Tari Tradisional Sulteng

Tari Balia, Tarian Ritual Penyembuhan dan Pengusiran Jin dari Suku Kaili Sulteng

Tari Tradisional Sulteng, Tari Balia merupakan salah satu ritual yang dipercaya oleh masyarakat suku Kaili, Sulawesi Tengah sebagai metode penyembuhan

kebudayaan.kemendikbud.go.id
Pelaksanaan Tari Balia atau Ritual No Balia. Tari Tradisional Sulteng, Tari Balia merupakan salah satu ritual yang dipercaya oleh masyarakat suku Kaili, Sulawesi Tengah sebagai metode penyembuhan 

Berbeda dengan kebanyakan tarian tradisional lainnya, ritual No Balia dilakukan dengan prosesi cukup ekstrem. Salah satunya menginjak bara api.

Dalam prosesi tersebut, bara api disimbolkan sebagai kemarahan dan elemen buruk.

Rangkaian prosesi Tarian Balia bisa berlangsung hingga tujuh hari tujuh malam. Lamanya prosesi tergantung tingkat keparahan dan jenis penyakit.

Berdasarkan hal tersebut, Tarian Balia dibagi menjadi tiga jenis; Balia Bone, Balia Jinja, dan Balia Tampilangi.

Balia Bone merupakan tingkatan paling rendah dalam ritual ini. Biasanya digunakan untuk jenis penyakit ringan. Prosesinya pun tidak membutuhkan waktu terlalu lama. Prosesi dalam ritual Balia Bone hanya dipimpin seseorang yang disebut Sando.

Kemudian Balia Jinja, ritual yang berada dalam tingkatan selanjutnya. Prosesi tarian ini melibatkan banyak orang, yaitu Sando, Bale, penderita penyakit, dan pengunjung. Biasanya, beberapa orang yang mengikuti ritual ini akan mengalami kesurupan.

Sedangkan Balia Tampilangi merupakan ritual tingkatan tertinggi dan paling sakral. Ritual ini memadukan tarian Balia Bone dan Balian Jinja. Biasanya, ritual Balia Tampilangi dipilih kalangan bangsawan dengan jenis penyakit cukup parah. Prosesi ritual ini membutuhkan prosesi paling lama.

Adapun Tarian Balia mempunyai setidaknya 10 prosesi. Tak hanya sekedar menginjak bara api, ritual lainnya adalah ritual pompoura atau tala bala'a, ritual adat enje da'a, ritual tampilangi ulujadi, pompoura vunja, ritual manuru viata, ritual adat jinja, balia topoledo, vunja ntana, ritual tampilangi, dan nora binangga.

Pelaksanaan ritual No Balia memerlukan biaya tak sedikit.

Pasalnya, pihak yang mengadakan ritual harus mempersiapkan berbagai hal.

Seperti bahan-bahan ritual, yaitu dupa, keranda, buah-buahan, hingga hewan kurban.

Pemilihan jenis hewan kurban pun berdasarkan kasta pihak penyelenggara. Biasanya ayam, kambing, atau kerbau.

Selain itu, pihak penyelenggara juga harus menanggung ongkos lelah para peritual yang hadir.

Prosesi ritual dimulai ketika pawang laki-laki beraksi membacakan mantra dan jampi. Dipercaya, mantra dan jampi tersebut dapat memanggil arwah penguasa, para dewa, hingga roh nenek moyang.

Dalam setiap prosesinya, para peritual meletakan sesajian berbeda di dekat dupa.

Adapun orang yang sakit harus berada di sekitar penari Balia hingga kemudian diusung untuk mengikuti prosesi puncak.

Dalam ritual No Balia, prosesi puncak adalah menyembelih hewan kurban sebagai bentuk seserahan dan permohonan kesembuhan. Nantinya, darah hewan kurban ini dijadikan simbol permohonan kesembuhan bagi orang yang sakit.

(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved