Lifestyle Palu
Tips Hilangkan Stres Ala Neng Korona: Sehat dengan TikTok dan Selalu Bawa Tas Olahraga
Selain gemar berolahraga, wanita kelahiran Kota Palu 41 tahun lalu ini, juga aktif di media sosial TikTok.
Laporan Wartawan TribunPalu.com, Nur Saleha
TRIBUNPALU.COM, PALU - Ketua Komisi A Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Palu, Mutmainah Korona ternyata punya hobi baru.
Selain gemar berolahraga, wanita kelahiran Kota Palu 41 tahun lalu ini, juga aktif di media sosial TikTok.
TikTok merupakan wadah interaksi di dunia maya yang menampilkan beragam video aktivitas penggunanya.
Sebagian besar video yang ditampilkan dibarengi dengan backsound musik kekinian.
Dengan aplikasi TikTok, wanita dengan sapaan Neng Korona itu tampak aktif berjoget.
• Sempat Ancam Warganet yang Hina Buah Hatinya, Young Lex Urungkan Niat Lapor Polisi: Kasihan Ibu-ibu
• Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 14 Resmi dibuka, Cek Persyaratannya Disini
• Cerita Sahedi, ASN Imigrasi Palu Hadapi Bule yang Nikahi Siri Wanita Indonesia
Pada kesempatan setelah talk show di Tribun Mo Tesa-tesa, Neng Korona bersama kru TribunPalu.com mengabadikan goyangan TikTok, Kamis, (11/3/2021) sore.
"Bergoyang begini melatih pikiran dan badan agar tidak cepat stres, ini bagus juga untuk kesehatan dan semangat dalam bekerja," kata Mutmainah.
Setelah selesai, video goyangan tik tok itu ter-upload di akun TikTok pribadinya.
Bahkan sebuah tas warna hitam selalu dibawa ke mana-mana.
Dalam tas itu terdapat peralatan senam, mulai dari sepatu dan pakain olahraga.
Mulai dari jualan kue, menjahit, menjual sendal di pesantren, menjadi guru TK, hingga mendirikan yayasan pendidikan politik bagi perempuan kampung pernah ia lakoni.
Wanita kelahiran 3 Juli 1979 adalah anak pertama dari enam bersaudara.
Neng, itulah nama panggilan akrabnya. Namun di jagat maya, nama Korona lebih viral.
Dua tahun terakhir, dia menjabat anggota Komisi A Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Kota Palu.
Nama itu, ia peroleh sejak kecil dari pengasuhnya.
Neng mulai bersekolah di Taman Kanak-kanak (TK) Aisyah di Kelurahan Tawaeli.
Pada tahun 1991, Sekretaris Fraksi Partai Nasdem ini memulai Sekolah Dasar (SD) 9 Nunu hingga kelas tigas, lalu melanjutkan hingga lulus di SD Nurul Islam Tawaeli, Palu.
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri Tawaeli menjadi tempatnya meneruskan pendidikan menengah.
Mutmainah menjadi penjaja kue sejak duduk di bangku SD hingga SMP.
Menjadi penjaja kue untuk meringankan beban orangtuanya. "Ayah saya itu hanya pegawai rendahan golongan dua di kantor transmigrasi."
Sedangkan pada masa sekolah Menengah Atas (SMA), ia memutuskan jadi santriwati.
Dia daftar di pesantren Muhammdiyah Ummul Mukminin, Sudiang, Makassar, Sulawesi Selatan.
Jiwa dagang Mutmainah kembali muncul saat nyantri.
Bermodal mesin dan ilmu menjahit dari ibunya, Ia membuat bandana, kain ikat kepala untuk wanita berhijab.
Setamat di pesantren tahun 1997, Neng Korona pulang kampung.
Di Palu, justru Neng Korona ‘dipaksa’ dewasa.
Saat wanita seumurannya, menyiapkan kuliah, Korona justru mengabdi sebagai guru honorer, dan berdagang kecil-kecilan.
Hampir setahun dia jadi guru taman kanak-kanak di TK Aisyah, Tawaeli, sekitar 20-an km dari pusat kota.
“Guru sejati itu ya guru TK. Keihlasan, kesabaran diuji setiap menit,”
Dia mengaku rangkaian pengalaman jualan, dagang, menjahit, dan mengabdi di TK di usai remaja, justru mematangkan dirinya.
Dia memilih kuliah Universitas Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Palu, di Besusu Barat.
Di kampus ini, Korona cepat beradaptasi. Dia jadi aktivis kampus.
Di semester akhir, dia mengabdi untuk pendidikan anak usia dini dan putus sekolah.
Dia pemukiman warga pedalaman Gunung Salena, Ulujadi, Palu, dia mengabdi.
Saat masih kuliah, dia coba mengamalkan tri-darma pendidikan tinggi.
Penelitian, pengabdi, sekaligus kuliah.
Dan, “kuliah saaya berantakan,” katanya sambil terbahak.
Istilah “kuliah berantakan” merujuk dua fase.
Pertama; dia kuliah selama 14 tahun, dan kedua, dinamika pengabdian-penelitian-pendidikan” berbuah pernikahan dengan Nasution Hi Camang.
Mereka bertemu saat jadi aktivis NGO. Mereka mendirikan Yayasan Komunitas Peduli Perempuan dan Anak.
Namun dari KPPA inilah akses jaringan nasional, regional dan internasional Korona, terbuka.
Dari KPPA dia jadikan laboratorium pendidikan, kepemimpinan, dan ladang pengabdian.
Dia fokus ke anak dan perempuan.
Mereka mendorong satu peraturan daerah tentang partisipasi dan perwakilan perempuan.
Ibu tiga anak ini juga mengendorse para aktivis level kampung, lembaga perwakilan desa, dan proses pengambilan keputusan di desa.”
Dia bercerita, tiga elemen yang diatur tentang bagaimana perempuan tidak hanya diwakili secara fisik, partisipasi dan aspirasi perempuan desa.
Dari tiga elemen itu, menjadi peraturan daerah (perda) Desa pertama di Donggala tahun 2006, dan menjadi inspirasi perda perempuan di timur Indonesia.
Tahun 2008, saat arah politik Indonesia kian terbuka, Korona berpartisipasi.
Berpasangan dengan Aristan, seniornya di NGO, Korona terjun ke politik praktis.
Bukan dari jalur parpol, dia mencalonkan diri sebagai kepala daerah di Donggala, melalui jalur perserorangan.
“Aristan 01 saya 02 perseorangan,” ujarnya.
Mereka diusung jaringan aktivis di Sulteng. Sayang, kemenangan belum berpihak.
Kalah di pilkada Donggala, Korona kembali jadi aktivis NGO.
Tiga pernikahannya mulai membuahkan tiga hasil; Ikrar Fatihah, Ikhlas Sabil dan Inayah Anggun Mawaddah.
Korona pun melanjutkan kuliahnya di Universitas Al Khairat Palu dan diwisuda sebagai sarjana ekonomi tahun 2014.
Setelah berkartu anggota Partai Nasdem, jadi caleg, dan bahkan terpilih jadi Ketua DPD partai Nasdem Kota Palu.
Di pemilu 2019 lalu, Korona kembali menjajal momen politik.
Dia terpilih sebagai anggota parlemen.
Konstituentenya dari dapil II; Palu Utara dan Tawael.
Dari 2.759 jumlah suara dari Nasdem, dia menyumbang 1.201 suara pribadi.
Akhir tahun 2019 dia terpilih menjqdi Ketua Komisi A Dewan Perwakilan rakyat Daerah (DPRD) Kota Palu.
"Di DPR ini sebetulnya pembelajaran terbaik saya, karena saya harus lebih banyak belajar untuk beradaptasi dengan ragam karakter. Mewarnai pendapat dan mencari kawan untuk bisa saling berbagi pengetahuan dan pengalaman serta mengupayakan bagaimana Inisiatif kerja politik juga menjadi kerja politik bersama." ucap politisi Partai Nasdem, Selasa (2/2/2021).
"Dan DPRD ini adalah sekolah baru bagi saya mengenai berbagai hal. utamanya membaca situasi dan melihat peluang dan tantangan dalam proses poltiik. Yg utama adalah bagaimana kita 3 ranah ini selalu d jaga yaitu kelembagaan DPRD, partai politik dan konstituen," tambahnya.
Siapa Mutmainah “Neng” Korona
Lahir; Palu, 3 Juli 1979
Ketua Komisi A DPRD Kota Palu
Pasangan: Nasution Hi Camang
Anak: 3 Orang
Pendidikan Formil:
SD Nurul Islam Tawaeli, 1991
SMP Negeri Tawaeli, 1994
Pesantren Ummul Mukminin (SMA) Ujung Pandang, 1997
Sarjana Ekonomi Universitas Al Khairaat Palu, 2014.
Riwayat organisasi dan pekerjaan:
Ketua Komisi A DPRD Kota Palu, 2019 - sekarang
Ketua Yayasan Sikola Mombine, 2017 – sekarang
Sekretaris Fraksi Partai Nasional Demokrat (NasDem) Sulawesi Tengah, 2016 - sekarang.
Ketua Dewan Pembina Yayasan Komunitas Peduli Perempuan dan Anak (KPPA) Sulawesi Tengah, 2015 – 2020.
Peneliti, penulis dan konsultan isu Gender, HAM, Politik Kebijakan dan Anggaran, dan perlindungan anak (Free Lance).
Posisi sebelumnya:
Direktur Sikola Mombine Institute, 2015 – 2017.
Direktur Yayasan Komunitas Peduli Perempuan dan Anak (KPPA) Sulawesi Tengah, 2001 – 2015.
Direktur Perkumpulan Evergreen Indonesia (PEI), 2012 – 2014 (masa transisi).
Sekretaris Pengurus KONTRAS SULAWESI (The Commision for “The Disapeared and Victims of Violence), 2009- 2011.
Staf Yayasan Evergreen Indonesia, 2002.
Staff Yayasan Pendidikan Rakyat Palu, 2001.
Honorer Guru Taman Kanak – Kanak (TK) Aisyiyah Tawaeli, 1997.
Pengalaman Organisasi:
Anggota Presidium Koalisi Perempuan Indonesia Sulteng, tahun 2006 – 2010.
Anggota Badan Pengawas LPSHAM (Lembaga Pengembangan dan Study Hak Asasi Manusia) Sulawesi Tengah, 2009 – 2011.
Anggota Lembaga Bantuan Hukum Sulteng, 2009-2011.
Anggota Solidaritas Perempuan (Women of Solidarity for Human Rights), 2003 – 2017.
Pengurus Liga Mahasiswa Nasional Demokrasi Sulawesi Tengah (National Students League for Democracy in Central Sulawesi), 2000.
Pengalaman profesiona Neng Korona:
Fasilitator, peneliti, narasumber and tehnical asistensi advokasi anggaran yang responsive. gender dalam perencanaan dan penganggaran desa dan daerah.
Fasilitator dan narasumber perempuan dalam penanganan bencana alam dan sosial.
Fasilitator, peneliti, narasumber dan penulis politik dan kepemimpinan perempuan
Penyusun modul Sekolah Perempuan.
Fasilitator dan penyusun pemberdayaan ekonomi perempuan.
Fasilitator, peneliti narasumber dan penulis isu HAM, perlindungan perempuan dan anak.
Fasilitator, narasumber dan penulis kebhinekaan, toleransi dan pembangunan perdamaian (interfaith).
Penyusun Naskah Akademik Peraturan Daerah (legal drafting).
Fasilitator dan narasumber youth leadership.
Fasilitator untuk pelatihan fasilitator musrenbang.
Fasilitator dan peneliti perempuan dan pengelolaan sumber daya alam.
6. Pengalaman kerja di jaringan:
Wakil Ketua Pasigala Centre, Forum NGO untuk penanganan paska Bencana alam Pasigala 28 September 2018, Desember 2018 – 2019.
Dewan Pakar Kaukus Parlemen Perempuan DPRD Se-Sulawesi Tengah, 2018 – 2019.
Koordinator Kesekretariatan Kaukus Parlemen Perempuan DPRD Propinsi Sulawesi Tengah, 2014 - 2017.
Koordinator Task Force Bidang Kesetaraan Gender, Perlindungan Anak dan Pemberdayaan Keluarga, Pemerintah Kota Palu tahun 2012 – 2013.
Pengurus Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Propinsi Sulawesi. Tengah, BPPKB Propinsi Sulawesi Tengah, 2010 sampai sekarang.
Kepala kesekretariatan Kaukus Perempuan Parlemen Sulawesi Tengah, 2011 - sekarang.
Anggota Asian Forum Human Right Based Access To Justice (HRBA2J), 2011 - sekarang.
Stering Komite monitoring pemberdayaan hukum perempuan Wilayah Sulawesi Tengah khususnya di Kota Palu and Kabupaten Sigi, Komisi Nasional Perempuan (KOMNAS Perempuan), 2010.
Assesor koordinator lokal untuk Local budjet Study (LBS) di Kota Palu, KPPA Sulteng - Seknas FITRA, 2009.
Koordinator Wilayah Sulawesi Tengah Aliansi Nasional Bhineka Tunggal Ika (ANBTI), 2008 – 2010.
POKJA Buta Huruf Perempuan Sulawesi Tengah, Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah, 2009.
Koordinator kelompok kerja advokasi gender budjeting di Kota Palu, 2006 - 2008.
Koordinator kelompok kerja penyusunan Ranperda Kabupaten Donggala tentang Partisipasi dan Keterwakilan Perempuan di Desa, 2006.
Host Forum Perempuan Sulawesi Tengah, 2004.
7. Penghargaan
Award articless in Asia ”Women Legal Empowerment and Local Budjeting Policy” (salah satu artikel terbaik ASIA “Pemberdayaan Hukum Perempuan dan Kebijakan Anggaran Lokal”) , ESCR Asia-Manila, 2010.
Saparinah Sadli Award, 2007.
Call Paper Nasional tentang anggaran terbaik kedua, FITRA, 2007.
Femina Award ”Aspiration and Inspiration for 35 Women’s”, 2007.
Kartini Awards ”Inspiration women Indonesia”, 2011. (*)