Ridwan Kamil Soal Petaka Piala Presiden 2022, Jangan Sampai GBLA Jadi Kuburan Bagi Bobotoh

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil tanggapi kematian dua bobotoh saat Piala Presiden 2022. Jangan sampai Stadion GBLA menjadi kuburan bagi bobotoh.

handover
Kolase Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil tanggapi kematian dua bobotoh saat Piala Presiden 2022. Jangan sampai Stadion GBLA menjadi kuburan bagi bobotoh. 

TRIBUNPALU.COM - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil memberikan peringatan kepada panitia pelaksana (Panpel) pertandingan Persib Bandung.

Terkait kematian dua Bobotoh saat Piala Presiden 2022, Ridwan Kamil meminta panitia pelaksan lebih profesional dalam mengatur penonton.

Jangan sampai Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) menjadi kuburan bagi Bobotoh pendukung Persib Bandung.

Hal itu dikatakan Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil, .

Emil menyikapi dua suporter Persib yang meninggal karena berdesakan dan terinjak saat laga Persib kontra Persebaya Surabaya di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) pada Jumat (17/6/2022).

Berdasarkan catatan Kompas.com, sudah empat nyawa melayang sejak Persib bermarkas di Stadion GBLA.

Dari mulai insiden Rico Andrean (2017), Haringga Sirla (2018), hingga Asep Ahmad Solihin dan Sopiana Yusuf (2022).

"Saya sudah menyampaikan duka cita. Mudah-mudahan ini jadi pelajaran jangan sampai GBLA identik dengan kematian. Buat apa ada kompetisi kalau harus hilang nyawa, tidak sebanding lah," tutur Emil di Gedung Sate, Kota Bandung, Selasa (21/6/2022).

Menurut Emil, dengan animo suporter yang besar, sudah seharusnya Panpel menerapkan pengamanan berlapis hingga luar stadion untuk mencegah penonton tak bertiket masuk stadion.

"Masukan teknis ke panpel, cegah orang tak bertiket jauh-jauh sebelum masuk bangunan (stadion). Seperti PON Papua misalkan dicegatnya dari jalan yang jauh jadi jangan ditanya pas sudah ada dibangunannya," ungkapnya.

Menurut Emil, kondisi ini sangat ironis sudah terjadi sejak lama.

Jika pengamanan dan pengecekan penonton dilakukan berlapis, kerumunan di depan stadion bisa terantisipasi.

"Ini selalu berulang-ulang dari zaman dulu. Kalau sudah ribuan orang susah. Harusnya dari jalan mana sekian kilometer (dari GBLA) sudah ada benteng (penjagaan) di situ sehingga nyegat orang berkarcisnya dari sana, nanti di masuk ke gerbang kedua cek lagi, berlapis itu," paparnya.

"Kalau itu dilakukan 15.000 yang katanya punya tiket tidak akan terganggu atau terhebohi oleh ribuan yang tak punya tiket," tutur Emil.

Emil juga meminta para suporter yang tidak memiliki tiket menahan diri untuk tidak datang ke stadion demi mencegah kejadian serupa.

Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved