Brigadir J Lesehan di Lantai Saat Putri Candrawathi Tidur di Kasur, Pengamat: Mana Pelecehannya?

Putri Candrawathi mengaku dilecehkan Brigadir J. Saat rekonstruksi adegan Brigadir J melecehkan Putri Candrawathi justru tidak tergambar sama sekali.

handover
Adegan Putri Candrawathi tiduran di Kamar saat rekonstruksi kematian Brigadir J. Putri Candrawathi mengaku dilecehkan Brigadir J. Saat rekonstruksi adegan Brigadir J melecehkan Putri Candrawathi justru tidak tergambar sama sekali. 

TRIBUNPALU.COM - Adegan Putri Candrawathi tiduran di Kamar saat rekonstruksi kematian Brigadir J menjadi sorotan pegamat.

Diketahui Putri Candrawathi mengaku dilecehkan Brigadir J dalam adegan tersebut.

Namun pengamat justru kecewa sebab saat rekonstruksi adegan Brigadir J melecehkan Putri Candrawathi justru tidak tergambar sama sekali.

Bahkan pengamat menyebut tidak ada adegan yang menjurus pada pelecehan yang dilakukan oleh mendiang Brigadir J.

Selain itu, pengamat juga menemukan tiga kejanggalan lain dalam rekonstruksi tersebut.

Padahal tiga hal tersebut menurut para pengamat adalah hal penting di kasus itu.

Adegan Putri Candrawathi tiduran di kasur saat rekonstruksi pembunuhan Brigadir J. Tampak pemeran Brigadir J di samping Putri Candrawathi
Adegan Putri Candrawathi tiduran di kasur saat rekonstruksi pembunuhan Brigadir J. Tampak pemeran Brigadir J di samping Putri Candrawathi (Youtube channel Polri TV)

Sebelumnya, Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo mengurai proses rekonstruksi kasus Brigadir J yang berlangsung transparan.

Terlebih seluruh proses rekonstruksi tersebut disiarkan secara langsung yang meliputi dari tiga tempat yaitu TKP Duren Tiga, rumah pribadi Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi, serta aula sebagai tempat pengganti TKP Magelang.

Dalam proses rekonstruksi yang berlangsung sejak pukul 10.00 Wib itu, ada 36 adegan di rumah Jalan Saguling dan 27 adegan di rumah dinas TKP pembunuhan Brigadir J yang dilakukan para tersangka.

Turut mengikuti proses rekonstruksi tersebut, Komisioner Komnas HAM, Choirul Anam mengungkap fakta.

Bahwa dalam proses rekonstruksi, sempat ada beda pendapat dari para tersangka.

"Proses tadi dilaksanakan secara imparsial.

Ada beberapa perbedaan antara pengakuan A dan B di masing-masing pihak.

Tapi masing-masing pengakuan itu juga diuji jadi dikasih kesempatan oleh penyidik untuk melaksanakan rekonstruksi.

Itu sebuah proses yang sangat baik dalam konteks hak asasi manusia," ungkap Choirul Anam dilansir TribunnewsBogor.com dari tayangan Kompas TV, Selasa (30/8/2022).

Karenanya, proses rekonstruksi berjalan cukup lama lantaran harus mengulang adegan sesuai dengan penjelasan para tersangka yang berbeda-beda.

"Makanya cukup lama karena tidak hanya satu pihak, keterangan, tapi juga ada keterangan berbeda dan dikasih kesempatan yang berbeda itu melakukan rekonstruksi," sambung Choirul Anam.

Putri Candrawathi bersama Kuat Maruf terlihat menjalani adegan rekonstruksi pembunuhan Brigadir J.
Putri Candrawathi bersama Kuat Maruf terlihat menjalani adegan rekonstruksi pembunuhan Brigadir J. (Tangkap Layar PolriTV)

Pengamat dan Pakar Kecewa

Tak seperti penyidik dan Komnas HAM, para pengamat dan pakar justru tampak kecewa usai melihat proses rekonstruksi kasus Brigadir J.

Dalam tayangan Kompas TV, Pengamat kepolisian ISESS Bambang Rukminto mengurai rasa kekecewaannya.

Terlebih ada dua catatan penting yang dilihatnya yang menurutnya luput dari rekonstruksi.

Hal pertama adalah tidak adanya adegan saat Bharada E menerima senjata Glock yang digunakan untuk menembak Brigadir J.

"Terkait senjata api.

Kalau melihat tadi Bharada E membawa senjata api di sakunyadar sejak awal, Glock itu diserahkan di mana ? Itu yang belum tampak tadi," kata Bambang Rukminto.

Hal kedua adalah tidak adanya adegan yang menggambarkan soal dugaan pelecehan seksual.

Padahal dugaan pelecehan tersebut kerap digaungkan tersangka Putri Candrawathi dan Ferdy Sambo dan juga menjadi motif Ferdy Sambo merencanakan pembunuhan terhadap Brigadir J.

"Terkait pelecehan seksual.

Di mana pelecehan seksualnya ? enggak tergambar sama sekali dalam rekonstruksi," kata Bambang Rukminto.

"Yang ketiga, ada pengakuan Bharada Eliezer bahwa Ferdy Sambo ikut menembak tapi tidak tergambar juga dalam rekonstruksi," timpal Aiman Witjaksono presenter Kompas TV.

Begini momen pertemuan Ferdy Sambo dan Bharada E saat rekonstruksi yang digelar Selasa (30/8/2022).
Begini momen pertemuan Ferdy Sambo dan Bharada E saat rekonstruksi yang digelar Selasa (30/8/2022). (handover)

Selain Bambang, Pakar hukum pidana Universitas Al Azhar Suparji Ahmad juga mengurai reaksinya usai melihat adegan rekonstruksi pembunuhan Brigadir J.

Menurut Suparji Ahmad, rekonstruksi yang berlangsung hari ini tidak sesuai dengan ekspektasi semua orang.

"Saya kira ini rekonstruksi tidak sesuai dengan ekspektasi publik karena tidak menggambarkan imajinasi publik dan tidak menggambarkan fakta yang mengemuka di publik," imbuh Suparji Ahmad.

Lebih lanjut, Suparji Ahmad pun menyebut bahwa rekonstruksi kasus Brigadir J hari ini justru akan menyisakan perbincangan baru.

Sebab banyak hal-hal tak logis di dalamnya.

"Belum ada kebenaran karena semuanya masih tidak logis.

Mengingat tadi pelecehan seksualnya tidak ada.

Perencanaan pembunuhannya juga tidak nampak di situ, itu sangat mendasar.

Kalau kita menggunakan alur cerita yang berkembang selama ini juga tidak logis.

Apa yang terjadi dalam rekonstruksi ini justru menimbulkan sebuah narasi baru yang menyisakan perbincangan baru yang akhirnya tidak menjawab," pungkas Suparji Ahmad.

Hal tak logis itu menyangkut dua hal penting.

Yakni soal adegan pelecehan yang tak ada di rekonstruksi.

Serta soal bagaimana perencanaan pembunuhan tersebut dibuat Ferdy Sambo CS.

"Katanya pelecehan seksual tapi tidak ada adegan apapun.

Katanya pembunuhan berencana tapi tidak kelihatan bagaimana merencanakan, memberikan senjata, menggunakannya, bagaimana anatomi perkara ini jadi jelas," kata Suparji Ahmad.

"Alur cerita ini antara Magelang, Saguling dan Duren Tiga itu kan tidak nampak secara utuh.

Konstruksi pembunuhan berencana itu kan ada perencanaan, masa yang tenang, memikirkan, menimbang-nimbang, itu tidak kelihatan," sambungnya.

(*/ TribunPalu.com / TribunnewsBogor.com)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved