Rafathar Ungkap Keengganannya untuk Shooting, Psikolog Anak: Biarkan Anak Senang Tanpa Ada Paksaan

Anak dari pasangan selebritas Raffi Ahmad dan Nagita Slavina Rafathar Malik Ahmad sempat mengungkapkan keengganannya untuk shooting.

Instagram/raffinagita1717
Nagita Slavina, Raffi Ahmad, dan anak mereka, Rafathar Malik Ahmad. 

TRIBUNPALU.COM - Anak dari pasangan selebritas Raffi Ahmad dan Nagita Slavina Rafathar Malik Ahmad sempat mengungkapkan keengganannya untuk shooting. 

Bahkan, berdasarkan pengakuan Raffi dalam siaran podcast Deddy Corbuzier, anaknya itu pun sampai melontarkan protes.

Raffi menggambarkan bagaimana anak itu berulang kali mengucapkan ketidaksukaannya jika Raffi selalu membawa kamera saat bertemu Rafathar.

"Pernah dia protes 'bisa enggak sih Pa ketemu sama Aa itu enggak usah pakai kamera?'," kata Raffi dalam siaran itu.

Pengasuh Rafathar Curhat Ingin Kuliah, Raffi Ahmad: Nanti Aku Daftarin, Lu Nggak Usah Keluar Duit

Ditanya Alasan Lebih Pilih Gempi daripada Arsy Hermansyah, Begini Jawaban Rafathar Malik Ahmad

Psikolog Mario Manuhutu, M.Si, sempat membahas keengganan yang muncul dalam diri bocah seusia Rafathar.

Dia mengatakan, dunia anak sebenarnya adalah dunia bermain. Terutama untuk bocah berumur lima tahun seperti Rafathar.

Sehingga, saat menjalani aktivitas, orangtua harus menjaga agar anak tetap merasa senang.

“Anak jadi gembira dan positif, ketika anaknya senang, enggak ada unsur paksaan,” kata Mario kepada Kompas.com, saat dihubungi, Senin (5/10/2020).

Ketika seorang anak, diminta oleh orangtuanya untuk menjalani sebuah peran atau aktivitas demi konten -seperti Rafathar, anak harus melakukannya tanpa dipaksa oleh orangtuanya.

“Beberapa orang yang sekarang buat konten sama anak, harus diperhatikan bagaimana dia, apa yang dia mau, jam berapa dia main, jam berapa dia tidur,” kata Mario lagi.

Nagita Slavina Cerita Reaksi Lucu Rafathar saat Satu Lift dengan Orang yang Bau Badan

Pasalnya, orangtua memang harus mengembalikan aktivitas anak yang pada hakekatnya adalah bermain.

Sebab, kata Mario, meski bermain terkesan remeh, namun dengan bermain anak akan banyak belajar, untuk memenuhi kebutuhannya mengeksplorasi sekitar.

“Karena bermain kan bisa mengembangkan kemampuan dia, motorik halus, motorik kasar,” ucap Mario.

Mario menambahkan, memaksakan kehendak orangtua pada anak untuk menjalani sesuatu, tentu akan membuat anak merasa terpaksa untuk melakukannya.

Si kecil menjadi tak menikmati apa yang ia lakukan, dan menganggap ini sebagai kompetisi.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved