Banggar DPR RI: Perekonomian Nasional Berada pada Jalur Pemulihan Tepat

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga juga menunjukkan pertumbuhan yang stabil pada angka 5,93 persen (yoy).

Penulis: Haqir Muhakir | Editor: mahyuddin
handover/Golkar
Muhidin M Said 

TRIBUNPALU.COM, - Upaya pemerintah memulihkan ekonomi terus menunjukkan perbaikan.

Laporan BPS menyampaikan, pertumbuhan ekonomi nasional pada Triwulan II APBN 2021 tahunan mencapai 7,07 persen (yoy).

Secara quarter to quarter (q-to-q) tumbuhnya 3,31 persen.

Pencapaian itu menempatkan Indonesia keluar dari fase resesi ekonomi yang sudah berlangsung selama empat triwulan berturut-turut.

Perekonomian Indonesia mengalami kontraksi atau pertumbuhan negatif (negative growth) akibat tekanan Pandemi Covid-19.

Pulihnya kepercayaan publik terhadap perekonomian nasional tidak bisa dilepaskan dari gencarnya program vaksinasi secara nasional dan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) 2021 dalam beberapa waktu terakhir.

Hal itu disampaikan Wakil Ketua Banggar DPR RI Muhidin M Said melalui rilis tertulisnya kepada TribunPalu.com, Kamis (5/8/2021).

“Kita perlu menjaga momentum ini, karena kondisi perekonomian nasional sudah berada pada jalur pemulihan ekonomi yang tepat,” kata Legislator Golkar dari daerah pemilihan Sulawesi Tengah itu.

Baca juga: Menko Airlangga: Pemerintah Genjot Ketahanan Pangan dan Kesejahteraan Petani

Walau sempat diliputi kekhawatiran meningkatnya serangan Covid-19 pada awal tahun 2021, adanya kebijakan pelarangan mudik dan pengetatan perjalanan pascalebaran 18-24 Mei 2021, trend perekonomian nasional menunjukkan arah membaik pada triwulan I 2021 sebesar 0,74 persen.

Beberapa indikator penting seperti konsumsi, manufaktur, dan aktivitas perdagangan internasional, terus menunjukkan kinerja membaik.

Begitupula dengan Perekonomian global berangsur pulih seiring peningkatan perdagangan dan manufaktur global serta tren kenaikan harga komoditas dunia.

Usaha yang dilakukan pemerintah untuk menjaga momentum pemulihan dan perbaikan ekonomi mendapatkan hasil yang baik.

Ekonomi Indonesia triwulan II-2021 dibanding triwulan II-2020 (y-on-y) mengalami pertumbuhan sebesar 7,07 persen.

Pertumbuhan terjadi pada semua lapangan usaha, utamanya transportasi dan pergudangan sebesar 25,10 persen.

Selain itu penyediaan akomodasi dan makan minum juga tumbuh sebesar 21,58 persen.

Sementara itu, Industri pengolahan yang memiliki peran dominan juga mengalami pertumbuhan sebesar 6,58 persen.

Sedangkan pertumbuhan ekonomi menurut pengeluaran pada triwulan II-2021 terhadap triwulan II-2020 (y-on-y) menunjukkan pertumbuhan tertinggi terjadi pada Komponen Ekspor Barang dan Jasa yang tumbuh sebesar 31,78 persen.

Diikuti Komponen Belanja Pemerintah dan Pembentukan Modal Bruto atau investasi yang masing-masing tumbuh sebesar 8,06 persen dan 7,54 persen.

Baca juga: Pemerintah Jaga Pasokan Oksigen Pasca PPKM Level 4 Diperpanjang, Termasuk di Sulteng

Sementara itu, Komponen Impor Barang dan Jasa tumbuh sebesar 31,22 persen. Sedangkan konsumsi tumbuh pada angka 5,93 persen.

Terus membaiknya pertumbuhan ekonomi berdasarkan lapangan usaha menunjukkan sektor transportasi dan industri mulai menunjukkan perbaikan yang signifikan.

Perekonomian sudah mulai pulih sehingga menyebabkan permintaan terhadap barang dan jasa mengalami peningkatan.
Selain itu, berdasarkan pengeluaran, kinerja ekspor dan belanja pemerintah menjadi motor pertumbuhan.

“OIni sejalan dengan perbaikan sektor industri dan berjalan efektifnya program perlindungan sosial bagi masyarakat, terutama untuk men jaga daya beli dan konsumsi masyarakat,” ujar Muhidin.

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga juga menunjukkan pertumbuhan yang stabil pada angka 5,93 persen (yoy).

“Kita menyambut baik, membaiknya kinerja ekspor nasional, sehingga menggairahkan kembali industri nasional. Selain itu, pulihnya sektor UMKM juga menjadi pendorong mulai membaiknya perekonomian nasional,” terang Muhidin.

Dia meminta pemerintah tidak lengah karena penyebaran Covid 19 dan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), tentu akan memberikan dampak terhadap kinerja perekonomian dan pelaksanaan APBN pada paruh triwulan ke III dan IV tahun 2021.

“Kita juga perlu terus mewaspadai dinamika kondisi moneter di Amerika Serikat, yaitu kebijakan Tapering off dan kenaikan suku bunga acuan The Fed yang berpotensi menimbulkan dampak ikutan bagi perekonomian nasional,” jelas pria kelahiran 7 Oktober 1950 tersebut.

Sampai dengan awal Agustus 2021, rupiah stabil pada kisaran angka Rp 14.300 per USD.

Baca juga: Airlangga Hartarto: Formula 3T-3M dan Kepatuhan Masyarakat Kunci Penanganan Lonjakan Covid-19

Oleh sebab itu, Bank Indonesia perlu terus mengantisipasi kebijakan The Fed tersebut dengan cepat dan tepat untuk melindungi nilai tukar rupiah dan stabilitas moneter dalam negeri.

Pemulihan kehidupan masyarakat akan sangat tergantung dari disiplin dan konsistensi seluruh komponen Bangsa.

Akselerasi pemulihan ekonomi nasional akan sangat tergantung dari keberhasilan kebijakan antisipatif penanganan pandemi Covid-19 dalam menjaga momentum pemulihan.

Langkah-langkah tersebut antara lain adalah, optimalisasi pelaksanaan vaksinasi yang lebih masif dan mencapai terget yang sudah ditentukan.

Tak hanya itu, implementasi kebijakan PPKM yang efektif dalam menghambat penyebaran virus juga diperlukan, serta penguatan tes, lacak dan isolasi.

Peningkatan kedisiplinan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan 5M harus terus digaungkan.

Untuk mengantisipasi lonjakan pasien sedang berat, pemerintah harus memastikan ketersediaan tempat tidur di ruang perawatan (Bed occupancy rate) terpenuhi dan juga tabung oksigen.

“Semoga kita bisa keluar dari krisis ini dan kehidupan kita bisa segera pulih. Momentum pertumbuhan ekonomi nasional yang sudah baik ini perlu dijaga hingga akhir tahun 2021,” ucap Muhidin.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved