Sulteng Hari Ini

Menkes RI Tinjau Operasi Perdana Aneurisma dan Tindakan Neuroendovaskular di RSUD Undata Palu

Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin, meninjau langsung pelaksanaan operasi perdana aneurisma dan tindakan neuroendovaskular di R

Penulis: Zulfadli | Editor: Haqir Muhakir
TribunPalu.com/Zulfadli
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin, meninjau langsung pelaksanaan operasi perdana aneurisma dan tindakan neuroendovaskular di RSUD Undata Palu, Kelurahan Talise, Kecamatan Mantikolure, Kota Palu, pada Jumat (7/2/2025) pagi.  

Laporan Wartawan TribunPalu.com, Zulfadli

TRIBUNPALU.COM, PALU - Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin, meninjau langsung pelaksanaan operasi perdana aneurisma dan tindakan neuroendovaskular di RSUD Undata Palu, Kelurahan Talise, Kecamatan Mantikolure, Kota Palu, pada Jumat (7/2/2025) pagi. 

Kunjungan ini menjadi bagian dari upaya pemerintah dalam meningkatkan layanan kesehatan, khususnya dalam penanganan penyakit stroke dan komplikasi aneurisma.

Stroke merupakan salah satu penyakit dengan tingkat kematian tertinggi di Indonesia. 

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, sepanjang 2024 tercatat sekitar 3.000 penderita meninggal akibat stroke, menjadikannya sebagai penyebab kematian utama setelah kanker dan penyakit jantung. 

Baca juga: RSUD Undata Kini Miliki Radioterapi, Permudah Penanganan Kanker di Sulteng

Salah satu komplikasi serius dari stroke adalah aneurisma, yakni pelemahan dan penggelembungan dinding pembuluh darah yang berisiko pecah dan berakibat fatal.

Untuk meningkatkan layanan kesehatan, RSUD Undata Palu kini mulai mengembangkan operasi clipping aneurisma dan tindakan neuroendovaskular, yang difokuskan pada aneurisma cerebral atau aneurisma yang terjadi pada pembuluh darah arteri di otak. 

Operasi perdana ini juga mendapatkan pendampingan langsung dari Pusat Otak Nasional (PON) serta melibatkan dokter spesialis dan tenaga medis ahli.

Dalam konferensi persnya, Menkes Budi Gunadi Sadikin menekankan pentingnya fasilitas serta tenaga medis yang memadai dalam penanganan kasus ini.

"Clipping aneurisma memerlukan teknik dan peralatan yang lebih canggih, sehingga harus dilakukan di rumah sakit provinsi. Untuk mendukung semua tindakan ini, rumah sakit harus dilengkapi dengan peralatan bedah saraf seperti mikroskop operasi dan alat intervensi neuroendovaskular," ujarnya.

Lebih lanjut, Menkes juga menyoroti minimnya jumlah dokter spesialis saraf otak di Indonesia. Saat ini, hanya terdapat 131 dokter spesialis yang tersebar di seluruh wilayah. 

Oleh karena itu, Kemenkes terus berupaya meningkatkan jumlah tenaga medis serta mendorong masyarakat untuk rutin melakukan skrining kesehatan guna mendeteksi risiko stroke lebih dini.

"Kami ingin rumah sakit di seluruh Indonesia, baik di tingkat kabupaten maupun provinsi, mampu menangani stroke secara mandiri. Dengan demikian, pasien tidak perlu lagi dirujuk ke luar daerah, dan kita bisa menekan angka kematian akibat stroke," pungkasnya.(*)
 

 

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved