DPR Nilai Mendag Lutfi Jadi Biang Kerok, Desak Sistem Distribusi Minyak Goreng Diperbaiki

Anggota DPR RI desak Mendag Lutfi agar memperbaiki sistem distribusi minyak goreng. Menurutnya, hal tersebut jadi biang kerok kelangkaan.

Tribun Jabar/Teuku M Guci Syaifudin
Seorang pedagang, menunjukkan minyak goreng curah yang dijajakan di kiosnya di Pasar Cihaurgeulis, Bandung 

TRIBUNPALU.COM - Wakil Ketua Komisi VI DPR RI, Gde Sumarjaya Linggih mendesak Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi agar memperbaiki sistem distribusi minyak goreng.

Sumarjaya menilai tersendatnya jalur distribusi menjadi biang kerok kelangkaan minyak goreng di beberapa daerah di Indonesia.

Dirinya juga mengungkapkan kelangkaan dan lonjakan minyak goreng terjadi dengna tidak merata karena menurut temuannya daerah lain juga ada yang tidak mengalami hal tersebut.

“Di Bali, saya masih menemukan harga minyak goreng curah sekitar Rp 17.000 dan harga minyak dalam bentuk kemasan Rp 20.000. Persoalan distribusi ini masalahnya sederhana, tidak terleps dari sistem pasokan dan permintaan supply and demand,” ujar sosok yang akrab disapa Demer itu pada Rabu (16/3/2022) dikutip dari dpr.go.id.

Baca juga: Pemerintah Cabut Aturan HET, Ini Harga Terbaru Minyak Goreng: Mulai dari Filma, Sunco hingga Bimoli

Baca juga: Jelang Ramadan, Disperindag Palu Bakal Datangkan Minyak Curah 10 Ton

Selain itu menurutnya, pemerintah hanya tinggal membagi-bagi tugas dan para penanggung jawab karena Kemendag memiliki data lengkap terkait produsen Crude Palm Oil (CPO) dan produsen minyak goreng.

“Produsen minyak goreng besar berikan tugas DMO (Domestic Market Obligation) untuk wilayah yang penduduknya besar, begitu juga dengan yang lainnya.”

“Karena kebutuhan satu daerah akan minyak goreng berbeda-beda dengan daerah lain, tergantung kepadatan penduduknya,” jelas Demer.

Tidak hanya distribusi, dirinya juga menyoroti terkait pengawasan dalam distribus.

Ia menambahkan, pemerintah seharusnya mengawasi pendistribusian DMO sehingga tidak terjadi pelanggaran atas aturan yang sudah dibuat Kemendag.

“Pengawasan harus dilakukan agar DMO berjalan dengan benar, pasokan cukup dan harga minyak goreng stabil dengan ketersediaan yang memadai,” ujarnya.

Demer juga mengakui kondisi harga CPO yang tinggi diakibatkan dari perang Rusia dan Ukraina yang membuat pengaruh besar terhadap kondisi minyak goreng di dalam negeri.

Harga Minyak Goreng di Beberapa Daerah

Pedagang minyak goreng curah di Pasar Slipi, Jakarta Barat, Senin (29/11/2021).
Pedagang minyak goreng curah di Pasar Slipi, Jakarta Barat, Senin (29/11/2021). (Tribun Jakarta/Satrio)

Pemerintah telah mencabut Harga Eceran Tertinggi (HET) minyak goreng sejak Rabu (16/3/2022) kemarin.

Pencabutan ini membuat harga minyak goreng kemasan tidak dijual dengan harga Rp 14.000 kembali.

Selain itu, harga minyak goreng pun dikembalikan ke mekanisme pasar.

Pasca pencabutan HET, harga minyak goreng mengalami kenaikan di beberapa daerah.

Contohnya adalah di Pasar Rawa Jabon, Meruya Utara, Jakarta Barat.

Dikutip dari Kompas.com, Kapolres Metro Jakarta Barat, Kombes Ady Wibowo menyatakan adanya kenaikan minyak goreng per hari ini, Kamis (17/3/2022).

Katanya, harga minyak goreng di Pasar Rawa Jabon menjadi Rp 21.000 atau lebih untuk per liternya.

“Tadi per liternya ada yang Rp 22.000, ada yang Rp 21.000, ya di atas harga Rp 20.000.”

“Artinya ada peningkatan harga yang semula Rp 14.000 sampai Rp 15.000. Sekarang ada peningkatan. Dan itu baru terjadi hari ini,” jelasnya.

Kenaikan harga juga di Pasar Baru Lumajang, Jawa Timur.

Baca juga: Harga Minyak Goreng Mahal Lagi! Emak-emak Kaget Lihat Stok Mendadak Banyak: Kacau-kacau

Hal ini diakui oleh seorang warga Kelurahan Tompokersan, Lumajang, Riani.

Dirinya mengaku sempat mencari minyak goreng di sejumlah toko ritel tetapi kehabisan stok.

Lantas ia pun menuju ke Pasar Baru Lumajang.

Riani mengaku menemukan minyak goreng dijual dengan harga yang mahal.

“Tadi saya lihat di lainnya di toko-toko enggak di pasar aja. Seliter rata-rata Rp 24.000-Rp 25.000,” ujarnya dikutip dari Kompas.com.

Kenaikan harga minyak goreng juga berdampak terhadap laba dari pedagang.

Salah satu pedagang di Pasar Baru Lumajang, Nur Ghofar mengaku, hanya mendapatkan laba Rp 1.000 per liter minyak goreng.

Baca juga: Subsidi Dicabut, Warga Heran Minyak Goreng Tiba-tiba Melimpah

Menurutnya, hal itu disebabkan harga minyak goreng dari distributor yang juga mengalami kenaikan.

“Harga kulak (jual) sudah Rp 24.000. Aku sempat komplain ke salesnya enggak bisa jual kalau harganya terlalu tinggi. Katanya malah enggak masalah kalau enggak jadi kulak,” jelas Ghofar.

Naiknya harga minyak goreng juga terjadi di minimarket di daerah Solo Raya.

Adapun harga yang diterima Tribunnews dari sebuah minimarket berdasarkan merek di Solo Raya adalah sebagai berikut:

- Barco 1 liter: Rp 36.000

- Tropical botol 2 liter: Rp 49.200

- Tropical botol 1 liter: Rp 24.900

- Fortune eko 1 liter: Rp 13.500

- Family eko 1 liter: Rp 13.500

- Minyakita eko 1 liter: Rp 13.500

- Harumas eko 2 liter: Rp 28.000

- Sabrina eko 1 liter: Rp 14.000

- Sabrina eko 2 liter: Rp 28.000

- Delima eko 1 liter: Rp 11.000

- Camar eko 2 liter: Rp 28.000

- Bimoli 1 liter: Rp 21.500

- Bimoli 2 liter Rp 41.900

- Bimoli Spesial 2 liter: Rp 43.300

- Filma 2 liter: Rp 44.700

- Sunco 2 liter: Rp 49.500

- Fortune 2 liter: Rp 49.500

- Sania 2 liter: Rp 49.600

- Tropical 2 liter: Rp 49.200

- Sovia 2 liter: 49.300

(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)(Kompas.com/Miftahul Huda/Mita Amalia Hapsari)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Dinilai Jadi Biang Kerok, DPR Desak Mendag Lutfi Perbaiki Sistem Distribusi Minyak Goreng

Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved