Viral
Siswi SMK Hidup Sebatangkara di Gubuk Reot, Kakak Merantau Titip Anak, 5 Tahun Tak Digubris Pemda
Sudah bertahun-tahun ia hidup sebatang kara di rumah reot. Rumah tersebut merupakan peninggalan dari neneknya.
Sebagian genting rumah yang berbentuk panggung itu tampak sudah berlumut.
Bocor sudah menjadi langganan di rumahnya ketika hujan mulai turun.
Rumah panggung Aida berlantai kayu dan bambu.
Saat melihat kebagian dalam rumah, tak tampak perabotan rumah tangga seperti lemari es maupun tempat piring dan gelas.
Lemari pakaian pun hanya berbahan plastik.
Untuk memasak, Aida mengandal tungku dengan bahan bakar kayu di pekarangan rumah.
"Harapannya sih bisa dibongkar, karena takut tinggal di sini dalam keadaan ini. Apalagi kalau hujan kencang terkadang takut saja," ucapnya.
Kakak Kirim Uang Tiap Bulan
Kakak perempuan Aida yang kini kerja di Jakarta kerap mengirimkan uang untuknya setiap bulan.
Uang sebesar Rp 800 ribu tersebut untuk ketuhan sehari-hari serta biaya sekolah Aida dan Aisyah anak dari kakaknya.
Aida berusaha mengatur uang dari sang kakak agar cukup untuk biaya hidup satu bulan.
Tak jarang uang kiriman dari sang kakak datang terlambat dan memaksanya menahan lapar.
Aida tak mau mengeluh meski uang kiriman itu kurang mencukupi dan kadang datang terlambat.
Sebab, ia tidak ingin menyusahkan sang kakak yang tengah berjuang bekerja untuk mereka berdua.
"Kalau biaya hidup saya dikasih uang sama kakak saya yang sedang kerja di Jakarta. Dikirim Rp 800 ribu sebulan untuk kebutuhan sekolah dan makan," ungkapnya.