Palu Hari Ini
Tembus Rp 90 Ribu Per Kg, Pedagang Makanan di Palu Kurangi Pemakaian Cabai
Kondisi ini membuat para pedagang makanan yang menggunakan sambal sebagai salah satu bahan utama harus berpikir dua kali agar tak rugi banyak.
Laporan Wartawan TribunPalu.com, Fandy Ahmat
TRIBUNPALU.COM, PALU - Harga cabai rawit di pasar tradisional di Kota Palu melonjak beberapa waktu terakhir.
Kondisi ini membuat para pedagang makanan yang menggunakan sambal sebagai salah satu bahan utama harus berpikir dua kali agar tak rugi banyak.
Beberapa di antaranya memilih untuk mengurangi pemakaian cabai merah di menu makanannya.
Sri, seorang pedagang makanan di taman Masjid Agung mengeluh dengan kenaikan harga ini.
"Sekarang serba susah, apalagi di sini kan makanannya ada tingkat kepedasan, mulai dari bakso, ceker dan iga. Sementara rata-rata orang itu pesannya level 3," ujar Sri, Selasa (9/3/2021).
• Ramalan Mingguan Aries 9-13 Maret 2021: Asmara, Kesehatan, Karier, Bisnis, hingga Keuangan
• 100 Hari Kinerja Hadianto-Reny: Gandeng Perbankan untuk Program Palu Mantap Bergerak
• Cara Mudah Khatam Alquran dalam 30 Hari di Bulan Ramadhan, Ada 4 Strategi untuk Tadarus Sendirian
Sementara itu Adit, pedagang siomay di depan SMAN 4 Palu mengatakan semenjak harga cabai mahal dia mengurangi penggunaan cabai untuk bumbu siomaynya.
"Normalnya biasa 5 kg per hari. Itu bisa sampai 4 cerek besar. Tapi sekarang karena harganya mahal jadi penggunaan cabai dikurangi jadi 3 kg," kata Adit.
Seperti di Pasar Inpres Manonda, harga cabai merah tembus Rp 80 ribu sampai Rp 90 ribu.
Menurut Fiska, pedagang Pasar Inpres Manonda, kenaikan harga cabai terjadi sejak tiga bulan lalu.
Ia mengatakan, naiknya harga cabai merah di pasaran disebabkan kondisi cuaca yang tidak menentu.
"Ini sudah terjadi sejak Desember 2020. Soalnya cuaca kurang bersahabat, tidak menentu. Jadi petani cabai bingung menanam atau tidak, dan cabai pun langka," kata Fiska. (*)