Bacaan dan Tafsir Surah Al Muthaffifin Ayat 1 hingga 6, Lengkap dengan Tulisan Arab, Latin & Artinya
Berikut ini TribunPalu sampaikan bacaan dan tafsir Surah Al Muthaffifin ayat 1 hingga 6 lengkap dengan artinya.
Bacaan dan Tafsir Surah Al Muthaffifin Ayat 1 hingga 6, Lengkap dengan Tulisan Arab, Latin dan Artinya
TRIBUNPALU.COM - Al Muthaffifin merupakan salah satu surah yang berada di dalam kitab suci Al Quran.
Surah ini terdiri dari 36 ayat yang berada di urutan surah ke-83 dalam Al Quran.
Al Muthaffifin diambil dari ayat pertamanya yang berarti orang-orang curang.
Melansir dari tayangan YouTube Fahmi Team, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang kerap disapa Gus Baha menjelaskan tentang asbabun nuzul turunnya surah tersebut.
Ia menjelaskan bahwa orang Madinah memiliki kebiasaan buruk dalam hal perdagangan.
Masyarakat di sana pada zaman itu terkenal dengan kecurangannya dalam melaksanakan jual beli.
Sehingga Rasulullah SAW merasa kaget saat menghadapi masyarakat Madinah dalam berdagang.
Pada surah ini Allah SWT mengingatkan kepada para manusia untuk tidak melakukan kecurangan di tempat jual beli.
Pada hari itu, manusia akan menerima Sijjin dan 'Illiyyin, yaitu catatan amal masing-masing.
Orang-orang yang curang dan tidak mempercayai Al-Quran akan mendapat balasan neraka.
Sedangkan, orang yang beriman akan diberikan tempat yang indah di surga berupa dipan yang nyaman dan dicukupkan semua nikmat.
Untuk mengetahuinya lebih detail, berikut ini TribunPalu sampaikan bacaan Surah Al Muthaffifin ayat 1 hingga 6 yang dilansir dari laman Quran Kemenag RI.
Baca juga: Bacaan Niat Mengqadha Puasa Ramadhan, Segera Bayar Utang Puasa Sebelum Bulan Ramadhan Tiba
Bacaan Surah Al Muthaffifin Ayat 1 hingga 6
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Bismillahirrahmannirrahiim.
Artinya: Dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang
وَيْلٌ لِّلْمُطَفِّفِيْنَۙ - ١
1. Wailul lil-muṭaffifīn
Artinya: Celakalah bagi orang-orang yang curang (dalam menakar dan menimbang)!
الَّذِيْنَ اِذَا اكْتَالُوْا عَلَى النَّاسِ يَسْتَوْفُوْنَۖ - ٢
2. Allażīna iżaktālụ 'alan-nāsi yastaufụn
Artinya: (Yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dicukupkan,
وَاِذَا كَالُوْهُمْ اَوْ وَّزَنُوْهُمْ يُخْسِرُوْنَۗ - ٣
3. Wa iżā kālụhum aw wazanụhum yukhsirụn
Artinya: dan apabila mereka menakar atau menimbang (untuk orang lain), mereka mengurangi.
اَلَا يَظُنُّ اُولٰۤىِٕكَ اَنَّهُمْ مَّبْعُوْثُوْنَۙ - ٤
4. Alā yaẓunnu ulā`ika annahum mab'ụṡụn
Artinya: Tidakkah mereka itu mengira, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan,
لِيَوْمٍ عَظِيْمٍۙ - ٥
5. Liyaumin 'aẓīm
Artinya: pada suatu hari yang besar,
يَّوْمَ يَقُوْمُ النَّاسُ لِرَبِّ الْعٰلَمِيْنَۗ - ٦
6. Yauma yaqụmun-nāsu lirabbil-'ālamīn
Artinya: (yaitu) pada hari (ketika) semua orang bangkit menghadap Tuhan seluruh alam.
Baca juga: Bolehkan Puasa Rajab Digabungkan dengan Puasa Qadha Ramadhan? Bagaimana Bacaan Niatnya?

Tafsir Surah Al Muthaffifin Ayat 1 hingga 6
Ayat 1
Pada permulaan surah ini Allah memberi peringatan keras kepada mereka yang berbuat curang dalam timbangan dan takaran. Celakalah bagi orang-orang yang berbuat curang dalam menimbang dan menakar sehingga merugikan banyak orang!
Azab dan kehinaan yang besar pada hari Kiamat disediakan bagi orang-orang yang curang dalam menakar dan menimbang. Allah telah menyampaikan ancaman yang pedas kepada orang-orang yang curang dalam menakar dan menimbang yang terjadi di tempat-tempat jual beli di Mekah dan Medinah pada waktu itu. Diriwayatkan bahwa di Medinah ada seorang laki-laki bernama Abu Juhainah. Ia mempunyai dua macam takaran yang besar dan yang kecil. Bila ia membeli gandum atau kurma dari para petani, ia mempergunakan takaran yang besar, akan tetapi jika ia menjual kepada orang lain ia mempergunakan takaran yang kecil. Perbuatan seperti itu menunjukkan adanya sifat tamak, ingin mencari keuntungan bagi dirinya sendiri walaupun dengan jalan merugikan orang lain. Terhadap orang seperti itu, Nabi Muhammad telah memberi ancaman yang pedas sekali seperti tersebut dalam hadis ini: Ada lima perkara yang dibalas dengan lima perkara: Tidak pernah suatu kaum yang melanggar janji, melainkan Allah akan membiarkan kaum itu dikuasai musuhnya. Tidak pernah mereka yang memutuskan suatu perkara dengan hukuman yang tidak diturunkan oleh Allah, melainkan akan tersebar luaslah kefakiran di kalangan mereka. Perzinaan tidak pernah meluas di kalangan mereka secara luas, melainkan akan tersebar luaslah bahaya kematian. Tidak pernah mereka yang berbuat curang dalam menakar dan menimbang, melainkan mereka akan kehilangan kesuburan tumbuh-tumbuhan dan ditimpa musim kemarau. Dan tidak pernah mereka yang menahan zakat, melainkan akan diazab dengan tertahannya hujan (kemarau yang panjang). (Riwayat ath-thabrani dari Ibnu 'Abbas)
Ayat 2
Mereka yang berbuat curang itu adalah orang-orang yang apabila menerima takaran atau timbangan dari orang lain, mereka minta takaran itu dicukupkan dan dipenuhi sehingga tidak berkurang sedikit pun,
Dalam dua ayat ini, Allah menjelaskan perilaku orang yang akan menjadi penghuni neraka. Mereka adalah orang-orang yang ingin dipenuhi takaran atau timbangannya ketika membeli karena tidak mau rugi. Sebaliknya, apabila menjual kepada orang lain, mereka akan mengurangi takaran atau timbangannya. Orang-orang yang mengurangi takaran dan timbangan mendapat dosa yang besar karena dengan perbuatan itu, dia dianggap telah memakan harta orang lain tanpa kerelaan pemiliknya. Allah melarang perbuatan yang demikian itu. Allah berfirman: Dan janganlah kamu makan harta di antara kamu dengan jalan yang batil. (al-Baqarah/2: 188) Yang dimaksud dengan takaran di sini mencakup segala ukuran dan timbangan yang biasa dipakai dalam jual beli dan terkait dengan pengurangan hak orang lain. Banyak sekali kita jumpai dalam kehidupan sekarang ini pengurangan-pengurangan yang merugikan orang lain, seperti menjual tabung gas yang isinya tidak sesuai dengan standar, mengurangi literan bensin yang dijual, penjual kain yang mengurangi ukuran kain yang dijualnya. Termasuk dalam pengurangan takaran yang sangat merugikan dan berbahaya adalah korupsi. Pelaku korupsi mengurangi dana sebuah proyek dari perencanaan semula demi memperoleh keuntungan untuk diri sendiri, atau mengurangi kualitas bahan yang diperlukan dalam proyek tersebut dan menggantinya dengan bahan yang berkualitas lebih rendah. Ayat ini mengingatkan manusia untuk menjauhi praktek-praktek yang merugikan orang lain dan ancaman hukumannya sangat besar di dunia dan akhirat. Ayat senada yang menyuruh manusia untuk memenuhi dan menyempurnakan timbangan adalah firman Allah: Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan timbangan yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (al-Isra'/17: 35)
Ayat 3
dan apabila mereka menakar sesuatu dengan alat takar, seperti beras, gandum, atau lainnya, atau menimbang suatu barang seperti emas, perak, atau lainnya untuk orang lain, mereka mengurangi takaran atau timbangannya secara sengaja dengan cara licik agar tidak diketahui oleh pembeli. Hal ini sangat merugikan orang lain, dan harta yang diperoleh dari upaya ini hukumnya haram, tidak berkah, dan mengantar pelakunya ke neraka.
Baca juga: Bacaan Niat Puasa Rajab 2022, Lengkap dengan Ketentuan, dan Sederet Keutamaannya
Ayat 4
Allah mengecam mereka, “Mengapa mereka berbuat curang? Tidaklah mereka itu mengira bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan,
Ayat ini mencela orang-orang yang mengurangi takaran dan timbangan dengan pertanyaan apakah mereka itu menyangka hari kebangkitan itu tidak akan pernah ada. Sebab, jika mereka menyangka saja, belum meyakini adanya hari kebangkitan, tentu mereka tidak tergugah untuk menghindari kecurangan. Memang mereka itu tidak mengharapkan adanya hari penghitungan, sebagaimana firman Allah: Sesungguhnya dahulu mereka tidak pernah mengharapkan perhitungan. (an-Naba'/78: 27)
Ayat 5
pada suatu hari yang besar, yaitu hari kebangkitan yang penuh kejadian mengerikan dan menegangkan?”
Mereka akan dibangkitkan untuk dihisab pada hari pembalasan. Allah menerangkan bahwa ketika itu semua umat manusia berdiri menghadap Allah Rabbul 'Alamin untuk dihisab dan diperiksa segala amal perbuatannya selama hidup di dunia. Semuanya dihisab dengan penuh keadilan karena Allah Mahaadil. Timbangan itu adalah lambang keadilan yang senantiasa harus ditegakkan dan dipertahankan.
Ayat 6
Yaitu pada hari ketika semua orang bangkit dari kubur mereka untuk menghadap Tuhan seluruh alam. Tuhan akan menghisab perilaku mereka. Pada saat itu tidak ada kekuasaan selain kuasa Allah.
Mereka akan dibangkitkan untuk dihisab pada hari pembalasan. Allah menerangkan bahwa ketika itu semua umat manusia berdiri menghadap Allah Rabbul 'Alamin untuk dihisab dan diperiksa segala amal perbuatannya selama hidup di dunia. Semuanya dihisab dengan penuh keadilan karena Allah Mahaadil. Timbangan itu adalah lambang keadilan yang senantiasa harus ditegakkan dan dipertahankan.
(TribunPalu/Hakim)