Viral Anies Baswedan Baca How Democracies Die, Rocky Gerung Dukung: Saling Ledek dengan Intelektual

Viral foto Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan baca buku How Democracies Die, Rocky Gerung mendukung: harusnya begitu, saling ledek dengan intelektual

Kolase TribunPalu.com - Instagram Anies Baswedan x Instagram
Viral foto Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan baca buku How Democracies Die, Rocky Gerung mendukung: harusnya begitu, saling ledek dengan intelektual 

"Nggak perlu begitu. Anies hanya kasih contoh saling kirim sinyal dengan cara-cara soft power. Tentu judulnya yang satire dan lucunya, di sebelahnya (disandingkan dengan meme) ada foto Jokowi membaca Sinchan," sambungnya.

Menurut Rocky Gerung, cara ini adalah pertarungan politik yang menarik ketimbang melakukan aksi yang kasar.

"Mestinya begitu kan, bertanding dengan begituan saja. Saling meledek dengan kemampuan intelektual," pungkas Rocky Gerung.

Rocky Gerung
Rocky Gerung (Tangkap layar YouTube via Grid.ID)

Ditanya soal keadaan politik Indonesia saat ini, Rocky Gerung mengkritik sikap pemerintah yang dianggap buruk dalam menangani berbagai persoalan dalam beberapa pekan terakhir.

Rocky Gerung menyebut seolah sedang terjadi pemburukan demokrasi yang tidak tertahankan lagi.

"Karena istana itu nggak punya semacam orkestrasi yang mampu untuk mengabstraksikan politik, membuat politik itu konseptual," ujarnya.

Apalagi, kata Rocky Gerung, istana justru terpancing oleh kehadiran Rizieq Shihab sehingga menggelar rapat tertutup dan mengumpulkan buzzer.

Lebih lanjut, ia menyarankan agar suhu politik ini tetap panas tetapi tidak sampai menimbulkan kegaduhan.

"Persoalan kita saat ini agar supaya suhu politik tetap panas, tapi tidak membakar. Maka itu perlu kemampuan akal, bukan kemampuan buzzer,” kata Rocky Gerung.

Lebih lanjut, Rocky Gerung menjelaskan isi buku yang ia sebut sebagai paradoks itu.

Baca juga: Bicara Soal Kepulangan Rizieq Shihab, Rocky Gerung: Bahasa Tubuh Istana Tak Ingin Habib Pulang

Dikutip dari Kompas.com, buku How Democracies Die diterbitkan pertama kali pada 16 Januari 2018.

Dalam catatan Goodreads, buku tersebut adalah karya dua profesor Universitas Harvard, yaitu Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt yang diterbitkan oleh Crown Publishing Group.

Keduanya membutuhkan waktu lebih dari 20 tahun untuk mempelajari sejarah panjang demokrasi di Eropa dan Amerika Latin.

Karya tersebut memaparkan bahwa demokrasi tidak lagi berakhir dengan cara-cara yang spektakuler seperti revolusi ataupun kudeta militer.

Namun, demokrasi akan mati secara perlahan dan pasti dengan matinya institusi-institusi kritis, seperti peradilan dan pers, serta pengeroposan norma-norma politik yang telah lama ada.

Halaman
123
Sumber: Tribun Palu
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved