Ramadhan 2021
Jadi Penentu Awal Ramadhan, Apa Bedanya Rukyatul HIlal dan Metode Hisab? Simak Penjelasannya
Pemerintah Indonesia akan menggelar sidang isbat penentuan awal Ramadhan 2021 menggunakan metode rukyat hilal dan hisab, Senin (12/4/2021).
TRIBUNPALU.COM - Pemerintah Indonesia akan menggelar sidang isbat penentuan awal Ramadhan 2021, Senin (12/4/2021).
Penentuan 1 Ramadhan atau 1 Syawal selalu menggunakan metode rukyat hilal dan hisab.
Kedua cara ini sudah tertuang pada Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 2 Tahun 2004 dan UU Nomor 3 Pasal 25 A.
Meski sama-sama berpatokan pada sains atau ilmu terapan yang berbasis astronomi, kedua metode memiliki perbedaan dalam menentukan hilal.
Apa beda metode Rukyatul dan Hisab? Simak penjelasannya yang dirangkum Tribunnews.com berikut ini:
Rukyatul Hilal
Rukyatul hilal secara harfiah artinya melihat bulan secara langsung melalui alat bantu seperti teropong.
Aktivitas pengamatan ini berfokus pada visibilitas hilal atau bulan sabit muda saat matahari terbenam sebagai tanda pergantian bulan pada kalender Hijriah.
Baca juga: Detik-detik Jenazah Oktovianus Tiba di Toraja, Keluarga Korban Penembakan KKB di Papua Itu Histeris
Baca juga: Store Alfamidi Kerap jadi Lokasi Juru Parkir Liar, Manajemen: Sudah Sering Ditegur
Namun, bila cuaca terhalang gumpalan awan atau mendung, tak jarang rukyatul hilal menemui kesulitan untuk melihat bulan sabit muda. Jika hal itu terjadi, maka hilal dianggap tak terlihat sehingga penentuan awal puasa Ramadhan digenapkan pada lusa berikutnya.
Khusus pemantauan hilal Indonesia dilakukan pada 86 titik yang tersebar di 34 provinsi.
Petugas yang melakukan rukyatul hilal di antaranya ahli astronom, pimpinan pondok pesantren, ahli klimatologi hingga masyarakat umum yang ingin terlibat langsung.
Dalam tradisi tiap tahun, pemantauan hilal akan dikoordinir oleh Kemenag yang bekerja sama dengan ormas serta para pakar dari BMKG, Lapan, dan pondok pesantren, untuk melakukan perhitungan soal ketinggian hilal agar tidak terjadi 'salah lihat'.
Sebab terdapat aturan baku sebagai syarat terlihatnya hilal. Yaitu jika tinggi hilal berada di bawah 2 atau 4 derajat, maka kemungkinan obyek yang dilihat bukan hilal, melainkan bintang, lampu kapal, atau obyek lainnya yang kebetulan terlihat kasat mata di angkasa.
Baca juga: Update Harga HP Samsung Terbaru Bulan April:Galaxy A32, A52, Galaxy A72 hingga Galaxy S21 Ultra 5G
Baca juga: Libra si Positif hingga Gemini yang Intuitif, Ini 5 Zodiak yang Jago Baca Pikiran dan Situasi
Sementara itu, obyek yang masuk dalam definisi hilal apabila bulan yang dilihat memiliki ketinggian di atas 2 derajat, elongasi atau jarak sudut matahari-bulan 3 derajat, dan umur minimal 8 jam saat ijtimak atau penetapan keputusan bersama.
Metode Hisab