Kisah Perjuangan Greysia Polii: Gunakan Kardus Dibentuk Raket untuk Bermain Badminton saat Kecil

Masa kecil Greysia Polii tak mudah, untuk bermain badmintonpun, ia hanya memakai kardus yang dibentuk menyerupai raket. 

Editor: Imam Saputro
www.djarumbadminton.com
Diumumkan oleh Greysia Polii disponsori Victor, pasangan ganda putri, Greysia Polii/ Apriyani Rahayu akan berlaga dengan jersey yang berbeda. 

Ade Polii juga mengungkapkan berbagai situasi sulit yang dihadapi Greysia Polii sebelum menjadi pemain profesional. 

Ada momen di mana ibunda Greysia harus bekerja ekstra keras untuk memenuhi kebutuhan serta perlengkapan bulutangkis sang putri tercinta. 

Itu terjadi dikarenakan kehidupan Greysia bersama ibunya, secara ekonomi, serba terbatas.

"Jadi dulu itu mama jahit baju, usaha sendiri untuk memenuhi kebutuhan bulutangkis Greysia. Serba terbatas keadaan (ekonomi) mereka, karena mereka hidup berdua," tutur Ade. 

Kendati hidup dengan segala keterbatasan, kata Ade, Greysia sama sekali tidak pernah mengeluh. 

Greysia justru terus riang dan tidak pernah lelah berusaha untuk menjadi pebulutangkis profesional.

"Dia menerima segala keadaan. Yang penting bagi dia adalah bisa main bulutangkis, bisa bertanding, bisa juara. Dari kecil memang tidak banyak mengeluh anaknya. Sudah kuat dari kecil anak itu," pungkas Ade Polii.

Perjuangan Greysia

Gnda putri Indonesia, Greysia Polii/Apriyani Rahayu mampu mengharumkan Indonesia dengan perolehan medali emas Olimpiade 2020 Tokyo.

Untuk mendapatkan prestasi tertinggi itu, Greysia/Apriyani telah melaluinya dengan banyak kesabaran dan kerja keras.

Terlebih bagi Greysia Polii, dia baru mendapatkan impiannya itu pada usia yang sudah menginjak 33 tahun.

Pelatih PB Jaya Raya, Lanny Tedjo menceritakan perjuangan Greysia Polii yang waktu itu jadi anak didiknya.

Apriyani Rahayu dari Indonesia dan Greysia Polii dari Indonesia (kiri) merayakan kemenangannya setelah memenangkan pertandingan final bulu tangkis ganda putri melawan Jia Yifan dari China dan Chen Qingchen dari China pada Olimpiade Tokyo 2020 di Musashino Forest Sports Plaza di Tokyo. Senin (2 Agustus 2021). (Alexander NEMENOV/AFP)
Apriyani Rahayu dari Indonesia dan Greysia Polii dari Indonesia (kiri) merayakan kemenangannya setelah memenangkan pertandingan final bulu tangkis ganda putri melawan Jia Yifan dari China dan Chen Qingchen dari China pada Olimpiade Tokyo 2020 di Musashino Forest Sports Plaza di Tokyo. Senin (2 Agustus 2021). (Alexander NEMENOV/AFP) (AFP/ALEXANDER NEMENOV)

Menurut Lanny, Greysia yang saat itu tubuhnya paling kecil dibanding teman sebayanya tidak terlihat minder justru mempunyai tekad yang kuat dalam berlatih.

“Untuk Greys kan dari kecil sudah kelihatan (bakatnya), waktu kecil itu dia paling kecil di tempat kita, dia masuk tahun 96, masih SD paling kecil lah,” cerita Lanny dalam zoom yang diadakan PB Jaya Raya, Selasa (3/8/2021).

Lanny menuturkan, Greysia Polii kecil menjadi satu di antara pemain binaan yang paling ulet berlatih.

Atlet Indonesia Apriyani Rahayu (kanan) dan Greysia Polii Indonesia memberi hormat dengan medali emas bulu tangkis ganda putri pada upacara Olimpiade Tokyo 2020 di Musashino Forest Sports Plaza di Tokyo. Senin (2 Agustus 2021). (Pedro PARDO/AFP)
Atlet Indonesia Apriyani Rahayu (kanan) dan Greysia Polii Indonesia memberi hormat dengan medali emas bulu tangkis ganda putri pada upacara Olimpiade Tokyo 2020 di Musashino Forest Sports Plaza di Tokyo. Senin (2 Agustus 2021). (Pedro PARDO/AFP) (AFP/PEDRO PARDO)
Halaman
123
Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved