Padahal Dulu Ngotot Beri Sanksi Ekonomi, Kini AS Akui Eropa Tak Bisa Lepas dari Energi Rusia
Amerika Serikat mengungkapkan hal yang mengejutkan. Eropa menghadapi kesulitan untuk mengurangi ketergantungan pada gas dan minyak dari Rusia.
TRIBUNPALU.COM - Amerika Serikat mengungkapkan hal yang mengejutkan.
Diberitakan Ria Novosti, penasihat keamanan energi Departemen Luar Negeri AS Amos Hochstein mengatakan Eropa menghadapi kesulitan untuk mengurangi ketergantungan pada gas dan minyak dari Rusia.
"Itu tidak akan mudah, Eropa sangat dan untuk waktu yang lama bergantung pada energi Rusia. Ini akan membutuhkan waktu untuk mengubah arah, dan Eropa akan menghadapi keputusan sulit untuk mengurangi ketergantungan ini," katanya.
Menurut politisi tersebut, cara paling efektif untuk mengurangi permintaan energi Rusia adalah dengan mengurangi ketergantungan Eropa pada semua jenis sumber daya fosil yang dipasok dari Rusia.
"Presiden Joe Biden telah menjelaskan bahwa kita perlu berhasil mencapai tujuan ini secara paralel, menjauh dari fosil Rusia," tambahnya.
Hochstein juga mengakui bahwa pendapatan Rusia dari penjualan hidrokarbon meningkat dibandingkan periode sebelum dimulainya operasi khusus di Ukraina akibat kenaikan harga minyak dan gas dunia.
Setelah dimulainya operasi militer khusus untuk denazifikasi dan demiliterisasi Ukraina, Barat meningkatkan tekanan sanksi terhadap Moskow.
Langkah-langkah pembatasan terutama mempengaruhi sektor perbankan dan produk-produk teknologi tinggi. Banyak merek telah mengumumkan penarikan mereka dari Rusia.
Moskow menyebut langkah-langkah seperti itu sebagai perang ekonomi, dan menyatakan siap untuk skenario seperti itu.
Bank Sentral mengambil langkah-langkah untuk menstabilkan situasi di pasar valuta asing, berkat rubel yang telah menguat secara signifikan terhadap dolar dan euro, menembus level tertinggi lima tahun.
Rusia juga mentransfer pembayaran untuk pasokan gas ke negara-negara yang tidak bersahabat ke dalam rubel.
Langkah lain untuk memerangi dampak sanksi Barat adalah rencana yang disiapkan oleh pemerintah, yang mencakup sekitar seratus inisiatif. Jumlah pendanaannya akan menjadi sekitar satu triliun rubel.
Pada saat yang sama, di Barat, pembatasan memicu rekor kenaikan harga bahan bakar dan makanan.
Presiden Vladimir Putin telah menekankan bahwa kebijakan menahan dan melemahkan Rusia adalah strategi jangka panjang bagi Barat, dan sanksi telah memberikan pukulan serius bagi seluruh ekonomi global.
Menurutnya, tujuan utama Amerika Serikat dan Eropa adalah untuk memperburuk kehidupan jutaan orang.