Harga Babi Terdampak Pendemi, Peternak di Banggai Menjerit

Laporan Wartawan TribunPalu.com, Asnawi Zikri

TRIBUNPALU.COM, BANGGAI - Peternak babi di Kecamatan Toili Barat, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, hanya bisa gigit jari selama Pandemi Covid-19.

Harga babi terjun bebas alias anjlok selama Pandemi Covid-19 mewabah di Sulawesi Tengah.

Seorang peternak, I Wayan Sukarma (39) menyebutkan, sebelum pandemi, harga babi bisa mencapai Rp 5 juta per ekor.

Pasarannya di Makassar dan Toraja, Sulawesi Selatan, dan Manado, Sulawesi Utara.

Keuntungannya saat itu sangat menggiurkan. 

Setiap kali penjualan, keuntungan bersih sekitar 30 persen setelah dipotong biaya operasional, bibit, dan pakan.

Baca juga: 6 Desa di Banggai Masih Tertinggal, Pemkab Minta Program OPD Pakai Data IDM

Sekali jual bisa mencapai 100 ekor.

Modalnya dalam satu bibit ternak seharga Rp 750 ribu sampai 1 juta per ekor. Bibitnya jenis Lendris dan Durok. 

“Kalau bibit lokal hanya Rp 350 ribu sampai Rp 500 ribu per ekor. Tapi panennya nanti 2 tahun. Kalau bibit jenis Lendris dan Durok hanya 5 sampai 7 bulan saja,” jelas  I Wayan kepada TribunPalu.com, Senin (23/8/2021).

Saat ini, harganya anjlok Rp 2 juta sampai Rp 2,5 juta per ekor.

“Itupun sekarang susah dapat pasaran,” kata peternak asal Desa Karya Makmur itu.

Faktornya anjloknya harga, kata dia, karena pembatasan aktivitas masyarakat semasa pandemi. 

Baca juga: Berita Populer Sulteng: Pelaku Curanmor di Touna Ditangkap hingga Swab Acak Pasar Kilongan Banggai

Misalnya pembatasan pesta pernikahan, acara keagamaan, budaya atau adat istiadat, dan rumah makan.

I Wayan tidak bisa berbuat banyak dengan situasi saat ini.

“Tidak pulang modal. Rugi saya. Tapi mau bagaimana lagi,” tutur I Wayan, pasrah.(*)