5 Fakta Kasus ART Lompat dari Lantai 2 karena Kelaparan, Kerap Disiksa hingga Gaji Ditahan Majikan
Kisah Pariyem, seorang asisten rumah tangga (ART) yang mendapatkan perlakuan buruk dari majikannya kini menjadi perbincangan publik.
Setelah itu, Pariyem dan anaknya berusia 12 tahun yang juga tinggal di rumah majikannya, pergi ke rumah anak tirinya di Kelurahan Wiroborang, Kecamatan Mayangan.
Baca juga: Pesan Haru Ayah Prajurit TNI yang Gugur Tertembak KKB: Cukup Anak Saya yang Terakhir Jadi Korban
Gaji tertahan hingga Rp 12 juta
Setelah kejadian tersebut, Babinkamtibmas dan Forkopimda kemudian memediasi Pariyem dengan pihak majikannya.
Ternyata diketahui pula jika gaji Pariyem lama tidak diberikan hingga menumpuk Rp 12 juta lebih.
"Gajinya sebagai pembantu selama bertahun-tahun juga lama tidak diberikan," tutur Suharsono.
Namun majikannya berdalih, gaji itu sengaja ditabungkan agar Pariyem memiliki simpanan uang.
Gaji Pariyem pun akhirnya dibayarkan setelah mediasi dilakukan.
“Kedua belah pihak sepakat, sudah tak ada masalah. Semuanya selesai saat mediasi itu. Ada hitam di atas putih,” kata Suharsono.
Kerap dipukuli majikan
Ditemui di rumah anak tirinya di Kelurahan Wiroborang, Kecamatan Mayangan, Kota Probolinggo, dia mengaku sering mendapatkan perlakuan kasar dari majikan, khususnya majikan perempuan.
“Dulu saya sering dapat perlakukan kasar. Dulu sering dipukul, tiap hari dipukul. Dipukul pakai sandal, kadang pakai sepatu. Dipukul seadanya sudah (pakai alat yang ada waktu itu). Bagian kepala yang sering dipukul,” kata Pariyem, Rabu (17/2/2021).
Dia biasanya dipukul majikannya ketika ada pekerjaan rumah tangga yang dinilai tidak cocok oleh majikannya.
Misalnya saat ngepel lantai, jika tidak cocok, Pariyem dipukuli majikannya.
Ditanya kenapa harus melompat dari lantai dua rumahnya, Pariyem mengaku terpaksa karena kelaparan.
Ketika melompat dan mengais makanan di tong sampah, warga kemudian mengikuti dan mengetahui kondisi Pariyem selama di rumah majikannya.