Renungan Bulan Syawal, Bahaya Mengkhawatirkan Aib dan Keburukan Ibadah Orang Lain
Bulan Syawal disunahkan untuk meningkatkan ibadah kepada Allah SWT dan dilarang untuk membicarakan keburukan ibadah serta aib orang lain.
Renungan Bulan Syawal, Bahaya Mengkhawatirkan Aib dan Keburukan Ibadah Orang Lain
TRIBUNPALU.COM - Kini, umat Muslim memasuki bulan Syawal, bulan setelah Ramadhan yang pada tanggal satunya diperingati sebagai Hari Raya Idul Fitri.
Di bulan Syawal umat Muslim justru akan mendapatkan godaan setan yang cukup berat.
Meskipun godaan cukup berat, umat Muslim harus berusaha dalam memperbaiki ibadah di bulan Syawal ini.
Bahkan seseorang yang lebih mementingkan aibnya sendiri jauh lebih baik daripada orang yang mementingkan aib orang lain.
Hal itu dijelaskan oleh Ustaz Abdul Somad dalam tayangan YouTube ReligionOne.
Ia mengatakan barang siapa yang sibuk memikirkan keburukan ibadahnya, maka disitulah golongan orang-orang yang berbahagia.
Baca juga: Tak Hanya Puasa Syawal, Ini 5 Ibadah Sunah Bulan Syawal Sesuai Anjuran Rasulullah SAW

Mengapa demikian?
Seseorang yang menyibukkan dirinya dengan memikirkan keburukannya lebih baik dibandingkan memikirkan keburukan orang lain.
Bagi Ustaz Abdul Somad, keburukan diri sendiri perlu diperbaiki dan dikhawatirkan, terlebih dalam hal beribadah.
"Bila kita melihat, kita selalu mengukur dari orang lain. Yang harus dilakukan khawatir dengan cacat diri sendiri," ujarnya dalam tayangan tersebut.
Perkataan Ustaz Abdul Somad itu selaras dengan hadis Nabi SAW, dari Anas Radiyallahu’ahu ia berkata bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa sallam bersabda:
طُوبَى لِمَنْ شَغُلَ عَيْبُهُ مِنْ عُيُوْبِ النّاسِ.
“Beruntunglah orang yang disibukkan oleh aibnya sendiri, sehingga ia tidak sempat mengurus aib orang lain.” (HR. al Bazzar dengan sanad yang hasan).
Sebagai umat Muslim, Ustaz Abdul Somad mengajak untuk tidak terjebak dalam purnama Ramadhan.
Ia menganalogikan seekor burung merpati yang dimasukkan dalam sangkar, kemudian diberi makan lalu dikeluarkan dari kandangnya setelah 7 hari.
Maka burung tersebut akan terbang bebas sejauh mata memandang.
Namun jika matahari terbenam, burung itu akan kembali ke rumahnya.
Baca juga: Salat Id di Masjid Al-Munawwarah Palu, Jamaah Tak Boleh Lepas Masker Selama Ibadah
Perumpamaan Ustaz Abdul Somad tersebut diperuntukkan bagi umat Muslim yang lalai beribadah setelah Ramadhan.
Umat Muslim diberikan waktu selama 30 hari dengan wadah bulan Ramadhan, sehingga sangat disayangkan setelah Ramadhan pergi, ibadahnya justru malah menurun.
"Umat muslim sudah diikat dengan puasa, tarawih, witir dan itikaf selama 30 hari di bulan Ramadhan.
Begitu selesai Ramadhan, semuanya hilang begitu saja," sambungnya.
Pendakwah asal tanah Sumatera Utara ini mengajak umat Muslim untuk merenungkan hal tersebut untuk memperbaiki ketaqwaan kepada Allah SWT.
"Jangan sampai hilang (ibadahnya), mari kita renungkan sejenak," tutup Ustaz Abdul Somad dalam ceramah tersebut.
Baca juga: Arab Saudi Umumkan Gelar Ibadah Haji Tahun ini, Ini Langkah Kemenag RI
Ibadah-ibadah Sunah di Bulan Syawal
1. Puasa Syawal atau Puasa 6
Paling utama ibadah di bulan Syawal yakni puasa sunah atau yang sering disebut puasa Syawal.
Tata cara puasa ini ditentukan Rasulullah SAW pada bulan Syawal yaitu puasa sunah selama enam hari, sebagai kelanjutan puasa Ramadhan.
Beberapa keutamaan dalam melaksanakan puasa Syawal terbilang sangat luar biasa.
Adapun keutaman yang pertama yakni akan mendapat pahala puasa selama setahun penuh.
Hal itu merujuk dari dalil yang sahih:
"Barangsiapa yang telah melaksanakan puasa Ramadhan, kemudian dia mengikutkannya dengan berpuasa selama 6 (enam) hari pada bulan Syawal, maka dia (mendapatkan pahala) sebagaimana orang yang berpuasa selama satu tahun." (HR. Muslim no. 1164).
Baca juga: Suami Pura-pura Ibadah Saat Digerebek Istri Buat Zina di Kamar Kos
2. Menikah
Amalan penting di bulan Syawal berikutnya adalah melaksanakan pernikahan. Tentunya tidak asing lagi dengan keistimewaan bulan Syawal yang satu ini, pasalnya sering sekali setelah Hari Raya Idul Fitri banyak umat islam yang melaksanakan pernikahan.
Menikah pada tanggal berapapun dan pada hari apapun di bulan Syawal merupakan suatu kebaikan bagi yang melaksanakannya. Seperti yang dikisahkan dalam hadits muslim dari istri rasul Aisyah RA.
“Rasulullah SAW menikahiku saat bulan Syawal dan mengadakan malam pertama dengan aku di bulan Syawal. Manakah istri beliau yang lebih mendapatkan perhatian selain aku?,” (HR. Muslim, An Nasa’i)
Jadi menikah di bulan Syawal merupakan salah satu sunah rasul, dimana Nabi Muhammad SAW menikah pada bulan Syawal.
Amalan penting di bulan Syawal ini harus disesuaikan dengan keadaan saat ini, terutama saat pandemi Covid-19 masih merajalela.
Untuk melangsungkan pernikahan, kamu mungkin tidak perlu mengadakan pesta besar yang mengundang banyak kerumunan.
Baca juga: Bagaimana Hukum Memulai Puasa Syawal dari Hari Jumat? Simak Penjelasannya
3. Bersilaturahmi
Momen saling berkunjung dan memaafkan ini adalah ciri khas di bulan Syawal, di mana mereka saling temu kangen dan mempererat tali persaudaraan.
Dan sungguh saling mengunjungi silaturahmi ini memiliki keutamaan yang besar dari sisi pahala dan umur yang berkah, di samping dapat memupuk dan melagengkan kasih sayang.
Ibnu 'Umar radhiyallahu 'anhu berkata:
"Siapa yang bertakwa kepada Rabb-nya dan menyambung silaturrahmi niscaya umurnya akan diperpanjang dan hartanya akan diperbanyak serta keluarganya akan mencintainya." (Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Adabul Mufrod).
Bulan Syawal menjadi bulan yang penuh akan berkah, rahmat dan juga ampunan dari Allah SWT sebab umat Islam lebih memperkuat lagi tali silahturahmi serta ukhuwah Islamiyah.
Baca juga: Dahulukan Bayar Utang Puasa Ramadhan sebelum Berpuasa Syawal, Ini yang Jadi Alasannya
4. Bersedekah
Saat memasuki bulan Syawal, seseorang juga dianjurkan untuk bersedekah.
Biasanya sedekah tersebut diperuntukkan bagi tetangga yang fakir atau saudara yang jarang bertemu dan jauh.
Terlebih, setelah berbulan-bulan mereka bekerja dan mendapatkan gaji, kini saatnya mereka mensedekahkan sebagian hartanya guna mendapatkan keberkahan rezekinya.
Asma' binti Abi Bakr berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda padaku:
"Infaqkanlah hartamu. Janganlah engkau menghitung-hitungnya (menyimpan tanpa mau mensedekahkan). Jika tidak, maka Allah akan menghilangkan barokah rizki tersebut. Janganlah menghalangi anugerah Allah untukmu. Jika tidak, maka Allah akan menahan anugerah dan kemurahan untukmu."
(TribunPalu.com/Hakim)