Bacaan dan Tafsir Surah Al Qiyamah Ayat 21 hingga 25, Lengkap dengan Tulisan Arab, Latin dan Artinya
Berikut ini TribunPalu sampaikan bacaan dan tafsir Surah Al Qiyamah lengkap dengan artinya.
Bacaan dan Tafsir Surah Al Qiyamah Ayat 21 hingga 25, Lengkap dengan Tulisan Arab, Latin dan Artinya
TRIBUNPALU.COM - Al Qiyamah merupakan salah satu surah yang berada di dalam kitab suci Al Quran.
Surah ini terdiri dari 40 ayat yang tergolong dalam Surah Makkiyah karena turun di Kota Mekkah.
Al Qiyamah menjadi surah yang ke-75, turun setelah Surah Al Qari'ah.
Kata Al-Qiyamah diambil dari perkataan Al-Qiyamah yang terdapat pada ayat pertama surat ini.
Arti dari Al Qiyamah ialah hari kiamat.
Mengutip penjelasan Ustaz Dr Firanda Andirja di kanal YouTube Firanda Andirja, Al Qiyamah adalah salah satu nama dari hari kiamat.
Dikatakannya jika hari kiamat memiliki banyak nama, salah satunya Al Qiyamah.
Selain Al Qiyamah, beberapa nama lain dari hari kiamat ialah As Shahah, Al Qari'ah, Ath Thamah, As Sa'ah yang setiap julukannya memiliki makna.
"Semuanya memiliki makna masing-masing, contohnya As Sa'ah artinya waktu di mana hari kiamat akan datang tiba-tiba.
Lalu As Shahah yaitu hari yang berkaitan dengan suara yang kencang dan mengekikkan atau sangkakala.
Ath Thamah yang meliputi malapetaka yang mana tidak ada seseorangpun yang bisa menghindari malapetaka tersebut," jelas Ustaz Firanda saat mengisi kajian tafsir juz 29 di Masjid Aisyah Gunung Pati Semarang.
Dari sekian banyak julukan hari kiamat, salah satunya juga Al Qiyamah yang diambil dari kata 'qama yaqumu qiyaman' yang artinya berdiri.
Baca juga: Bacaan dan Tafsir Surah Al Qiyamah Ayat 16 hingga 20, Lengkap dengan Tulisan Arab, Latin & Artinya
Manusia akan berdiri menantikan kedatangan Allah SWT, karena manusia akan dikumpulkan di Padang Masyar.
"Manusia akan keluar dari kuburan seperti belalang yang bertebaran nggak karuan bingung mau kemana.
Kemudian kita dikumpulkan di padang masyar dengan berdiri, ulama mengatakan tidak ada yang duduk semuanya berdiri," sambungnya.
Lebih lanjut Ustaz Firanda mengatakan waktu berdiri di hari kiamat sangat lama, yakni satu hari seperti lima puluh ribu tahun.
Maka dari itu disebut sebagai hari kiamat, yakni hari di mana manusia akan berdiri menanti kedatangan Allah SWT.
Dari sumber yang lain, Ustaz Dr Amir Faishol Fath juga menjelaskan tafsir tentang Surah Al Qiyamah.
Melalui tayangan YouTube Fath Institute, ia menjelaskan jika Allah SWT membuka surah ini dengan sumpah.
Surah ini menjelaskan bahwa Allah SWT akan membangunkan seluruh manusia di hari kiamat.
"Orang-orang kafir nggak pernah mikir kalau akan ada alam akhirat (setelah hidup di dunia).
Tapi kalau orang ebriman yakin bahwa dunia ini bukan akhir dari segalanya," ujarnya saat menjelaskan.
Umat Muslim lebih takut bebruat dosa karena sekecil apapun dosa akan tetap dihisab oleh Allah setekah kiamat nanti.
Allah SWT bersumpah jika Allah akan bersumpah dengan adanya hari kiamat.
Untuk mengetahuinya lebih detail, Anda dapat menyimak bacaan dan tafsir Surah Al Qiyamah berikut ini.
TribunPalu telah melansirnya dari laman resmi Quran Kemenag milik Kementerian Agama Republik Indonesia.
Baca juga: Bacaan dan Tafsir Surah Al Qiyamah Ayat 11 hingga 15, Lengkap dengan Tulisan Arab, Latin & Artinya
Bacaan Surah Al Qiyamah Ayat 21 hingga 25
وَتَذَرُوْنَ الْاٰخِرَةَۗ - ٢١
21. wa tażarụnal-ākhirah
Artinya: dan mengabaikan (kehidupan) akhirat.
وُجُوْهٌ يَّوْمَىِٕذٍ نَّاضِرَةٌۙ - ٢٢
22. wujụhuy yauma`iżin nāḍirah
Artinya: Wajah-wajah (orang mukmin) pada hari itu berseri-seri,
اِلٰى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ ۚ - ٢٣
23. ilā rabbihā nāẓirah
Artinya: memandang Tuhannya.
وَوُجُوْهٌ يَّوْمَىِٕذٍۢ بَاسِرَةٌۙ - ٢٤
24. wa wujụhuy yauma`iżim bāsirah
Artinya: Dan wajah-wajah (orang kafir) pada hari itu muram,
تَظُنُّ اَنْ يُّفْعَلَ بِهَا فَاقِرَةٌ ۗ - ٢٥
25. taẓunnu ay yuf'ala bihā fāqirah
Artinya: mereka yakin bahwa akan ditimpakan kepadanya malapetaka yang sangat dahsyat.
Baca juga: Bacaan dan Tafsir Surah Al Qiyamah Ayat 6 hingga 10, Lengkap dengan Tulisan Arab, Latin dan Artinya
Tafsir Surah Al Qiyamah Ayat 21 hingga 25
Ayat 21
Ayat ini kembali menceritakan tentang orang-orang yang mengabaikan petunjuk Al-Qur’an.
Tidak! Bahkan kamu terlalu mencintai kehidupan dunia yang fana ini, dan mengabaikan kehidupan akhirat yang sempurna dan abadi.
Terpengaruh dengan kehidupan duniawi biasanya dibarengi dengan sikap mendustai wahyu, serta melupakan kehidupan hari akhirat dan bahkan tidak percaya dengan kedatangannya.
Ayat 22
Setelah mengecam orang yang durhaka, ayat ini menjelaskan tentang keadaan manusia di akhirat sesuai dengan amalnya ketika di dunia.
Wajah-wajah orang mukmin pada hari itu di akhirat berseri-seri karena rasa bahagia yang ada padanya ketika memandang Tuhannya.
Ayat ini menerangkan sebagian hal ihwal manusia pada hari kebangkitan saat wajah-wajah orang beriman pada waktu itu berseri-seri.
Golongan yang gembira dan berwajah ceria inilah calon penghuni surga.
Merekalah yang berwajah cerah yang mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya.
Di mana pun mereka dapat melihat-Nya. Artinya mereka langsung memandang kepada Allah tanpa dinding pembatas (hijab).
Demikian kesimpulan pendapat ulama ahli sunnah berdasarkan hadis-hadis sahih yang menerangkan lebih lanjut tentang makna melihat Tuhan yang disebutkan dalam ayat ini.
Dikatakan bahwa orang yang beriman yang beruntung melihat Allah dengan mata kepalanya sendiri pada hari akhirat sebagaimana mereka melihat bulan purnama yang bersinar terang benderang yang tidak ada awan di bawahnya.
Hadis al-Bukhari yang menyebutkan hal itu berbunyi: Sesungguhnya kamu akan melihat Tuhanmu dengan mata kepalamu sendiri (terang-terang) sebagaimana kamu melihat bulan (purnama), kamu tidak berdesak-desakan dalam melihat-Nya.
Jika kamu mampu tidak meninggalkan salat sebelum terbit matahari dan terbenam matahari maka lakukanlah. (Riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Jarir bin 'Abdillah)
Sekalipun ada keterangan yang jelas dari ayat 22 ini yang diperkuat dengan beberapa hadis di atas yang menegaskan bahwa manusia mukmin nanti melihat sendiri wajah Allah itu, namun sebagian dari ulama salaf mencoba mentakwilkan (memalingkan) pengertian ayat dan hadis-hadis tersebut.
Mujahid (seorang tabiin yang terkenal) berpendapat bahwa arti melihat Allah di dalam surga adalah "melihat pahala yang ada di sisi Allah".
Namun hal demikian dianggap tidak berdasarkan alasan yang kuat, sebab kata-kata "nadhara" (melihat) dalam bahasa Arab betul-betul berarti melihat dengan mata kepala sendiri bukan melihat dengan mata hati dan sebagainya.
Permasalahan tentang "apakah manusia nanti melihat Allah pada hari Kiamat atau tidak?" menjadi persoalan yang diperselisihkan (khilafiah) sejak dari dahulu.
Ulama ahli sunnah tetap berpendirian bahwa orang mukmin pasti melihat Allah berdasarkan ayat di atas, ditambah keterangan dari berbagai hadis sahih.

Baca juga: Bacaan dan Tafsir Surah Al Qiyamah Ayat 1 hingga 5, Lengkap dengan Tulisan Arab, Latin dan Artinya
Ayat 23
Setelah mengecam orang yang durhaka, ayat ini menjelaskan tentang keadaan manusia di akhirat sesuai dengan amalnya ketika di dunia.
Wajah-wajah orang mukmin pada hari itu di akhirat berseri-seri karena rasa bahagia yang ada padanya ketika memandang Tuhannya
Sebaliknya ulama-ulama Mu'tazilah menegaskan tidak mungkin sama sekali manusia melihat wajah dan zat Allah berdasarkan bunyi ayat ke 103 Surah al-An'am: Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala penglihatan itu. Ayat ini, menurut Mu'tazilah, terbatas pengertiannya pada melihat nikmat, keridaan, dan pahala yang disediakan Allah.
Persoalan akhirat adalah persoalan gaib, tidak dapat kita ukur dalam perbandingan dengan apa yang ada sekarang.
Jalan yang ringkas dan selamat serta tidak terlibat dalam pertikaian yang berlarut-larut itu adalah "mengimani sepenuhnya apa yang diberikan ayat tanpa membahasnya lagi.
Bagaimana pengertian yang sesungguhnya, kita serahkan kepada Allah saja. Masih banyak lapangan ijtihad (pemikiran) yang lain bila seseorang ingin mendalami maksud ayat-ayat suci Al-Qur'an." Berikut ini kita kutip beberapa hadis tentang melihat Allah di akhirat:
Orang-orang bertanya kepada Rasulullah saw, "Wahai Rasulullah apakah kami dapat melihat Tuhan kami di hari Kiamat kelak?" Beliau menjawab, "Apakah sulit bagi kalian melihat matahari dan bulan yang tidak dihalangi oleh awan?" Mereka menjawab, "Tidak."
Beliau bersabda lagi, "Demikian pula kamu melihat Tuhanmu." (Riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah) Diriwayatkan dari suhaib dari Nabi saw bahwa beliau bersabda, "Bila penduduk surga telah masuk ke dalam surga, Allah berfirman, 'Apakah engkau ingin lagi sesuatu yang hendak Aku tambahkan?
Mereka menjawab, 'Bukankah Engkau sudah cerahkan wajah kami, bukankah telah Engkau masukkan kami ke dalam surga.
Dan telah Engkau lepaskan kami dari api neraka? Allah menjawab dan kemudian hijab pun tersingkap, maka tiadalah sesuatu pemberian yang lebih mereka senangi selain daripada melihat Tuhan mereka."
Kemudian beliau membaca ayat ini (Yunus/10: 26): lilladhina ahsanu al-husna wa ziyadah (Riwayat Muslim)
Ayat 24
Dan ada juga wajah-wajah orang kafir pada hari itu muram karena mereka lengah terhadap akhirat.
Mereka merasa yakin bahwa akan ditimpakan kepadanya malapetaka yang sangat dahsyat. Dimana mereka tidak dapat mengelak sama sekali.
Ayat berikut ini menjelaskan bahwa wajah orang-orang kafir pada hari itu muram.
Mereka bermuram durja, berwajah masam melambangkan kesedihan dan ketakutan yang luar biasa.
Mereka yakin akan ditimpa malapetaka yang dahsyat, sebagaimana firman Allah: Pada hari itu ada wajah yang putih berseri, dan ada pula wajah yang hitam muram.
Adapun orang-orang yang berwajah hitam muram (kepada mereka dikatakan), "Mengapa kamu kafir setelah beriman? Karena itu rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu." (Ali 'Imran/3: 106)
Ayat 25
Dan ada juga wajah-wajah orang kafir pada hari itu muram karena mereka lengah terhadap akhirat.
Mereka merasa yakin bahwa akan ditimpakan kepadanya malapetaka yang sangat dahsyat. Dimana mereka tidak dapat mengelak sama sekali.
Adapun wajah orang-orang mukmin ketika itu menjadi putih berseri mukanya.
Mereka berada dalam rahmat Allah (surga) dan kekal di dalamnya, sebagaimana firman-Nya: Pada hari itu ada wajah-wajah yang berseri-seri, tertawa dan gembira ria, dan pada hari itu ada (pula) wajah-wajah yang tertutup debu (suram), tertutup oleh kegelapan (ditimpa kehinaan dan kesusahan).
Mereka itulah orang-orang kafir yang durhaka. ('Abasa/80: 38-42)
(TribunPalu/Kim)