Piala Dunia 2022
Bola Piala Dunia 2022 Diproduksi di Madiun Jawa Timur, Pakai Tinta dan Lem Berbahan Air
Sebelum digunakan sebagai bola resmi Piala Dunia 2022, Al Rihla telah dibawa melintasi sepuluh kota, termasuk Dubai, Tokyo, Mexico City, dan New York.
Bagian dalam dan luar bola Al Rihla dirancang menggunakan data dan pengujian ketat di laboratorium Adidas, di terowongan angin, dan di lapangan oleh pemain sepak bola itu sendiri.
Al Rihla diklaim memberikan tingkat akurasi dan keandalan tertinggi di lapangan permainan, sebagian karena bentuk panel baru dan tekstur permukaan.
Baca juga: Sosok Takuma Asano, Pemain Cadangan Jepang yang Jadi Mimpi Buruk Jerman di Piala Dunia 2022
Selain itu, Al Rihla merupakan Bola Piala Dunia FIFA pertama yang dibuat secara eksklusif dengan tinta dan lem berbahan dasar air.
Sementara mengenai nama, Al Rihla merupakan kata dalam bahasa Arab yang berarti "perjalanan".
Nama ini diambil lantaran terinspirasi oleh budaya, arsitektur, perahu ikonik, dan bendera Qatar.
Warna-warna berani dan cerah dengan latar belakang pearlescent yang ada di bola Al Rihla, mewakili negara tuan rumah Piala Dunia FIFA dan kecepatan permainan yang terus meningkat
Deteksi Offside

Piala Dunia 2022 memperkenalkan teknologi baru berkaitan dengan insiden offside yang kerap terjadi dalam pertandingan sepak bola.
FIFA akan menerapkan sistem semi otomatis untuk mendeteksi insiden offside.
Penerapan teknologi baru ini diklaim bisa lebih cepat memberikan data dan peringatan offside secara real-tim kepada perangkat wasit yang bekerja di balik layar.
Bola yang digunakan akan terhubung dengan sistem kamera yang melacak semua pemain di lapangan.
Baca juga: Top Skor Piala Dunia 2022: Bintang Ekuador Bikin Kejutan, Lionel Messi Akhirnya Masuk Daftar
Dan rencananya, FIFA akan menerapkan teknologi deteksi offsiden semi-otomatis ini di seluruh pertandingan kompetisi sepak bola yang akan datang.
Teknologi ini akan membantu wasit membuat keputusan lebih cepat untuk menjaga time-out pertandingan yang tidak telalu lama.
Teknologi deteksi offside semi-otomatis menggunakan tidak kurang dari 12 kamera, ditempatkan di bawah atap stadion.
Melacak setiap pemain hingga 29 titik data per pemain (terutama pada wajah dan anggota badan yang bergerak).