Banggai Hari Ini

Penulis Banggai Hadir di UWRF Ke-18 di Bali

Ketua Yayasan Babasal Mombasa, Ama Achmad, menjadi bagian pada penyelenggaraan Ubud Writers And Readers Festival (UWRF) ke 18 di Ubud, Bali

Penulis: Asnawi Zikri | Editor: Haqir Muhakir
Handover/Dokumentasi Ama Achmad
Gala Openning UWRF ke 18 tahun 2021 di Ubud Bali yang dibuka langsung Mendikbudristek Nadiem Makarim. 

Laporan Wartawan TribunPalu.com, Asnawi Zikri

TRIBUNPALU.COM, BANGGAI - Ketua Yayasan Babasal Mombasa, Ama Achmad, menjadi bagian dari penyelenggaraan Ubud Writers And Readers Festival (UWRF) ke 18 di Ubud, Bali, pekan lalu. 

UWRF adalah perayaan sastra, seni, dan budaya paling dinantikan di Asia Tenggara. 

Setiap tahunnya, UWRF hadir dengan tema berbeda, dengan suara yang terkabar sampai jauh.

Tahun ini, lebih dari 130 penulis, jurnalis, seniman, dan aktivis akan hadir secara online dan on-site di Ubud, Bali, mulai dari 8-17 Oktober 2021.

Dikutip dari website ubudwritersfestival.com, UWRF telah digelar sejak tahun 2003, UWRF menjadi pemantik lahirnya festival sastra lain di Indonesia.

Baca juga: Najwa Shihab Unggah #MingguPuisi Di Kedai Kopi Karya Penulis asal Banggai Sulteng

“Tahun ini UWRF hadir dengan program acara khusus di Perth, Australia, dari 8-10 Oktober 2021,” kata Founder Babasal Mombasa, Ama Achmad, yang  diundang secara langsung di UWRF.

UWRF adalah program yang bekerja sama dengan Writing Western Australia (Writing WA) dengan investasi dari Pemerintah Negara Bagian melalui Department of Local Government, Sport, and Cultural Industries.

“Sebagai penulis, saya berkesempatan menjadi bagian dari UWRF tahun 2021,” tuturnya.

Hampir semua sesi di UWRF 2021 dilaksanakan secara online. 

Program tiap sesi telah direkam jauh hari sebelum pelaksanaan UWRF. 

Termasuk sesi More Than A Woman dan Festival Club Puan Seni. 

“Dalam program More Than a Woman, saya memandu sesi diskusi bersama dua orang penyair kenamaan peraih penghargaan, Oka Rusmini dan Irma Argyanti,” katanya. 

Program ini hadir untuk menjawab anggapan sastra perempuan hanya menceritakan hal-hal pribadi dan domestik, tidak mampu menyentuh ide-ide dasar, dan isu sosial seperti karya sastra milik laki-laki.

“Dalam sesi yang saya pandu ini, Oka Rusmini dan Irma Argyanti menolak anggapan tersebut dan menunjukkan bagaimana suara perempuan dalam sastra mencerminkan isu penting dan kompleks,” kata Ama Achmad.

Baca juga: Siti Badriah Umumkan Hamil Anak Pertama setelah 2 Tahun Menikah: Masih Ngerasa Nggak Percaya

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved