Kisah Paulus Yulius Kollo, Selamat dari Tragedi Sriwijaya Air SJ 182 Karena Enggan Membayar Tes Swab

Paulus Yulius Kollo, salah satu orang yang ada di daftar manifest penumpang Sriwijaya Air SJ 182 yang selamat karena dirinya enggan membayar tes swab.

Editor: Imam Saputro
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ISTIMEWA VIA KONTAN.CO.ID/KOLASE/REPRO
Ilustrasi kecelakaan Pesawat Sriwijaya Air SJ 182. 

TRIBUNPALU,- Paulus Yulius Kollo (24) adalah salah satu orang yang ada di daftar manifest penumpang Sriwijaya Air SJ 182.

Namun ternyata, Paulus diketahui tidak jadi berangkat dengan pesawat tersebut. 

Ia tidak jadi melakukan perjalanan dengan menggunakan pesawat karena ia enggan membayar tes swab. 

Menurutnya, tes swab yang jadi syarat penumpang dapat melakukan perjalanan dengan pesawat, terlalu mahal. 

"Itu betul nama saya. Kemarin saya mau ke Pontianak, tapi karena ada sedikit kendala maka saya cancel tiket," ungkap Paulus yang dihubungi melalui pesan singkat Minggu (10/11/2021).

Warga asal Desa Noelbaki, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) ini mengungkapkan, ia melakukan perjalanan bersama rekannya bernama Indra Wibowo.

Pria yang bekerja di salah satu perusahaan telekomunikasi terkemuka di Indonesia ini mengatakan, perusahaannya lah yang membelikan tiket untuk ia dan rekannya.

Awalnya, ia dan rekannya hendak berangkat dari Makasar menuju Pontianak.

Akan tetapi, karena tidak ada penerbangan langsung dari Makasar menuju Pontianak, keduanya transit di Jakarta. 

Dari Makasar menuju Jakarta, Paulus dan rekannya menggunakan tes biasa.

Sementara itu, untuk menuju Pontianak, diwajibkan menunjukkan hasil tes swab. 

Karena enggan membayar harga tes swab yang mahal, mereka memutuskan untuk berangkat ke Pontianak dari Jakarta menggunakan kapal.

"Saya dan Indra ada dalam manifes pesawat, tapi kami berdua batal terbang. Sekarang kami berada dalam kapal dan satu jam lagi berlabuh di pelabuhan," ungkap Paulus.

Paulus mengungkapkan, saat batal berangkat, mereka tidak menginformasikan kepada pihak Sriwijaya Air.

Ia menduga, hal itulah yang menjadi penyebab namanya masih tertera dalam manifes pesawat.

Paulus mengaku baru mengetahui terkait kecelakaan Sriwijaya Air saat ia mendapat sinyal.

Ia diberitahu oleh keluarga dan pimpinan tempat dia bekerja.

"Syukur dan puji Tuhan, ini sudah rencana Tuhan untuk itu semua," kata Paulus.

Kemudian Paulus bercerita bahwa ia mendapatkan telepon dari semua keluarganya yang berada di Kupang. 

Akan tetapi, ia tidak dapat menjawab telepon dari keluarganya karena ia sedang berada di tengah laut sehingga tidak ada jaringan. 

"Tadi malam juga, semua keluarga di Kupang telepon saya. Cuma tidak masuk, gara-gara tidak ada jaringan karena di tengah laut," ceritanya.

Ia berpesan kepada keluarganya di Kupang untuk tetap tenang, dan tidak perlu khawatir karena dirinya baik-baik saja.

Kemudian. ia juga berpesan kepada keluarga korban pesawat Sriwijaya Air SJ 182 agar kuat menghadapi semua ini.

Ia mengatakan, di balik semua ini ada rencana lebih indah yang sudah disiapkan Tuhan.

Sriwijaya Air SJ 182 Jatuh

Sebelumnya, diberitakan bahwa pesawat Sriwijaya Air SJ 182 tujuan Jakarta-Pontianak yang lepas landas dari Bandara Soetta, Sabtu (9/1/2021) pukul 14.36 WIB, dinyatakan hilang pada pukul 14.40 WIB. 

Pesawat disebut jatuh di perairan Kepulauan Seribu, dekat Pulau Laki dan Pulau Lancang.

Direktur Utama Sriwijaya Air Jeff Jauwena menyatakan pesawat SJ182 sempat tertunda keberangkatannya atau delay selama 30 menit akibat hujan deras.

"Delay akibat hujan deras, maka ada delay 30 menit saat boarding," ungkap Jeff dalam konferensi pers dari Bandara Soekarno-Hatta, Sabtu (9/1/2021).

Hingga saat ini, Senin (11/1/2021),Tim Disaster Victim Identification (DVI) Rumah Sakit (RS) Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, telah menerima 16 kantong jenazah korban pesawat Sriwijaya Air SJ 182 rute Jakarta-Pontianak.

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved