4 Nilai Pendidikan yang Terkandung dalam Surah Al Kahfi Ayat 60 hingga 70
Berikut ini kami sampaikan nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam Surah Al Kahfi ayat 60 hingga 70.
4 Nilai Pendidikan yang Terkandung dalam Surah Al Kahfi Ayat 60 hingga 70
TRIBUNPALU.COM - Berikut ini kami sampaikan nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam Surah Al Kahfi ayat 60 hingga 70.
Pendidikan merupakan satu hal yang harus ditanamkan sejak dini pada anak.
Karena pendidikan akan berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak di masa depan.
Hal itu telah kami lansir dari laman Kompas yang bertajuk "Mengapa Pendidikan Anak Usia Dini Penting?".
Pada artikel itu menyebutkan, salah satu profesor dari Autralia's & International Teacher of the Year yang bernama Profesor Sandralyn Byrnes mengatakan pendidikan anak usia dini diajarkan bagaimana cara belajar yang baik dan benar.
Tak hanya kata profesor saja, ternyata dalam Al Quran pendidikan juga sangat dijunjung tinggi.
Kami akan mengajak Anda untuk menjelajahi kandungan Surah Al kahfi ayat 60 hingga 82 yang merepresentasikan pendidikan.
Sebelumnya kami informasikan bahwa kami telah melansir artikel ini dari penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Islam Negeri Yogyakarta, Mutaqin Al-Zamzani.
Penelitian itu mencoba membedah nilai pendidikan dalam Surah Al Kahfi ayat 60 hingga 82.
Dikisahkan dalam surah ini tentang Nabi Musa As dan Nabi Khidir As.
Baca juga: Kumpulan Ibadah Sunah Hari Jumat yang Miliki Banyak Keutamaan, Termasuk Baca Surah Al Kahfi
1. Semangat dalam mencari ilmu
Pada surah istimewa ini, dijelaskan dalam ayat ke 60 hingga 64 tentag semangat mencari ilmu.
Seorang murid harus mempunyai semangat belajar yang tinggi.
Tak hanya itu, sebagai murid teladan juga tak bole berputus asa dalam mencari ilmu, meskipun jarak yang ditempuh memerlukan usaha yang keras.
Ayat-ayat ini juga menceritakan kisah Nabi Musa As dan Nabi Khidir As dalam perjuangan mereka mencari ilmu.
Dalam tafsir al-Thabary dikisahkan bahwa Nabi Musa As meminta Yusya’ bin Nun yang menjadi rekan perjalanan untuk membawakan makanan untuknya, karena benar-benar lelah usai menjalani perjalanan jauh dalam mencari Nabi Khidir As (al-Thabary: 127).
Berikut adalah bacaan Surah Al Kahfi ayat 60 hingga 64:
60.
وَتِلْكَ الْقُرٰٓى اَهْلَكْنٰهُمْ لَمَّا ظَلَمُوْا وَجَعَلْنَا لِمَهْلِكِهِمْ مَّوْعِدًا
wa tilkal-qurā ahlaknāhum lammā ẓalamụ wa ja'alnā limahlikihim mau'idā
Dan (penduduk) negeri itu telah Kami binasakan ketika mereka berbuat zalim, dan telah Kami tetapkan waktu tertentu bagi kebinasaan mereka.
61.
وَاِذْ قَالَ مُوْسٰى لِفَتٰىهُ لَآ اَبْرَحُ حَتّٰٓى اَبْلُغَ مَجْمَعَ الْبَحْرَيْنِ اَوْ اَمْضِيَ حُقُبًا
wa iż qāla mụsā lifatāhu lā abraḥu ḥattā abluga majma'al-baḥraini au amḍiya ḥuqubā
Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada pembantunya, “Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua laut; atau aku akan berjalan (terus sampai) bertahun-tahun.”
62.
فَلَمَّا بَلَغَا مَجْمَعَ بَيْنِهِمَا نَسِيَا حُوْتَهُمَا فَاتَّخَذَ سَبِيْلَهٗ فِى الْبَحْرِ سَرَبًا
fa lammā balagā majma'a bainihimā nasiyā ḥụtahumā fattakhaża sabīlahụ fil-baḥri sarabā
Maka ketika mereka sampai ke pertemuan dua laut itu, mereka lupa ikannya, lalu (ikan) itu melompat mengambil jalannya ke laut itu.
63.
فَلَمَّا جَاوَزَا قَالَ لِفَتٰىهُ اٰتِنَا غَدَاۤءَنَاۖ لَقَدْ لَقِيْنَا مِنْ سَفَرِنَا هٰذَا نَصَبًا
fa lammā jāwazā qāla lifatāhu ātinā gadā`anā laqad laqīnā min safarinā hāżā naṣabā
Maka ketika mereka telah melewati (tempat itu), Musa berkata kepada pembantunya, “Bawalah kemari makanan kita; sungguh kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini.”
64.
قَالَ اَرَاَيْتَ اِذْ اَوَيْنَآ اِلَى الصَّخْرَةِ فَاِنِّيْ نَسِيْتُ الْحُوْتَۖ وَمَآ اَنْسٰىنِيْهُ اِلَّا الشَّيْطٰنُ اَنْ اَذْكُرَهٗۚ وَاتَّخَذَ سَبِيْلَهٗ فِى الْبَحْرِ عَجَبًا
qāla a ra`aita iż awainā ilaṣ-ṣakhrati fa innī nasītul-ḥụta wa mā ansānīhu illasy-syaiṭānu an ażkurah, wattakhaża sabīlahụ fil-baḥri 'ajabā
Dia (pembantunya) menjawab, “Tahukah engkau ketika kita mencari tempat berlindung di batu tadi, maka aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak ada yang membuat aku lupa untuk mengingatnya kecuali setan, dan (ikan) itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali.”
Baca juga: Bacaan Al Kahfi Ayat 1-10, Tulisan Arab, Latin, dan Arti, Simak Keutamaan Membacanya di Hari Jumat

2. Sikap sopan kepada pengajar
Sudah selayaknya menjadi seorang murid harus memiliki sopan santun terhadap guru-gurunya.
Pada ayat ke-65, merujuk pada kisa Nabs Khidir As.
Kemudian pada ayat selanjutnya mengisahkan Nabi Musa As yang mengikuti Nabi Khidir As dalam mencari ilmu.
Nabi Musa mengatakan jika dirinya ingin berguru kepadanya.
Berikut ini adalah bacaan Surah Al Kahfi ayat 65 hingga 68
65.
قَالَ ذٰلِكَ مَا كُنَّا نَبْغِۖ فَارْتَدَّا عَلٰٓى اٰثَارِهِمَا قَصَصًاۙ
qāla żālika mā kunnā nabgi fartaddā 'alā āṡārihimā qaṣaṣā
Dia (Musa) berkata, “Itulah (tempat) yang kita cari.” Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula.
66.
فَوَجَدَا عَبْدًا مِّنْ عِبَادِنَآ اٰتَيْنٰهُ رَحْمَةً مِّنْ عِنْدِنَا وَعَلَّمْنٰهُ مِنْ لَّدُنَّا عِلْمًا
fa wajadā 'abdam min 'ibādinā ātaināhu raḥmatam min 'indinā wa 'allamnāhu mil ladunnā 'ilmā
Lalu mereka berdua bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan rahmat kepadanya dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan ilmu kepadanya dari sisi Kami.
67.
قَالَ لَهٗ مُوسٰى هَلْ اَتَّبِعُكَ عَلٰٓى اَنْ تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْدًا
qāla lahụ mụsā hal attabi'uka 'alā an tu'allimani mimmā 'ullimta rusydā
Musa berkata kepadanya, “Bolehkah aku mengikutimu agar engkau mengajarkan kepadaku (ilmu yang benar) yang telah diajarkan kepadamu (untuk menjadi) petunjuk?”
68.
قَالَ اِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيْعَ مَعِيَ صَبْرًا
qāla innaka lan tastaṭī'a ma'iya ṣabrā
Dia menjawab, “Sungguh, engkau tidak akan sanggup sabar bersamaku.
3. Berbaik sangka kebaikan seorang guru
Sebagai seorang murid, alangkah baiknya kita selalu berbaik sangka pada sang guru, bahwa dia lebih pandai daripada kita.
Sehingga akan muncul sikap tawadu' seorang murid kepada gurunya.
Sifat inilah yang akan membuat seseorang terhindar dari sifat sombong.
Nilai pendidikan ini sama halnay seperti gelas kosong.
Jika ditemui seorang murid yang sombong, sama saja seperti gelas kosong yang merasa penuh.
Sehingga gelas tersebut tak bisa diisi lagi tentang pengetahuan lainnya.
Baca juga: Simak Pembagian Membaca Al Kahfi di Hari Jumat Agar Terasa Lebih Ringan
4. Larangan tersinggung oleh perkataan guru
Sebagai murid, sudah sepantasnya mengiti apa yang dikatakan oleh guru.
Murid tak boleh merasa tersinggung dengan perkataan seorang guru ketika merendahkan dengan perkataan.
Pada ayat 68 dan 69 dapat dikatakan jika seorang guru melakukan sesuatu yang menyinggung murid lantaran guru memiliki pengetahuan yang lebih pada murid.
Perlu digaris bawahi jika hal ini berkaitan dengan pengetahuan atau ilmu tersebut.
Kita perlu mengetahui jika logika seorang murid terkadang tidak mengetahui maksud dari sang guru.
Sehingga Nabi Musa diminta untuk bersabar saat menimba ilmu dengan Nabi Khidir.
Berikut adalah bacaan Surah Al Kahfi ayat 68 dan 70.
68.
قَالَ اِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيْعَ مَعِيَ صَبْرًا
qāla innaka lan tastaṭī'a ma'iya ṣabrā
Dia menjawab, “Sungguh, engkau tidak akan sanggup sabar bersamaku.
69.
وَكَيْفَ تَصْبِرُ عَلٰى مَا لَمْ تُحِطْ بِهٖ خُبْرًا
wa kaifa taṣbiru 'alā mā lam tuḥiṭ bihī khubrā
Dan bagaimana engkau akan dapat bersabar atas sesuatu, sedang engkau belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?”
70.
قَالَ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ صَابِرًا وَّلَآ اَعْصِيْ لَكَ اَمْرًا
qāla satajidunī in syā`allāhu ṣābiraw wa lā a'ṣī laka amrā
Dia (Musa) berkata, “Insya Allah akan engkau dapati aku orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam urusan apa pun.”
Nah demikian tadi Tribuners 4 nilai pendidikan yang terkandung dalam surah Al Kahfi ayat 60 hingga 70.
Kami harap Anda bisa menunggu kelanjutan dari artikel ini lagi di lain kesempatan.
(TribunPalu.com/Hakim)