpikir seekor anjing bisa menggigit kakimu, tidak heran kamu merasa takut,” saran Tamar Chansky, Ph.D., seorang psikolog klinis.

Kamu harus pastikan lebih spesifik tentang ketakutan seperti apa yang dialami si kecil.

Misalnya takut gelap, gelap malam atau hanya gelap mati lampu, takut pada lebah hanya pada lebah asli atau gambar lebah juga.

Penting untuk mengetahui sumber ketakutan mereka sehingga dapat melanjutkan ke langkah berikutnya.

3. Beri penjelasan dan jangan menghindar

Orangtua sering berhasil sampai ke tahap ini, tetapi kemudian tersandung, mereka mulai mengakomodasi ketakutan anak mereka.

Biasanya orangtua cenderung menghindari hal-hal yang ditakuti oleh anaknya. Tetapi ternyata, hal ini hanya akan memperburuk keadaan.

“Ketika ada keluarga dengan anak dengan fobia, mereka kadang-kadang datang dan berkata, 'Untungnya, kami tidak bertemu anjing minggu ini,' dan saya berkata, 'Untungnya? Pelajarilah hal-hal yang akan membantunya menghadapi ketakutan (bukan menghindarinya)," kata Dr. Chansky.

8 Fakta tentang Sosok Tante Lala yang Viral Ajari Anak Hafalkan Pancasila: Berasal dari Gorontalo

Donald Trump Positif Covid-19, Mahfud MD: Covid-19 Tidak Pandang Agama, Partai, Status Sosial

Kemenkeu Minta Bambang Trihatmodjo Lunasi Utang Rp 50 Miliar Bila Tak Mau Dicekal ke Luar Negeri

Ini tidak berarti bahwa orangtua harus memaksa anak ke dalam situasi yang menakutkan - atau lebih buruk, mengancam jiwa.

Misalnya, orangtua yang tiba-tiba melemparkan anaknya yang takut air ke kolam untuk "mengajarkan" kepadanya cara berenang.

Lalu dia takut dan tidak percaya lagi pada orangtuanya, dan itu tidak baik untuk siapa pun.

Yang harus dilakukan sebagai gantinya adalah bertukar pikiran ntuk secara bertahap mengekspos anak pada hal yang ia takuti.

Seperti dengan berpura-pura memiliki ketakutan yang sama, lalu setiap hari membicarakan ketakutan itu.

Mencari tahu bersama tentang hal yang ia takutkan, misalnya takut pada lebah, mencari foto-foto dan video tentang lebih di internet dan kembali membicarakannya.

Tujuannya adalah untuk mengekspos dia ke pemandangan dan memikirkan lebah dan tawon dengan cara yang tidak membuatnya takut, sehingga dia bisa mengganti respons rasa takutnya dengan yang lebih tenang, lebih rasional.

Ketika anak sudah lebih nyaman, perlahan-lahan tingkatkan eksposurnya, dan pujilah dia.

"Katakan, 'Astaga, kau berhasil, itu hebat, lihat dirimu!'" Kata Dr. Ollendick.

4. Cari bantuan

Terkadang, kamu mungkin tidak dapat meredakan ketakutan si kecil sendirian, dan kamu perlu mencari bantuan dari terapis yang berspesialisasi dalam kecemasan anak.

Ollendick mengatakan, fobia anak sering ada di kepala anak (setidaknya sekali sehari), sangat bisa menyebabkan anak menjadi benar-benar di luar kendali atau bertahan lama (ketakutan mereka tetap akut selama berjam-jam), maka bantuan profesional mungkin bisa menjadi pilihan.

Rachel Busman, Psy.D., seorang psikolog klinis dan direktur senior Anxiety Disorders Center di Child Mind Institute, mengatakan bahwa penting untuk mengajarkan anak-anak bahwa sangat normal untuk mengkhawatirkan sesuatu sambil secara bersamaan menoleransi hal itu.

”Itu tidak berarti anak harus jatuh cinta dengan hal yang mereka takuti. Tetapi anak mungkin bisa melewati hal yang mereka takutkan saat bertemu anjing di jalan, misalnya,” ujar Busman.

5.Lihat lagi pola komunikasi dengan anak

Satu hal lagi, jika anak memiliki fobia atau tampaknya cemas dengan cara lain, perhatikan keseharian kita, mungkin secara tidak sengaja memicunya.

Misalnya menakut-nakuti anak tentang suatu hal agar mereka mau menuruti perkataanmu.

Hal ini terbukti bisa memicu fobia pada anak.

Pembingkaian (framing) seperti ini memberi kesan kepada anak-anak bahwa mereka harus merasa takut, dan bahwa kita sebagai orangtua tidak memiliki keyakinan bahwa mereka akan dapat mengelola situasi sendiri.

Jika ini adalah cara kamu berkomunikasi dengan si kecil, cobalah berhenti sejenak.

”Pimpinlah dengan rasa ingin tahumu daripada rasa takut ," saran Dr. Busman.

(TribunPalu.com/Rizki A.) (Kompas.com/Dian Reinis Kumampung)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "5 Cara Bantu Anak Hadapi Rasa Takutnya"

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved