Sempat Viral, Berikut Isi Puisi Neno Warisman, Bait yang Menyerupai Doa saat Perang Badar
Ketua Komisi Dakwah MUI Pusat, Muhammad Cholil Nafis, mengkritik puisi Neno Warisman dalam acara Malam Munajat 212, Kamis (21/2/2019).
Puisi Neno Warisman Bait yang Menyerupai Doa saat Perang Badar, Berikut Isi Puisi Lengkapnya
TRIBUNPALU.COM - Sosok Neno Warisman kembali jadi perbincangan.
Ketua Komisi Dakwah MUI Pusat, Muhammad Cholil Nafis, mengkritik puisi Neno Warisman dalam acara Malam Munajat 212, Kamis (21/2/2019) lalu.
Dikutip TribunJabar.com, Cholil menyayangkan konten puisi tersebut yang mengibaratkan kondisi saat ini dengan perang.
"Yang saya sayangkan memahami realita dengan puisi yang salah. Realita ya, kita enggak ada hubungannya dengan perang Badar, kita bukan sedang bermusuhan," ujar Cholil di Hotel Sari Pasific, Thamrin, Jakarta Pusat, Minggu (24/2/2019).
Menurutnya, kontestasi Pilpres 2019 bukan merupakan perang antar dua kubu.
Dirinya menilai Pilpres 2019 adalah kompetisi antara dua anak bangsa terbaik.
Cholil mengimbau agar kepada berbagai pihak untuk memberikan pernyataan yang tidak membenturkan umat.
"Siapa pun yang jadi presiden adalah yang terbaik, oleh karena itu menyebut disamakan dengan perang Badar, menurut saya berlebihan. Berilah rasa optimis agar masyarakat memilih dengan hati bukan ketakutan," pungkas Cholil.
Diketahui, Puisi Neno Warisman dibacakan saat acara Malam Munajat 212 yang berlangsung di kawasan Monas, Jakarta, Kamis (21/2/2019).
Neno Warisman membacakan puisi berjudul 'Puisi Munajat 212' tersebut saat dia berstatus sebagai anggota tim pemenangan calon Presiden dan Wakil Presiden RI, Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno.
Berikut bait-bait puisi yang dibaca Neno Warisman.
Allahu Akbar
Puisi munajat kuhantarkan padamu wahai berjuta-juta hati yang ada di sini
Engkau semua bersaudara dan kita bersaudara tersambung, terekat, tergabung bagai kalung lentera di semesta
Sorot-sorot mata kalian bersinar, wahai saudara
Mencabik-cabik keraguan
Meluluhlantakkan kesombongan
Karena mata-mata kalian nan jernih mengabarkan pesan kemenangan yang dirindukan, insyaallah, pasti datang
Allahku Akbar
Kemenangan kalbu yang bersih
Kemenangan akal sehat yang jernih
Kemenangan gerakan-gerakan yang berkiprah tanpa pamrih
Dari dada ini telah bulat tekad baja
Kita adalah penolong-penolong agama Allah
Jangan halangi
Jangan sanggah
Jangan politisasi
Sebab ini adalah hati nurani
Dari mulut-mulut kita telah terlantun salawat, zikir, dan doa bergulir
Mengalir searah putaran bintang-bintang bertriliun banyaknya
Tersatukan dalam munajat 212
Miliaran matahari itu saudaraku
Merekatkan diri menjadi gumpalan kabut cahaya raksasa di semesta
Bukti kebesaran Allah Azza Wa Jalla
Begitulah kita saudaraku
Harusnya kita saling merekat
Wahai para pejuang fisabilillah di dalamnya
Ayo munajat
Ayo rekatkan umat
Jadikan barisanmu kuat dan saling rekat
Rekatkan Indonesiamu
Rekatkan jiwa-jiwamu
Rekatkan langkah dan tindakanmu
Ya Allah
Berjuta tangan para pejuang agamamu ini mengepalkan tinju mereka
Berseru-seru mereka
Menderu-deru mereka
Di setiap jengkal udara hingga terlahir takbir kemenangan
Kemenangan di ujung lelah menggema takbir bersahut-sahutan
Berjuta sajadah akan kita hamparkan sebentar lagi, kawan
Berjuta kepala menangis bersujud bersyukur
Basah air mata dalam bahagia kemenangan sebentar lagi tiba
Allahumma inni a'uzubika min jahdil bala'i wa darkisy syaqa'i wa su'il qada'i wa syamatatil a'da'i
Jauhkan kami dari bala musibah yang tak dapat kami atasi
Lindungkan kami dari kegembiraan orang-orang yang membenci kami
Rekatkan jiwa-jiwa patriot kami dalam keikhlasan
Di nadi-nadi kami
Di jantung-jantung kami
Di pundak-pundak kami
Di jari-jari kami
Yang telah memilih untuk hanya selalu berdua
Kita dan Allah Azza Wa Jalla
Selalu berdua
Kita dan Rasulullah kekasih semesta
Selalu berdua
Kita dan saudara mukmin saling menjaga
Selalu berdua
Kita dan pemimpin yang membela hak-hak umat seutuhnya
Duhai Allah Rabb
Jangan kau jadikan hati kami bagai si penakut pengecut
Sebab kami terlahir di tanah para pahlawan pemberani
Yang rela mengorbankan jiwa raga harta dan segalanya
Jangan jadikan hati kami lalai dan gentar
Karena kami lahir dan besar dibimbing para ulama kami yang sabar
Menetap jantung-jantung kami untuk menjadi pendekar
Yang berani berpihak pada yang benar
Duhai Allah
Jangan kau jadikan hati kami dari tertutup
Dari cahaya terang kebenaran yang menyala di malam-malam munajat
Saat Engkau turun ke jagat dunia
Telah Engkau bersaksikan
Kami tegak berdiri, ya Allah
Kami meminta menangis hingga basah sekujur diri kepada-Mu
Seluruh harapan kami dambakan
Akan Kau tolong atau Engkau binasakan
Akan Kau menangkan atau Engkau lantakkan
Itu hak-Mu
Kami khawatir ya Allah
Kami khawatir ya Allah
Tak ada lagi yang menyembah-Mu
Ya Allah
Izinkan kami memiliki generasi yang dipimpin
Oleh pemimpin terbaik
Dengan pasukan terbaik
Untuk negeri adil dan makmur terbaik
Takdirkanlah bagi kami
Generasi yang dapat kami andalkan
Untuk mengejar nubuwwah kedua
Wujud dan nyata
Dan lahirnya sejuta Al Fatih di Bumi Indonesia
Allah Rabb
Puisi munajat ini kubaca bersama saudara-saudaraku
Mujahid mujahidah yang datang berbondong-bondong dari segala arah
Maka inilah puisi munajat
Mengetuk-ngetuk pintu langit-Mu
Bersimpuh di pelataran keprihatinan
Atas ketidakadilan
Atas kesewenang-wenangan
Atas kebohongan demi kebohongan
Atas ketakutan dan ancaman yang ditebar-tebarkan
Atas kepongahan dalam kezaliman yang dipamer-pamerkan
Dalam pertunjukan kekuasaan
Yang mengkerdilkan Tuhan
Yang menantang kuasa Tuhan
Yang tidak percaya bahwa Tuhan pembalas sempurna
Di antara bait-bait Puisi Neno Warisman di atas, yang menjadi sorotan adalah bait berikut ini
Jangan, jangan Engkau tinggalkan kami dan menangkan kami
Karena jika Engkau tidak menangkan
Kami khawatir ya Allah
Kami khawatir ya Allah
Tak ada lagi yang menyembah-Mu.
Dihadiri Politisi
Malam Munajat 212 berlangsung mulai pukul 18.00 WIB sampai 23.00 WIB.
Kegiatan itu dihelat oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) DKI Jakarta bersama Lembaga Dakwah Front dan Majelis Taklim se-Jabodetabek.
Tema yang diusung dalam acara adalah "Mengetuk Pintu Langit untuk Keselamatan Agama, Bangsa dan Negara".
Acara tersebut dihadiri oleh sejumlah tokoh, baik ulama hingga politisi.
Di antaranya Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid, Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais, Presiden Partai Keadilan Sosial (PKS) Sohibul Iman, Waketum Partai Berkarya sekaligus mantan istri Prabowo Subianto Siti Hediati Hariyadi atau Titiek Soeharto, serta Neno Warisman.
(TribunPalu.com/Sinatrya Tyas Puspita)