Bacaan dan Tafsir Surah Asy Syams Ayat 8 hingga 15, Lengkap dengan Tulisan Arab, Latin dan Artinya

Berikut ini TribunPalu sampaikan bacaan dan tafsiran Surah Asy Syams ayat 8 hingga 15 yang dilansir dari laman quran.kemenag.go.id.

Sajian Sedap
Berikut ini TribunPalu sampaikan bacaan dan tafsiran Surah Asy Syams ayat 8 hingga 15 yang dilansir dari laman quran.kemenag.go.id. 

Bacaan dan Tafsir Surah Asy Syams Ayat 8 hingga 15, Lengkap dengan Tulisan Arab, Latin dan Artinya

TRIBUNPALU.COM - Asy Syams merupakan salah satu surah yang berada di dalam Al Quran.

Surah ini diturunkan di Makkah, sehingga tergolong dalam surah Makiyah.

Surah Asy Syams turun setelah surah Al Qadr.

Melansir dari laman Tribunnews Surabaya, Surah Asy Syams dianjurkan untuk dibaca saat melaksanakan salat Dhuha di rakaat pertama.

Sedangkan rakaat keduanya ialah membaca Surah Ad Dhuha.

Surah Asy Syams memiliki arti matahari yang terdiri dari 15 ayat.

Secara garis besar, Surah Asy Syams menejlaskan tentang dorongan manusia dalam membersihkan jiwanya.

Hal tersebut bertujuan untuk mendapatkan keberuntungan di dunia dan di akhirat kelak.

Untuk mengetahuinya lebih detail, berikut ini TribunPalu sampaikan bacaan dan tafsiran Surah Asy Syams ayat 8 hingga 15 yang dilansir dari laman quran.kemenag.go.id.

Baca juga: Bacaan dan Tafsir Surah Asy Syams Ayat 1 hingga 7, Lengkap dengan Tulisan Arab, Latin dan Artinya

ILUSTRASI- Baca Alquran
ILUSTRASI- Baca Alquran (handover/esqnews.id)

Bacaan Surah Asy Syams Ayat 8 hingga 15

8. فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوٰىهَا

fa al-hamahaa fujuurohaa wa taqwaahaa

"maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya,"

9. قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكّٰىهَا

qod aflaha mang zakkaahaa

"sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu),"

10. وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسّٰىهَا

wa qod khooba mang dassaahaa

"dan sungguh rugi orang yang mengotorinya."

11. كَذَّبَتْ ثَمُودُ بِطَغْوٰىهَآ

kazzabat samuudu bithoghwaahaaa

"(Kaum) Samud telah mendustakan (Rasul-Nya) karena mereka melampaui batas (zalim),"

12. إِذِ انۢبَعَثَ أَشْقٰىهَا

izimba'asa asyqoohaa

"ketika bangkit orang yang paling celaka di antara mereka,"

13. فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ نَاقَةَ اللَّهِ وَسُقْيٰهَا

fa qoola lahum rosuulullohi naaqotallohi wa suqyaahaa

"lalu Rasul Allah (Salih) berkata kepada mereka, "(Biarkanlah) unta betina dari Allah ini dengan minumannya.""

14. فَكَذَّبُوهُ فَعَقَرُوهَا فَدَمْدَمَ عَلَيْهِمْ رَبُّهُمْ بِذَنۢبِهِمْ فَسَوّٰىهَا

fa kazzabuuhu fa 'aqoruuhaa fa damdama 'alaihim robbuhum bizambihim fa sawwaahaa

"Namun mereka mendustakannya dan menyembelihnya, karena itu Tuhan membinasakan mereka karena dosanya, lalu diratakan-Nya (dengan tanah)."

15. وَلَا يَخَافُ عُقْبٰهَا

wa laa yakhoofu 'uqbaahaa

"Dan Dia tidak takut terhadap akibatnya."

Baca juga: Bacaan dan Tafsir Surah Al Lail Ayat 15 hingga 21, Lengkap dengan Tulisan Arab, Latin& Terjemahannya

Tafsir Surah Asy Syams Ayat 8 hingga 15

Aayt 8

Setelah menyempurnakan ciptaan jwia itu maka Dia mengilhamkan kepadanya jalan kejahatan dan ketakwaannya. Jiwa manusia laksana wadah bagi nilai-nilai yang diembannya. Jiwa bisa menjadi baik atau buruk tergantung nilai mana yang manusia pilih dan aktualisasikan.

Terakhir, Allah bersumpah dengan diri manusia yang telah Ia ciptakan dengan kondisi fisik dan psikis yang sempurna. Setelah menciptakannya secara sempurna, Allah memasukkan ke dalam diri manusia potensi jahat dan baik.

Ayat 9

Sungguh beruntung orang yang membersihkan jiwa itu dan menyucikannya dari segala keko­toran seperti syirik, kufur, takabur, iri, dengki, kikir, tamak, dan sebagainya, lalu menghiasinya dengan sifat-sifat baik seperti iman, ikhlas, sabar, syukur, dan sebagainya.

Dalam ayat-ayat ini, Allah menegaskan pesan yang begitu pentingnya sehingga untuk itu Ia perlu bersumpah. Pesan itu adalah bahwa orang yang membersihkan dirinya, yaitu mengendalikan dirinya sehingga hanya mengerjakan perbuatan-perbuatan baik, akan beruntung, yaitu bahagia di dunia dan terutama di akhirat. Sedangkan orang yang mengotori dirinya, yaitu mengikuti hawa nafsunya sehingga melakukan perbuatan-perbuatan dosa, akan celaka, yaitu tidak bahagia di dunia dan di akhirat masuk neraka.

Ayat 10

Dan sungguh rugi orang yang menutupi kemuliaan jiwa itu, mengotorinya dengan sifat-sifat buruk, dan mematikan potensinya untuk berbuat baik. Dengan melakukan hal itu, manusia tidak malu lagi berperilaku buruk, berbuat dosa, dan merugikan orang lain.

Dalam ayat-ayat ini, Allah menegaskan pesan yang begitu pentingnya sehingga untuk itu Ia perlu bersumpah. Pesan itu adalah bahwa orang yang membersihkan dirinya, yaitu mengendalikan dirinya sehingga hanya mengerjakan perbuatan-perbuatan baik, akan beruntung, yaitu bahagia di dunia dan terutama di akhirat. Sedangkan orang yang mengotori dirinya, yaitu mengikuti hawa nafsunya sehingga melakukan perbuatan-perbuatan dosa, akan celaka, yaitu tidak bahagia di dunia dan di akhirat masuk neraka.

Ayat 11

Kaum Samud, yang dahulu tinggal di sebelah selatan Madinah, adalah contoh manusia yang mengotori jiwa dengan kekafiran dan maksiat. Kaum Šamud telah mendustakan rasulnya, yaitu Nabi Saleh, karena mereka melampaui batas dalam keingkaran terhadap ajakan nabi mereka dan melakukan tindakan yang penuh dosa.

Kaum Samud adalah umat Nabi Saleh. Mereka telah mendustakan dan mengingkari kenabian dan ajaran-ajaran yang dibawa Nabi Saleh dari Allah. Nabi Saleh diberi mukjizat oleh Allah sebagai ujian bagi kaumnya, yaitu seekor unta betina yang dijelmakan dari sebuah batu besar, untuk menandingi keahlian kaum itu yang sangat piawai dalam seni patung dari batu. Bila mereka piawai dalam seni patung sehingga patung itu terlihat bagaikan hidup, maka mukjizat Nabi Saleh adalah menjelmakan seekor unta betina yang benar-benar hidup dari sebuah batu. Akan tetapi, mereka tidak mengakuinya, dan berusaha membunuh unta itu.

Ayat 12

Puncak perilaku buruk mereka tampak ketika bangkit orang yang paling celaka di antara mereka untuk melakukan tindakan yang sangat buruk akibatnya bagi mereka semua, yaitu membantai unta mukjizat Nabi Saleh.

Awal kecelakaan bagi kaum Samud adalah ketika tampil seorang yang paling jahat dari mereka, yaitu Qudar bin Salif. Ia adalah seorang yang sangat berani, perkasa, dan bengis. Ia datang memprovokasi kaumnya untuk membunuh unta betina mukjizat Nabi Saleh.

Baca juga: Bacaan Dzikir setelah Salat Fardhu yang Mudah Dihafalkan, Dilengkapi Tulisan Latin, Arab & Artinya

Ayat 13

Melihat gelagat buruk itu lalu Rasul Allah, Nabi Saleh, berkata kepada mereka, “Biarkanlah unta betina dari Allah ini dengan minumannya.” Janganlah kamu mengusik apalagi membunuh­nya. Jangan pula kamu larang unta itu mengambil jatah air minumnya sesuai kesepakatan kita satu hari untuk unta dan hari berikutnya untuk kaum Šamud.

Nabi Saleh memperingatkan kaumnya agar tidak mengganggu unta itu. Ia memperingatkan bahwa unta itu adalah mukjizat dari Allah, dan haknya untuk memperoleh minum berselang hari dengan mereka, harus dihormati. Ia memperingatkan pula bahwa bila mereka mengganggunya, mereka akan mendapat bahaya.

Ayat 14

Kaum Samud tidak rela dengan pembagian jatah air itu. Nabi Saleh telah menasihati mereka, namun mereka mengabaikan serta mendustakannya, dan dengan beringas pria paling celaka itu menyembelih­ unta tersebut dan membantainya atas perintah kaum Samud. Karena itu Tuhan membinasakan mereka karena dosanya, lalu diratakan-Nya mereka dengan tanah. Hanya Nabi Saleh dan orang beriman yang selamat dari azab itu. Kejadian ini memberi pesan kepada generasi setelahnya bahwa aturan agama Allah harus diindahkan. Mereka yang menentang dan melakukan dosa akan mendapatkan sanksi yang keras dari Allah di dunia sebelum sanksi yang lebih keras lagi di akhirat.

Akan tetapi, kaumnya memandang Nabi Saleh bohong, begitu juga unta itu sebagai mukjizat, dan menganggap sepi peringatan Nabi Saleh tersebut. Unta itu mereka tangkap beramai-ramai, lalu Qudar bin Salif membunuhnya dengan cara memotong-motongnya. Akhirnya Allah meratakan negeri mereka dengan tanah, dengan mengirim petir yang menggelegar yang diiringi gempa yang dahsyat, sebagai balasan pembangkangan dan dosa-dosa mereka.

Ayat 15

Allah membinasakan mereka dan Dia tidak takut terhadap akibatnya. Allah tidak diminta pertanggungjawaban atas tindakan-Nya oleh siapa pun. Tindakan Allah, apa pun bentuknya, adalah keadilan sejati. Makhluk harus menaati aturan-Nya dan mempertanggungjawabkan amal perbuatannya di hadapan Allah di akhirat nanti.

Allah tidak peduli bencana yang Ia timpakan kepada mereka dengan korban yang begitu besar. Hal itu karena pembangkangan mereka yang sudah sangat keterlaluan, yaitu membunuh unta betina (mukjizat) yang diturunkan-Nya kepada nabi-Nya.

(TribunPalu/Hakim)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved